27 Juli 2008

Jumatan dan dering telepon


Pekan lalu saya Jumatan di Masjid Salman ITB Bandung. Salah satu hal yang paling menyenangkan dari Salman adalah pengumuman sebelum Jumatan yang fokus, to the point, menggunakan bahasa baku, dan disampaikan secara datar.

Bunyi pengumuman itu, biasanya diawali dengan, ”Assalamualaikum wr wb. Sebelum khatib naik mimbar, ada beberapa pengumuman yang insya Allah bermanfaat bagi jamaah sekalian.”

Itu lugas sekali. Tidak ada pembuka yang berpanjang-panjang. Kalimat di atas adalah kata-kata khas yang sudah saya dengar sejak lima belas tahun yang lalu. Ada pengumuman yang baru saya dnegar belakangan, seiring perkembangan teknologi seluler. Pengumuman itu berbunyi, “..dan mematikan dering handphone.”

Nyaman sekali bagi yang mendengarnya. Kita tidak diminta untuk mematikan handphone, melainkan cukup mematikan deringnya saja.

Juga, ada pengumuman berbunyi, “Selama khatib berkhutbah dimohon tidak berbicara, membaca, atau menggunakan handphone.”

Ini juga sangat penting. Mengingat sekarang ini aktivitas dan perhatian orang di dalam forum seringkali terganggu oleh keinginan untuk ngulik-ngulik handphone. Alangkah tepatnya pengumuman-pengumuman itu.

***
Khutbah Jumat ketika itu diisi oleh pak Irfan Anshori. Saya mengenal nama itu sejak SMA, melalui buku Kimia terbitan Ganeca Exact.

Pak Irfan ini selalu menggunakan pemahanan fisika-kimia dalam menelaah ayat suci. Seiring hadirnya bulan Rajab, beliau menjelaskan oleh-oleh Rasulullah dari Isra’ Mi’raj, yaitu sholat.

Ayat yang sangat mengesankan beliau kutip, yaitu dari Surat Al-Maarij. “Sesungguhnya manusia itu diciptakan dalam keadaan tidak stabil/gelisah/mudah berubah. Bila menerima kegagalan/keburukan mudah berputus asa. Bila menerima kesuksesan/keberhasilan/kebaikan gampang lupa diri. Kecuali orang-orang yang sholat. Yaitu yang terus-menerus/kontinu dalam sholatnya.” *)

Tanpa bahasa vulgar, beliau juga menjelaskan pentingnya mengambil hikmah dari peraturan sholat dalam memilih pemimpin. Boleh memilih yang muda asalkan kapabel (mengingatkan perseteruan media antara Megawati dengan Tifatul Sembiring soal calon presiden dari kalangan muda).

Hendaknya memilih pemimpin yang bisa menjadi imam sholat (mengingatkan saya akan pilkada Kota Bandung yang salah satu calonnya adalah Pak Taufikurrahman, dosen ITB dan mantan pengurus YPM Salman).

Ah, indahnya Jumatan di Bandung.

Catatan:
*) Terjemahan lengkap berdasarkan buku terjemah Departemen Agama RI sebagai berikut:

QS al-Ma'arij (70) : 19-34
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.
Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya.

Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta).

Dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya. Karena sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya).

Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.

Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya.

15 Juli 2008

Morse, aplikasi text to speech paling sederhana

Bagi siapa pun ynag pernah ikut kegiatan Pramuka di sekolah tentu mengenal Morse. Dialah orang yang mempelopori transmisi pesan jarak jauh menggunakan kode yang sangat sederhana.

Dalam kode Morse, pesan dikirimkan per huruf menggunakan tiga komponen dasar yaitu bunyi tombol (dering) panjang, bunyi tombol (dering) pendek, serta spasi (hening). Basis dasar komunikasi ini adalah huruf yang berarti teks. Karena basisnya huruf, maka setiap huruf memiliki bentuk Morsenya sendiri (terdiri atas susunan bunyi panjang dan pendek tertentu).

Mengirimkan pesan Morse itu seperti menulis dengan bebunyian. Bunyi yang tersedia itu unik, mudah dikenali, dan mudah ditangkap oleh siapa saja yang bisa mengubah bunyi itu kembali menjadi huruf.

Dalam Morse, tidak ada logat dan dialek. Tetapi Morse juga tidak bisa digunakan untuk membunyikan suara yang tidak bisa dituliskan (misalnya suara binatang, benda jatuh, dan sebagainya).

***
Di sisi lain, ada teknologi text to speech yang diterapkan pada perangkat komputasi. Manfaat terbesar dari aplikasi ini adalah memberikan peluang bagi orang yang tidak bisa membaca teks (misalnya karena buta).

Text to speech memiliki persoalan serius yang terkait dengan perbedaan cara membaca huruf pada setiap bahasa (misalnya vokal dalam bahasa Indonesia tidak sama dibandingkan dengan bahasa Inggris). Belum lagi faktor logat dan dialek.

Nah, saya berpikir bahwa Morse bisa menjadi jalan keluar atas persoalan logat dan dialek. Speech dalam bentuk signal Morse kan hanya ada dua (panjang dan pendek. Adapun diam berarti tidak ada signal). Berarti langkah pemrosesannya tidak terlalu rumit. Morse mungkin bisa menjadi salah satu bentuk, atau pengantar bentuk, yang paling sederhana bagi aplikasi text to speech. Paling tidak ya text to voice lah, hehehe.

Persoalan lain yang masih mengganjal adalah orang harus belajar Morse dahulu untuk bisa memahami pesan yang dikirimkan. Wallahu a’lam.

14 Juli 2008

Dulu mail2SMS, sekarang SMS2mail

Tadi siang saya mencoba install aplikasi SMS2mail pada Blackberry Pearl. Aplikasi ini bisa secara otomatis memforward SMS yang saya terima ke alamat e-mail yang dituju. Dengan demikian, pengarsipan SMS menjadi sangat mudah. Bisa diforward ke alamat yang akses melalui PC, kemudian kita tinggal copy-paste untuk mengubahnya menjadi arsip dan semacamnya.

Atau, kita bisa juga membuat satu forder khsus dalam inbox email yang khusus menampung forward SMS itu.

Fasilitas SMS2mail ini semakin menegaskan bahwa pengguna Blackberry benar-benar sangat akrab dengan e-mail. Mereka justru lebih akrab dengan e-mail dibandingkan dengan SMS. Email bisa lebih panjang, lebih murah, dan bisa diberi bermacam almpiran. Apalagi dengan langganan Internet unlimited untuk e-mail, hal itu benar-benar sudah menjadi SMS replacement.

***
Kondisi ini berangkali kontras dengan beberapa tahun yang lalu di mana SMS jauh lebih akrab dibandingkan email. Sejumlah operator memberikan fasilitas notifikasi SMS atas emial yang masuk ke mailbox tertentu.

Dalam konteks ini, email yang semula gratis dikirim (notifikasinya) ke SMS dan menjadi barang berbayar (mahal lagi).

Dunia memang terus bergerak ke arah yang semakin mudah, murah, dan berlimpah informasi.

13 Juli 2008

Jatuh cinta kedua pada Si Pearl



Ada satu fitur yang membuat saya jatuh cinta pada handset Nokia sejak lima tahun yang lalu. Fitur itu adalah predictive text input dalam Bahasa Indonesia. Dengan penebak kata itu, saya bisa mengetik dengan sangat cepat menggunakan papan ketik tiga kolom, secepat papan ketik QWERTY. Apalagi saya biasa mengetik menggunakan Bahasa Indonesia baku yang sesuai kamus (dan kamus kosa kata yang disertakan), jadi segalanya menjadi sangat mudah.

Predictive text input atau dikenal pula sebagai T9 (Tegic) membuat saya merasa tidak perlu membeli papan ketik QWERTY eksternal. Bahkan saya sampai mengimpikan papan ketik komputer dengan susunan sebagaimana papan ketik (keypad) ponsel. Bisa dioperasikan dengan satu tangan dan biarkan software yang menebak susunan katanya.

***

Setengah tahun terakhir ini praktis kegiatan saya dnegan perangkat mobile berpindah ke Blackberry 8100 (aka) Pearl. Ini Blackberry terkecil, teringan, dan sangat indah. Sebagai penggemar QWERTY dan T9, hal paling merepotkan adalah mengetik dalam Bahasa Indonesia menggunakan Pearl.

Memang ponsel ini sudah dilengkapi penebak kata, tetapi beroperasi dalam Bahasa Inggris (dan beberapa bahasa besar dunia lainnya). Tetapi tidak dalam Bahasa Indonesia. Sebenarnya Pearl bisa mengenali sejumlah kata yang sering dipakai. Tetapi jumlahnya hanya sedikit dan seringkali apa yang dulu diingat belakangan terhapus, tertimpa oleh kata-kata baru yang lebih sering dipakai.

Cara kerja penebak kata Pearl persis sama dengan T9 pada Nokia. Hanya berbeda susunan tombolnya. Kalau Nokia dan ponsel lainnya pakai tiga kolom empat baris, sedangkan Pearl pakai lima kolom empat baris.

Kemarin, di milis pengguna Blackberry Indonesia (ID-BB), ada yang posting mengenai Auto Text dalam Bahasa Indonesia. Auto Text sejatinya adalah fitur yang akan melakukan koreksi otomatis pada kesalahan pengetikan. Misalnya ACN otomatis diubah menjadi CAN.

Akan tetapi, ada orang Indonesia yang sangat kreatif yang memanfaatkan fitur Auto Text ini sebagai kamus untuk penebak kata Bahasa Indonesia. Ingatan pada Auto Text ini tidak bisa dihapus atau ditimpa secara otomatis sebagaimana ingatan pada kosa kata baru.

Di milis ID-BB juga diberitahukan cara download serta instalasinya. Ada pilihan 5.000kata, 25.000 kata, serta 50.000 kata.

Pertama saya mencoba pilihan 50.000 kata. Ternyata butuh memori lebih dari 3MB sehingga gagal diinstall. Saya pilih yang lebih kecil, 25.000 kata dan butuh memori 1,5 MB. Ternyata sukses. Auto Text bisa beroperasi dengan sangat baik.

***
Kemampuan untuk menebak kata dalam Bahasa Indonesia ini benar-benar menyenangkan. Sebagai perangkat akses e-mail dan chatting, device ini sangat butuh alat input text yang andal.

Pearl (Blackberry 81xx) memiliki keunggulan dibandingkan Curve (Blackberry 83xx) dan Huron (Blackberry 88xx) yang memiliki papan ketik QWERTY terintegrasi. Pearl bisa dioperasikan dengan satu tangan, Curve dan Huron tidak bisa.

Tombol Pearl lebih besar (karena jumlahnya lebih sedikit) dibandingkan dengan Huron dan Curve. Secara umum, tombolnya juga lebih lembut. (maka tak heran jika di negara dengan penggunaan Bahasa Inggris, penjualan pearl lebih laris dibandingkan Curve dan Huron).

Adanya penebak kata Bahasa Indonesia ini membuatku benar-benar jatuh cinta kepada Pearl. Ini membuatku kecanduan dan sulit meninggalkannya, sebagaimana aku sangat sulit meninggalkan Nokia.

Penebak kata ini juga menghapuskan keinginan saya untuk membeli keyboard external Blackberry. (Saya pernah punya keyboard bluetooth dan infrared untuk dipasangkan pada beberapa jenis gadget).

Hal ini berarti ada penghematan uang lebih dari Rp1 juta dan penghematan perasaan (repot betul menginginkan sesuatu yang pasti gak ada di Indonesia dan bahkan di dunia juga susah sekali diperoleh. Just FYI, sulit sekali mencapi keyboard external Blackberry di Indonesia).

Alhamdulillah. Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala yang banyak kepada orang yang punya ide memasukkan kosa kata Bahasa indoensia ke dalam Auto Text dan mewujudkan ide itu.

Foto dari GSM Arena (official photo dari RIM)

Membuat filter dan mengubah signature pada Blackberry

Ada setidaknya dua hal yang agak mengganggu saya dalam menggunakan Blackberry. Pertama adalah banyaknya spam yang masuk melalui alamat e-mail kantor. Spam ini tak kenal waktu dan sering mengganggu tidur. Masalah kedua, adanya signature "sent from my blackberry wireless devices...." yang sangat panjang dan terkesan norak.

Bagi pengguna BES, mungkin masalah ini sangat gampang di atasi. Bagi pengguna ritel BIS seperti saya, sebenarnya hal ini juga gampang diatasi, hanya saja perlu sedikit trik. Begini ceritanya.

Setting signature, filter, dan sebagainya bisa dikelola sendiri setelah kita login ke alamat web operator.blackberry.com (dalam kasus saya adalah xl.blackberry.com) melalui PC.

Akan tetapi, kejadian gagal login adalah masalah yang cukup lama saya alami. Waktu masuk ke alamat xl.blackberry.com melalui PC, saya diminta memasukkan username dan password. Berhubung saya sudah punya alamat widodo@xl.blackberry.net maka saya berasumsi bahwa username dan password mengacu pada account itu. Tetapi upaya saya selalu ditolak.

Setelah gagal login, saya tekan sign up, lalu memasukkan nomor PIN dan IMEI. Langkah ini selalu dijawab "seseorang sudah menggunakan perangkat yang ini".

Ketika saya pencet menu forgot password, ada pilihan untuk memasukkan nomor PIN. saya masukkan nomor PIN, lalu mereka mengirimkan notifikasi ke handset saya. Notifikasi yang masuk menyatakan bahwa "username dan password saya tidak exist".

Sangat membingungkan. Di satu sisi dijawab ada yang pakai device ini, di sisi lain dibilang bahwa username tidak exist.

Saya coba telepon ke 818/817 dan mereka hanya minta PIN. Setelah itu, katanya, password akan dikirim ke handset (via SMS). Ditunggu-tunggu beberapa hari, tidak ada pesan apa-apa yang masuk ke SMS selain iklan,hehe.

***
Akhirnya saya dapat ide untuk masuk ke alamat xl.blackberry.com melalui handset. Ternyata itu adalah alamat untuk setting e-mail, sama dengan ketika kita memencet menu e-mail setting.

Di bagian bawah ada menu untuk semacam "create user name" (saya lupa persisnya bunyi menunya, soalnya begitu kita jalankan dan sukses, menu itu hilang).

Saya pencet menu itu dan ada peringatan bahwa ini akan mengakibatkan perubahan permanen. Saya ikuti saja petunjuknya, memasukkan username dan password baru. Sukses.

Lalu dia minta verifikasi untuk masing-masing alamat email yang ada di situ.Kebetulan saya punya 10 account email yang saya masukkan ke Blackberry, jadi harus memverifikasi 10 alamat email. Alamaaak, capek juga.

Alhamdulillah, cara ini terbukti sukses. Saya akhirnya punya username dan password untuk login ke setting e-mail. Langkah dengan/pada handset selesai sampai di sini.

Pengaturan e-mail lebih jauh harus dilakukan melalui PC. Buka alamat xl.blackberry.com, masukkan username dan password tadi, dan olala.. bisa masuk ke menu setting.

Di sana kita bisa memasukkan parameter untuk filtering email. Misalnya, untuk akun kantor, saya minta email dengan subjek "komentar pada artikel" tidak dikirim ke handset. Lalu email dengan subjek atau pengirim tertentu tidak dikirimkan ke account lainnya, dan seterusnya. Cara ini terbukti bisa menghentikan sebagian besar spam yang masuk ke handset Blackberry ini.

Begitu pun dengan signature. Saya bisa mengubah kalimat "sent from my blackberry wireless device....." bahkan bisa menghapusnya sama sekali.

***
Cara yang sama juga bisa digunakan ketika kita berganti handset. Tinggal masuk ke sana, ada menu change device. Jadi 10 account akan ikut semua ketika kita ganti handset, tanpa perlu lagi setting ulang satu per satu di handset. Itu semacam passport ke layanan Blackberry.

Kalau kita mau bepergian ke luar negeri, menu filter ini juga bisa sangat berguna. Kita bisa membatasi hanya email tertentu saja yang dikirimkan ke handset, dan menetapkan status no-mail untuk account lainnya.

Dengan demikian, kita bisa menghemat bandwidth (sesuatu yang sangat mahal ketika roaming internasional), tanpa kehilangan akses total. Kita juga akan tetap bisa mengirim berita dengan sangat mudah karena blackberry tetap aktif.

Siapa mau mencoba?

10 Juli 2008

Poligadget, tidak harus seadil itu kan?*



Sebuah laporan dari perusahaan riset teknologi informasi IDC memperkenalkan kategori baru para penggemar gadget dan Internet yang disebut sebagai terlampau terhubung (hyperconnected).

Kategori ini dilekatkan kepada mereka yang sudah sangat terhubung dengan dunia Internet melalui beragam cara. Sementara di bagian lain dunia masih banyak orang yang sama sekali belum bisa mengakses Internet, mereka yang terlampau terhubung itu justru kebanjiran sarana akses.

Menurut IDC, mereka yang disebut sebagai terlampau terhubung itu memiliki setidaknya tujuh perangkat untuk mengakses Internet dan memiliki sembilan akun yang dipergunakan secara aktif.

“Masya Allah. Bawa dua hp saja sering yang satu nggak keurus, akhirnya yang efektif cuma satu. Lha ini, seven devices, sodara-sodara,” kata Big Boss saya, Pak Pemred, sambil geleng-geleng.

Ternyata, jumlah mereka yang masuk kategori terlampau terhubung itu ternyata tidak sedikit. IDC menyatakan 16% dari pekerja informasi global sudah terjangkit hyperconnected. Sebanyak 36% lainnya segera bergabung menjadi bagian kelompok ini.

Proporsi mereka yang terlampau terhubung itu bervariasi dari 9% untuk responden di bidang industri kesehatan, hingga 25% di bidang industri tinggi, serta 21% di bidang industri keuangan.

Laporan bertajuk The Hyper-connected: Here They Come itu didasarkan pada survei global terhadap 2.400 pekerja dewasa yang tersebar di 17 negara.

***
Saya coba membayangkan ‘at least seven divices’ itu kira-kira begini: satu desktop di rumah, satu desktop di kantor, satu Macbook (untuk penggemar Mac), satu Netbook (yang murah dan gampang dijinjing sebagai second notebook atau akses darurat), satu Blackberry, satu iPhone atau HTC Touch (untuk penggemar layar sentuh), satu smartphone dengan Windows Mobile atau Symbian, serta satu ponsel jadoel alias ponsel lawas.

Adapun sembilan aplikasi atau account itu mungkin satu akun kantor, satu atau dua akun Yahoo, satu atau dua akun Google, satu akun Facebook, satu akun Blogger/Blogspot, satu aku Flickr, satu aku Friendster, satu Skype, satu Hotmail/MSN, serta beberapa alternatif jejaring sosial.


****
Penelitian IDC yang disponsori Nortel itu menggarisbawahi kemungkinan perubahan pola komunikasi karena mereka yang masuk kategori terlampau terhubung jumlahnya terus bertambah. Mereka kecanduan menggunakan pesan instan serta pesan teks.

Laporan IDC menyatakan migrasi ke arah hyperconnectivity akan bermuara pada munculnya proses bisnis baru, ditandai kehadiran beragam aplikasi dan perangkat akses secara melimpah. Hal ini sudah terlihat pada mereka yang terlampau terhubung, yang menjalankan polygadget hingga minimal tujuh perangkat, serta polyapplication hingga sembilan akun akses.

Salah satu garus bawah laporan IDC adalah peran e-mail sebagai sarana komunikasi bisnis tidak lagi dominan. Peran e-mail akan digantikan pesan teks dan pesan instan.

Sudah barang tentu, melimpahnya jumlah perangkat dan aplikasi tentu menuntut perubahan strategi dan arsitektur bagi penyatuan media komunikasi.

Apalagi, batasan antara ketersambungan untuk keperluan pribadi dan pekerjaan sudah semakin kabur. “Dua per tiga di antara meraka menyatakan menggunakan pesan teks dan pesan instan baik untuk keperluan pribadi maupun pekerjaan. Lebih dari sepertiga menggunakan jejaring sosial untuk kedua hal itu.”

Kebebasan untuk menjalankan pekerjaan di sela-sela waktu pribadi akan memaksa perubahan kebijakan TI serta praktik komunikasi bisnis.

Para peneiliti mengingatkan bahwa ketersambungan mungkin menjadi perangkat bagi karyawan untuk meningkatkan produktivitas. Akan tetapi, hal itu juga membawa risiko bahwa informasi sensitif mungkin mudah tersebar ke seluruh dunia.

“Sebanyak 25% dari mereka yang terlampau terhubung menggunakan blog dan miki untuk berkomunikasi dengan pelanggan dan orang-orang di luar perusahaan,” tulis laporan itu.


Apakah kita semua sedang bergerak ke arah hyperconnectivity yang menuntut penerapan poligadget dan poliaplikasi? Jawabnya hampir pasti iya. Tetapi kita tidak usah terlalu cemas, toh poli yang ini tidak menuntut keadilan yang begitu ketat seperti halnya polixxxx yang tidak disukai kaum perempuan, hehehe. Dan lagi, poli yang ini boleh dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan.


*) Versi mirip tulisan ini dimuat di Bisnis Indonesia, edisi 10 Juli 2008. See www.bisnis.com

07 Juli 2008

Impian masa silam dalam Google Maps


Saya mengunduh aplikasi Google Maps pada Blackberry beberapa hari yang lalu. Semula saya tidak tertarik dengan aplikasi-aplikasi peta dalam perangkat genggam ini karena perangkat ini tidak memiliki penerima sinyal GPS. Selain itu, seringkali saya merasa layar ponsel terlalu kecil untuk urusan perpetaan yang biasanya butuh ruang yang luas untuk bisa menikmati dan menjelajah dengan nyaman.

Pandangan ini mulai berubah ketika membaca soal aplikasi Google Maps dan GPS pada Blackberry dalam sebuah review. Saya pun coba mengunduh aplikasi itu.

Dan benar saja, ternyata Google Maps ini bisa tampil mirip dengan Google Earth dalam PC. Sekitar satu setengah tahun yang lalu saya mencoba-coba Google Earth dan sangat terpesona. Hanya saja, aksesnya lambat dan komputer saya ini seperti kelebihan beban. Makannya sangat mengherankan bahwa layanan semacam Google Earth bisa tersedia pada perangkat genggam nan kecil ini.

***
Ada dua aplikasi peta tersedia pada Blackberry yaitu Blackberry Maps dan Google Maps. Blackberry Maps benar-benar seperti peta dengan nama jalan dan sebagainya. Adapun Google Maps bisa tampil seperti peta (tanpa nama jalan) atau dengan apa yang mereka sebut satellite view (juga tanpa informasi nama jalan).

Saya berhasil menemukan posisi rumah di Gunungputri, posisi rumah masa kecil yang kini ditinggali Ayah, serta makam Ibu, dan rumah kakak. (Setahun yang lalu saya gagal menemukan lokasi-lokasi di Jawa Tengah melalui Google Earth karena peta sekitar Kutoarjo tidak bisa di-zoom).

Uniknya lagi, posisi saya di kantor di Jakarta bisa langsung dikenali meskipun tanpa GPS. Blackberry mengenalinya melalui menara seluler (BTS) terdekat. Enak sekali. Sayangnya fitur ini tidak bisa berjalan di Gunungputri, mungkin karena BTS-nya pakai teknologi kuno.

Enaknya lagi, layanan Blackberry ini kan Internetnya unlimited, sehingga download gambar dari Google yang besar-besar itu pun tidak menjadi masalah. Tidak ada kecemasan biaya meskipun handset ini tidak memiliki akses Wi-Fi. Kecepatannya kira-kira sama dengan akses Google Earth melalui PC lama di kantor.

***
Dari kecil saya sering mengimpikan untuk bisa melihat bumi dari atas. Hal itulah yang mendorong saya untuk menyukai teknologi penerbangan (saya, yang orang desa kluthuk jauh dari ibukota kabupaten ini, mulai mengkliping tulisan mengenai pesawat di Suara Karya, serta mengumpulkan majalah Tarik, TSM, serta Mekatronika sejak SMP).

Saya juga suka melihat dan menggambar peta lokasi. Pokoknya menampilkan view bumi dilihat dari atas. Mungkin ini pula (atau sebaliknya) yang membuat hasil psikotes saya waktu SMA menunjukkan bahwa kemampuan pandangruang (spasial) saya termasuk Sangat Cerdas.

Lah, gabungan berbagai impian masa silam, serta kemudahan penggunaan pada perangkat komunikasi genggam itulah agaknya yang membuat saya benar-benar merasa bisa menikmati Google Maps.

06 Juli 2008

Pakai SKA kok tarif SMS berbeda berdasar tujuan?

Sejak April, biaya SMS sejumlah operator besar turun. Telkomsel yang semula mengenakan biaya Rp250 untuk pascabayar dan Rp300 untuk prabayar mengubahnya menjadi bervariasi antara Rp100 hingga Rp150 per pesan. Hal yang sama juga dilakukan Indosat.

Tetapi, ada pertanyaan yang mengganjal bagi saya mengenai sistem tarif SMS ini. Katanya pola bagi hasilnya masih menganut SKA (sender keep all) di mana semua pendapatan masuk ke kantong operator pengirim Lah, kalau memang demikian, mengapa operator masih mengenakan biaya SMS dibedakan berdasarkan operator tujuan? Bukankah itu tidak relevan?

Bukankah yang lebih masuk akal justru seperti Bakrie Telecom Esia itu, yang mengenakan tarif berdasarkan karakter tanpa peduli operator tujuan?

Mengapa soal upaya mempertahankan pelanggan menjadi justifikasi pembedaan tarif? Di mana peran regulator dalam mengatur hal ini? Kabarnya regulator masih akan mempertahankan pola SKA pula. Ah, mbuh lah adanya…

Mengapa saya suka Facebook



Saya mengenal Facebook setelah diundang oleh Mbak Dewi Widiyanti (Ericsson) sekitar satu tahun yang lalu. Awalnya saya ragu untuk membuat akun di sana karena saya memandang Facebook, seperti halnya Friendster, adalah mainan anak remaja. Saya cuma buat akun, dengan sangat terlambat, dan membiarkannya kosong melompong.

Tetapi beberapa bulan lalu, seorang teman dari Filipina, Regina Bengco, menanyakan mengenai akun Facebook-ku yang tidak ada infonya apa-apa. Itu menggugahku untuk memperbarui akun Faceook. Pertanyaan itu, setidaknya menggarisbawahi bahwa akun Facebook itu ada manfaatnya untuk komunikasi jarak jauh, atau untuk berkontak dengan orang yang jarang bertemu.

Faktor lainnya adalah Blackberry yang menyediakan aplikasi Facebook. Melalui aplikasi itu saya bisa upload photo, mencari dan mengundang teman, manyetujui ajakan pertemanan, dan sebagainya melalui handset Blackberry secara real time. Sebagai orang yang menganut ‘ideologi’ Serba Mobile, kemudahan semacam ini memberikan dorongan yang sangat besar: Saya bisa mengakses dan memperbarui akun Facebook dari mana saja kapan saja.

Jadi, faktor awalnya ada tiga yaitu: siapa yang memperkenalkan, siapa yang menyadarkan bahwa itu ada gunanya, dan apa yang membuat itu tampak mudah serta keren.

***
Pada dasarnya Facebook sendiri memang menarik. Salah satu yang paling menarik adalah soal status. Kita bisa memperbarui status pada Facebook, dan orang lain tetap bisa melihat status kita itu kendati kita tidak sedang online.

Inilah perbedaan utama dengan status pada pesan instan baik Google Talk maupun Yahoo Messenger. Pada Gtalk, status akan terakhir akan terekam sehingga ketika kita login, maka status yang sebelumnya langsung terpampang. Tetapi ketika kita offline, status tidak muncul.

Pada YM lebih menyebalkan lagi. Kita harus memperbarui status setiap kali login. Kalau jaringan lagi payah, bolak-balik login logout, sebal juga update statusnya.

***
Namun demikian, ada beberapa bagian dari Facebook ini yang tidak menyenangkan bagiku. Khususnya tampilan yang memanjang ke bawah dan seringkali berisi tumpukan gambar-gambar kiriman dari teman-teman yang lain. Saya lihat akun beberapa teman itu kesannya jadi berantakan karena ada banyak sekali gambar berserakan tak beraturan.

Bagaimana pun Facebook ini cukup menarik dan menjadi salah satu aplikasi yang paling sering aku buka di Blackberrry handset.

01 Juli 2008

Tidak bisa terhubung

Saya punya masalah yang sudah lama tidak kunjung terpecahkan. Bagaimana menghubungkan modem IM2 broadband 3,5G merek ZTE dengan Eee PC. Notebook nan murahku ini tidak bisa mengenali modem buatan China itu.

Saya sudah bawa ke service center IM2 di Semanggi tetap enggak bisa. Katanya, yang bisa cuma PC dengan Ubuntu atau Mandriva. Adapun Eee PC dengan Xandros ini belum ketemu cara pemecahannya.

Ada yang bisa membantu?