23 April 2008

Intel Solutions Summit 2008, bagian kedua: Hotel dan pasar


Grand Hyatt Erawan tempat saya menginap ini merupakan hotel bintang lima di pusat kota Bangkok. Tidak jauh dari hotel ini ada hotel Intercontinental, Four Seasons dan sebagainya.

Semua hotel di sekitar sini melakukan pemeriksaan terhadap mobil yang masuk. Satpam membuka bagasi dan memeriksa bagian bawah menggunakan cermin yang berlengan panjang. Bedanya, kalau di Jakarta banyak hotel dan perkantoran dilengkapi tempat pemeriksaan dengan portalpemeriksaan yang seperti benteng, di sini tidak. jalan dan bangunan tidak berubah. Mereka hanya meletakkan beberapa rambu sebagai tanda tempat pemeriksaan.

Tadi malam satpam yang memeriksa taxi hanya satu orang. Siang ini saya lihat dua orang. Kalau di Jakarta, setahu saya, pemeriksaan bisa an biasa dilakukan oleh banyak satpam.

Pengunjung yang membawa tas juga harus mampir ke meja pemeriksaan. Seorang petugas yang membawa detektor logam akan memeriksa isi tas, lalu bilang terimakasih dan menempatkan tangan di dada (tanda salam) sambil membungkuk.

Di kamar yang saya tempati ini tersedia akses Internet, tetapi tidak gratis. Saya baca petunjuknya, biaya dikenakan per menit. Wah, tidak jadi deh browsing, blogging, chatting dan akses email dari kamar. Bisa bangkrut nih.

Untungnya Intel menyediakan satu ruang khusus untuk wartawan yang telah dilengkapi dengan akses Wi-Fi. Tapi ya, itu, di ruang press tidak ada komputer. Sejak awal penyelenggara bilang “bring your own laptop”.

***
Mungkin saya adalah wartawan pertama yang registrasi dan masuk ke ruang wartawan. Buktinya, waktu pagi-pagi saya registrasi, petugasnya masih bingung, bahkan sempat bilang bahwa delegasi dari Indonesia mestinya di Hotel Intercontinental. Saya harus menunggu beberapa lama sebelum akhirnya registrasi kelar.

Rupanya, para undangan yang bukan wartawan sudah punya jadwal sendiri untuk acara Selasa pagi. Mereka ada kesempatan berwisata ke berbagai lokasi. Lah,tapi nama saya kan tidak ada di situ. Saya tahu itu ketika bertemu banyak orang di tempat registrasi.

Adapun pada jadwal kegiatan yang saya pegang (jadwal kegiatan wartawan) hari ini bebas sampai sore. Jadi hanya dipersilakan makan Internet sampai tuntas di ruang wartawan (hehehe).

***
Ya sudah, saya kembali ke kamar untuk mengetik blog dan email. Kemudian saya masuk ke ruang yang diperuntukkan wartawan. Di sana masih kosong. Tidak ada satu orang pun. Masalah teknis mulai timbul.

Saya coba connect ke Internet menggunakan Eee PC yang kubawa ini. Berkali-kali saya coba, Mozilla Firefox pada komputer kecilku ini terus membawa masalah. Saya restart, coba lagi, restart, coba lagi. Akhirnya berhasil masuk ke blog. Eh, di tengah jalan hang lagi. Firefox terus bengong yang merembet ke File Manager dan sebagainya.

Restart lagi. Setelah beberapa kali, berhasil posting tulisan ke blog. Tetapi masalah kembali berulang ketika saya mencoba mengakses email (Gmail). Firefox kembali membuat hang.

Akhirnya saya menyerah. Saya mencoba mengakses Wi-Fi mengunakan Ipaq 4350 yang saya punya. Eh, berhasil. Akses email juga lancar. Alhamdulillah. Ternyata Ipaq yang sudah udzur ini masih jauh lebih andal dibandingkan dengan EeePC. Masalah sempat muncul lagi ketika ada kesulitan memindahkan file dari USB flash disk kekartu SD yang bisa dibaca Ipaq.

***
Waktu kosong menunggu acara sore hari saya isi dengan jalan-jalan. Udara di Bangkok hari ini sangat panas, sedikit lebih menyengat dibandingkan dengan Jakarta.

Di sekitar hotel ada banyak orang berjualan makanan di pinggir jalan. Pedagang kaki lima kalau di Jakarta. Cara orang menunggu bus, naik dan turun, serta keadaan bus (serta metromini) yang ada di sini benar-benar mirip dengan Jakarta. Cara orang-orang berebut naik bus yang tidak benar-benar berhenti benar-benar mengingatkan saya akan suasana Jakarta. Ada perasaan senang dan tenang mengamati orang-orang dengan kultur yang sama ini.

***
Saya beruntung punya dua kawan wartawan di sini yang bisa ditanya lokasi-lokasi belanja murah yang bisa saya kunjungi. Na menyarankan saya untuk berjalan-jalan ke Pratunam, semacam pasar atau mall dekat hotel.

Sepanjang jalan ke Patrunam, saya melintasi banyak sekali pedagang kaki lima. Mereka menjajakan makanan, pakaian, aksesoris, mainan anak-anak, perlengkapan rumah tangga, dan sebagainya. Benar-benar mirip Jakarta. Cara orang berjualan di Pratunam juga mirip dengan ITC Cibinong atau Tamini Square. Wah, pokoknya Jakarta banget deh.