31 Maret 2009

Menunggu charger yang benar-benar universal


Kapan akan muncul charger universal untuk hampir semua gadget? Sampai kapan kita harus rela membawa satu charger untuk ponsel Nokia, satu charger untuk Blackberry, satu chargeer untuk pemutar musik MP3, serta satu lagi (dan besar) untuk notebook atau netbook. Mungkin juga harus membawa charger tambahan untukPDA (jadul), serta kamera (jadul).

***
Ada satu masalah yang cukup mengganggu saya setiap kali harus bepergian keluar kota. Masalah yang sebenarnya sepele, namun bisa sangat mengganggu ketika tertinggal. Benda yang saya maksud adalah charger.

Saya harus menyiapkan satu charger untuk Nokia, satu untuk Blackberry, satu untuk iPaq jadul, serta satu lagi untuk netbook. Beruntung bahwa charger Blackberry bisa saya gunakan untuk mengisi ulang baterai MP4 player. Guna mengatasi sebagian masaah ketika bepergian di lokasi yang rutin dikunjungi (yaitu kantor dan Bandung) saya menyimpan charger cadangan di lokasi-lokasi itu. Dengan demikian saya tidak perlu membebani tas, kecuali dengan charger netbook dan iPaq yang harga cadangannya mahal. Tapi ketika harus bepergian keluar kota selain Bandung, cara itu tidakbisa dilakukan. Semua charger harus dibawa.

Sebenarnya masalah ini bisa sedikit berkurang jika saya menggunakan ponsel Motorola tertentu, bukan Nokia, karena chargernya sama dengan Blackberry. Atau saya gunakan ponsel China yang chargingnya juga lewat slot mini USB.

***
Nah saya berharap para pembuat ponsel dan netbook serta notebook merumuskan standar universal untuk baterai dan charger. Ini saya kira soal sederhana yang akan sangat membantu konsumen.

Sekarang ini, baterai dan charger notebook sangat beragam dan sulit dipertukarkan. Di dunia ponsel halini sudah jauh lebih tertib dan mudah. Entah mengapa para produsen tidak serius memikirkan hal itu.

Dalam kasus notebook atau netbook, membawa charger jauh lebih menguntungkan daripada membawa baterai cadangan yang selain harganya mahal (paling tidak Rp600.000), juga bobotnya hampir sama dengan charger. Lebih enak membawa charger yang kabelnya ditambah sehingga panjangnya bisa mencapai 5 meter. Dan lebih enak lagi kalau charger sekaligus dapat digunakan untuk mengisi ulang ponsel dan sebagainya.

Sebenarnya bisa juga mengoptimalkan notebook sebagai terminal charging untuk mengisi ponsel dan PDA, tapi tetap saja lebih ruwet daripada sebuah charger universal yang benar-benar universal.

Semoga hal ini segera terwujud.

29 Maret 2009

Mencari persamaan Facebook dengan Facestreet

Facebook sedang booming, mewabah, berjangkit di segala penjuru melebihi penyakit menular yang paling berbahaya. Tentu saja Facebook bisa berkembang melampaui penyakit menular sebab, tidak seperti penyakit yang banyak dilawan, Facebook nyaris tidak mengalami perlawanan. Bagi FB, istilah lain Facebook, justru yang didapat adalah dukungan dan publikasi yang begitu luas.

Apa yang paling banyak kita saksikan di Facebook? Tentu saja parade wajah. Sebagian besar orang menampilkan gambar profil berupa foto diri yang dianggapnya paling keren. Sedikit yang lain melengkapi dengan gambar pasangan (suami, istri, pacar) atau anak kesayangan.

Lalu di sebelah foto diri itu ada status yang menggambarkan apa yang dipikirkan, atau apa yang sedang dilakukan, atau apa yang ingin dilakukan, atau apa yang sudah dilakukan oleh orang yang bersangkutan.

Selain status, kita juga bisa bisa menemukan data diri. Kalau kita ingin berkawan, kita bisa add yang bersangkutan baik melalui fitur "Orang yang mungkin Anda kenal" atau berdasarkan rekomendasi teman, atau melalui fasilitas pencarian, atau melihat daftar teman dari teman.

***
Dari dunia maya Facebook kita menengok dunia nyata. Dalam beberapa bulan terakhir ini kita juga melihat di hampir semua sudut jalan ada banyak sekali potret diri, gambar wajah, semacam foto profil orang. Karena mengingatkan saya akan Facebook maka saya sebut itu sebagai Facestreet.

Ada cukup banyak kesamaan antara Facebook dan Facestreet ini. Sama-sama menampilkan foto diri yang telah dipilih tampilan terbaik. Sebagian melengkapi dengan foto orang lain, kadang foto tokoh yang lebih terkenal, kadang foto orang tua, foto suami, atau foto anak.

Di dekat foto itu ada juga "status" yang menunjukkan ringkasan dari pemikiran, atau apa yang dilakukan, apa yang ingin dilakukan, apa yang dijanjikan dan sebagainya. "Status" pada Facestreet ini mirip sekali dengan status pada Facebook.

***
Di Facebook, ada sebagian orang yang ingin mengumpulkan friends sebanyak-banyaknya, baik benar-benar kenal maupun tidak. Ada pula yang selektif karena mengkhawatirkan banyak hal.

Dalam konteks Facestreet, yang dicari memang "friends" sebanyak mungkin. Makin banyak di-add atau diterima friend requestnya, makin beruntunglah dia. Maka banyak yang tidak segan memampang secara gamblang tulisan "silakan add saya", "orang cerdas add saya", dan seterusnya.

Sayangnya mekanisnya untuk add atau accept friend request pada Facestreet sangat terbatas. Harus datang ke TPS pada 9 April. Kalau di Facebook ada verifikasi dengan melihat foto orang yang di-add, maka pada Facestreet nantinya, saat nge-add (atau accept frend request) justru orang-orang tidak bisa melihat foto teman yang bersangkutan. Yang ada hanya nama dan nomor-nomor. Padahal di dunia Facebook, kadangkala kita lupa nama lengkap kawan lama, yang kita ingat hanya wajahnya. Jadi potensi salah add atau salah accept pada sistem Facestreet tampaknya jauh lebih besar daripada Facebook.

***
Bagaimana pun, kita belajar banyak dari sistem Facestreet ini. Walaupun banyak keluhan mengenai tidak kenalnya konstituen terhadap wajah yang muncul di Facestreet, sistem ini jauh lebih maju dari sistem lama. Zaman dulu kita malah sama sekali tidak tahu siapa saja yang sudah menjadi anggota DPR, siapa ketuanya, datangnya dari mana, kapan dipilihnya, fotonya seperti apa, dan seterusnya. Bahkan kita tidak tahu kalaupun rumahnya berdekatan.

Sekarang ada banyak kesempatan untuk "mengenal" kalau memang kita ingin dan mau.

Bagaimana pun ruwetnya, Facestreet tetap jauh lebih baik daripada sistem lama yang tidak ada namanya, sebagaimana Facebook jauh lebih bermanfaat dibandingkan dengan sebelum adanya karya Mark Zuckerberg itu.

Wallahu alam

17 Maret 2009

Communicator merek Karce?


Ketika bongkar-bongkar wadah barang lama, saya menemukan organizer merek Citizen yang saya beli sekitar 8 tahun atau 9 tahun yang lalu. Organizer yang tipis, sangat ringan, memiliki papan ketik qwerty ini benar-benar enak sekali untuk dimasukkan ke saku.
Bentuk dan harganya mirip-mirip dengan kalkulator merek Karce dan kawan-kawan itu. Saya lupa berapa persianya dulu membeli organizer dengan kapasitas memori hanya 32 kB itu.
Perangkat yang dulu terasa begitu penting sebelum era ponsel dan turunnya harga PC itu sekarang menjadi mainan anak saya yang sedang belajar menulis dan mengenal huruf itu.
Saya membayangkan kalau saja para pembuat ponsel bisa membuat ponsel semacam Communicator yang ukurannya tipis sekali, ringan, enak ditenteng seperti organizer Citizen atau kalkulator karce itu, alangkah nyamannya. Apalagi kalau harganya juga termasuk murah seperti organizer ketika itu.

10 Maret 2009

Bersyukur atas adanya Gtalk


Dalam satu bulan terakhir, jumlah kontak Gtalk saya meningkat lebih dari 50 orang. Hampir semuanya teman di kantor.

Gtalk dan sarana chatting lain menjadi alat yang sangat penting bagi saya karena saya dalam satu hari rata-rata harus menghubungi lebih dari 20 orang. Ini adalah sesuatu yang kadangkala dapat dilakukan dengan mudah melalui telepon ke nomor extensi. Akan tetapi lebih mudah lagi jika dilakukan dengan Gtalk.

Sebab, nomor telepon ekstensi dari banyak orang sulit dihapal, harus lihat dulu ke daftar. Belum lagi kalau orangnya berpindah nomor, repot lagi updatenya. Kalau orangnya tidak ditempat, tidak bisa ditinggali pesan. Telepon juga tidak memungkinkan copy paste, padahal banyak hal seringkali perlu fasilitas copy paste mengingat pekerjaan saya berurusan dengan teks.

Saya menggunakan dua akun Gtalk, satu untuk desktop dan satu untuk mobile. Akun mobile memungkinkan saya tetap terhubung setiap saat. Adapun akun desktop memungkinkan penanganan yang lebih mudah. Siapa pun tahu bahwa mengetik dan menangani pekerjaan di meja dengan PC lebih nyaman dibandingkan menangani pekerjaan teks dengan ponsel.

****
Manfaat chatting, sebagaimana jejaring sosial, akan meningkat eksponensial seiring penambahan anggota yang kita kenal.

Ada banyak manfaat dari model komunikasi ini, apalagi jika digabungkan dengan kemampuan untuk mobile (baik dengan Blackberry maupun dengan ponsel biasa), kemampuan menangani voice pada Gtalk, serta murahnya biaya pengiriman pesan.

Teman saya seorang wartawan di Istana Malacanang, Manila, sejak tahun lalu bercerita bahwa dia berkomunikasi dan berkoordinasi dengan redakturnya di kantor dengan cara chatting melalui Eee PC-nya. Sesuatu yang memang sudah seharusnya diterapkan di mana-mana di tengah perkembangan teknologi dan fasilitas pesan instan.

****
Secara pribadi sebenarnya saya lebih suka chatting dengan YM dibandingkan dengan Gtalk. Pengguna YM di Indonesia lebih banyak, jadi peluang untuk berkomunikasi dengan rekan-rekan di luar kantor lebih besar. Selain itu, sepanjang pengamatan saya, YM pada Blackberry lebih stabil dibandingkan dengan Gtalk. Fasilitas gruping pada YM juga lebih memudahkan dibandingkan Gtalk.

Akan tetapi ada beberapa kendala teknis yang menebabkan pilihan jatuh ke tangan Gtalk. Penyatuan satu komunitas kecil dalam satu platform komunikasi yang sama juga memungkinkan optimalisasi fitur untuk keperluan khusus. Contohnya, ‘status’ dapat digunakan sebagai pengumuman mengingat sebagian besar kontak adalah orang-orang dalam satu komunitas.

Wallahu alam

09 Maret 2009

Dongle Bluetooth yang semakin memudahkan



Saya pertama kali membeli dongle Bluetooth sekitar lima atau enam lalu. Ada dua jenis yang cukup populer waktu itu. Versi pendek, kira-kita panjangnya seukuran jari telunjuk orang dewasa Indonesia. Versi yang agak panjang biasanya berukuran hampir sama akan tetapi dilengkapi dengan antena yang dapat dilipat. Jadi, ketika antena dibuka, ukurannya praktis menjadi lebih panjang.

Seingat saya, waktu itu, dongle Bluetooth tidak otomatis plug and play. Kita perlu menginstall driver melalui CD yang dipaketkan pada perangkat itu.

Pekan lalu saya membeli dongle Bluetooth. Pendorongnya adalah keinginan untuk mencari alternatif cara transfer file/ teks/ gambar dari ponsel ke PC yang paling mudah, murah, dapat diterapkan oleh semua orang, tanpa perlu dukungan teknis yang merepotkan.

Secara pribadi sebenarnya saya sudah tidak mengalami masalah dalam transfer file karena saya memiliki dua gadget yang terhubung ke PC melalui kabel data.

Akan tetapi, karena saya merasa perlu mencoba cara yang paling gampang untuk diterapkan oleh banyak orang dalam mendukung pekerjaannya, dongle Bluetooth masih jadi pilihan.

Kalau kita menyambungkan ponsel ke PC dengan kabel data, konsekuensinya adalah harus install driver (tidak semua pemilik ponsel masih menyimpan atau memiliki CD drivernya). Selain itu, harus ada kabel data (tidak semua ponsel kelas menengah dilengkapi dengan kabel data. Kalau beli yang asli juga mahal).

***
Maka demikianlah, dongle Bluetooth menjadi pilihan. Bentuknya ternyata sekarang sangat kecil. Hanya seujung jari pria dewasa Indonesia, tidak lebih dari dua kali lipat colokan USB. Dongle seharga Rp60.000 ini pun plug and play, tinggal colok langsung bekerja. Tidak perlu install apa-apa. Gampang sekali.

Begitu Bluetooth bekerja maka transfer file antara ponsel dengan PC menjadi sangat mudah. Bagi para wartawan, salah satu masalah yang dihadapi adalah bagaimana memindahkan SMS dalam ponsel ke dalam PC tanpa mengetik ulang.

Karena kebanyakan ponsel kelas menengah sudah dilengkapi Bluetooth, maka cara sambungan semacam ini menjadi pilihan paling gampang. Ketika dua-duanya sudah tersambung dengan Bluetooth, persoalan paling rumit sudah terpecahkan.

***
Masalah berikutnya adalah bagaimana mengubah teks SMS menjadi file teks yang bisa ditransfer. Untuk smartphone tentu saja tidak ada masalah, bisa Select, Copy, lalu Paste di new document atau new note.

Sedikit kerumitan terjadi untuk ponsel non-smartphone. Pada Nokia seri 40, ada menu untuk save message to Calender. Lalu masuk ke kalender dan SMS yang sudah jadi note di sana bisa dikirim lewat Bluetooth.

Pada ponsel Sony Ericsson non-smartphone, pesan yang masuk perlu diforward menjadi SMS baru. Nah ketika sudah menjadi calon SMS baru, ada menu Edit. Dari sana kita bisa Select dan Copy, kemudian Paste di new note. Akan tetapi cara ini tidak bisa digunakan pada ponsel-ponsel model lama seperti Sony Ericsson K700i dan K750i.