29 Maret 2009

Mencari persamaan Facebook dengan Facestreet

Facebook sedang booming, mewabah, berjangkit di segala penjuru melebihi penyakit menular yang paling berbahaya. Tentu saja Facebook bisa berkembang melampaui penyakit menular sebab, tidak seperti penyakit yang banyak dilawan, Facebook nyaris tidak mengalami perlawanan. Bagi FB, istilah lain Facebook, justru yang didapat adalah dukungan dan publikasi yang begitu luas.

Apa yang paling banyak kita saksikan di Facebook? Tentu saja parade wajah. Sebagian besar orang menampilkan gambar profil berupa foto diri yang dianggapnya paling keren. Sedikit yang lain melengkapi dengan gambar pasangan (suami, istri, pacar) atau anak kesayangan.

Lalu di sebelah foto diri itu ada status yang menggambarkan apa yang dipikirkan, atau apa yang sedang dilakukan, atau apa yang ingin dilakukan, atau apa yang sudah dilakukan oleh orang yang bersangkutan.

Selain status, kita juga bisa bisa menemukan data diri. Kalau kita ingin berkawan, kita bisa add yang bersangkutan baik melalui fitur "Orang yang mungkin Anda kenal" atau berdasarkan rekomendasi teman, atau melalui fasilitas pencarian, atau melihat daftar teman dari teman.

***
Dari dunia maya Facebook kita menengok dunia nyata. Dalam beberapa bulan terakhir ini kita juga melihat di hampir semua sudut jalan ada banyak sekali potret diri, gambar wajah, semacam foto profil orang. Karena mengingatkan saya akan Facebook maka saya sebut itu sebagai Facestreet.

Ada cukup banyak kesamaan antara Facebook dan Facestreet ini. Sama-sama menampilkan foto diri yang telah dipilih tampilan terbaik. Sebagian melengkapi dengan foto orang lain, kadang foto tokoh yang lebih terkenal, kadang foto orang tua, foto suami, atau foto anak.

Di dekat foto itu ada juga "status" yang menunjukkan ringkasan dari pemikiran, atau apa yang dilakukan, apa yang ingin dilakukan, apa yang dijanjikan dan sebagainya. "Status" pada Facestreet ini mirip sekali dengan status pada Facebook.

***
Di Facebook, ada sebagian orang yang ingin mengumpulkan friends sebanyak-banyaknya, baik benar-benar kenal maupun tidak. Ada pula yang selektif karena mengkhawatirkan banyak hal.

Dalam konteks Facestreet, yang dicari memang "friends" sebanyak mungkin. Makin banyak di-add atau diterima friend requestnya, makin beruntunglah dia. Maka banyak yang tidak segan memampang secara gamblang tulisan "silakan add saya", "orang cerdas add saya", dan seterusnya.

Sayangnya mekanisnya untuk add atau accept friend request pada Facestreet sangat terbatas. Harus datang ke TPS pada 9 April. Kalau di Facebook ada verifikasi dengan melihat foto orang yang di-add, maka pada Facestreet nantinya, saat nge-add (atau accept frend request) justru orang-orang tidak bisa melihat foto teman yang bersangkutan. Yang ada hanya nama dan nomor-nomor. Padahal di dunia Facebook, kadangkala kita lupa nama lengkap kawan lama, yang kita ingat hanya wajahnya. Jadi potensi salah add atau salah accept pada sistem Facestreet tampaknya jauh lebih besar daripada Facebook.

***
Bagaimana pun, kita belajar banyak dari sistem Facestreet ini. Walaupun banyak keluhan mengenai tidak kenalnya konstituen terhadap wajah yang muncul di Facestreet, sistem ini jauh lebih maju dari sistem lama. Zaman dulu kita malah sama sekali tidak tahu siapa saja yang sudah menjadi anggota DPR, siapa ketuanya, datangnya dari mana, kapan dipilihnya, fotonya seperti apa, dan seterusnya. Bahkan kita tidak tahu kalaupun rumahnya berdekatan.

Sekarang ada banyak kesempatan untuk "mengenal" kalau memang kita ingin dan mau.

Bagaimana pun ruwetnya, Facestreet tetap jauh lebih baik daripada sistem lama yang tidak ada namanya, sebagaimana Facebook jauh lebih bermanfaat dibandingkan dengan sebelum adanya karya Mark Zuckerberg itu.

Wallahu alam

Tidak ada komentar: