15 Oktober 2008

Laskar Pelangi & masa depan Andrea Hirata


Sebelum mengenal Laskar Pelangi saya sudah mengenal beberapa istilah/frase/kalimat yang menggunakan kata laskar. Pertama tentu saja Laskar Pajang (serta Laskar Banyubiru, Laskar Menoreh, dsb dalam cerita silat karangan SH Mintardja). Kemudian muncul Laskar Jihad yang sangat popular ketika kerusuhan Maluku. Belakangan ada pula Laskar FPI, dan Las-kar-bit (las karbit saingannya las listrik, hehe)

Saya menonton film Laskar Pelangi pada Sabtu malam lalu di BTC Bandung. Tadinya mau nonton siang/sore, ternyata tiket siang itu sudah habis.

Ini sebuah kisah yang inspiratif, bernilai, membangun, mengharukan, mengajarkan hal-hal yang berguna. Ada pertentangan tetapi tidak ada tokoh antagonis. Bagiku, ini sangat menarik. Ternyata dunia (dan cerita), bisa tetap menarik kendati tanpa ada tokoh yang benar-benar antagonis dan layak dibenci.

Sebagai orang yang lahir dan dibesarkan di dusun yang jauh dari peradaban kota, kemudian mendapat kesempatan untuk mendapat pendidikan terbaik di negeri ini, serta melihat-lihat pusat peradaban dunia dan menikmati produk-produk paling modern, saya bersyukur ada orang yang berhasil mendokumentasikan perjuangannya melalui Laskar Pelangi. Ada banyak “Laskar Pelangi” lain di negeri ini yang tidak terdokumentasi dengan baik, dan akibatnya tidak memiliki efek bola salju seperti kisah anak-anak Balitong itu.

***
Namun demikian, ada beberapa kritik kecil atas film itu.
Kritik utamaku adalah dipilihnya pemain-pemain yang sudah terlanjur terlalu dikenal publik dengan citra tertentu. Dalam hal ini misalnya adalah Rieke Diah Pitaloka (Oneng) sebagai ibu Ikal, serta Tora Sudiro (sebagai salah satu guru di SD PN). Mereka sudah terlalu dikenal di TV sebagai komedian dsb. Mereka sudah punya citra sendiri yang berbeda dnegan citra dalam Laskar Pelangi.

Beruntung saya kurang mengenal Cut Mini, Slamet Rahardjo, dan beberapa pemain lainnya sehingga citra mereka tidak menggangguku dalam memahami cerita.

Kalau tidak salah, ending cerita itu juga berbeda dengan yang ada di buku.

Sejujurnya saya juga ingin tahu bagaimana pandangan anggota Laskar Pelangi (selain Ikal dan Lintang) mengenai film itu. Ada seberapa besar modifikasinya dari kisah nyata (film dan atau novel selalu menggunakan dramatisasi, jadi sangat mungkin ada penambahan sana-sini pada kisahnya)

Yang juga sedikit menggangu adalah logat Melayu (atau Sumatra? Atau Riau) yang kurang akrab di telinga saya.

***
Satu lagi hal yang menjadi tanda tanya, yaitu masa depan Andrea Hirata. Masih muda, (kabarnya) belum menikah, kok otobiografinya sudah terkenal sebesar itu. Bagaimana dia harus membangun ‘kebesaran’ sisa kehidupannya? Bagaimana dia mempertahankan ‘kesuksesan’ dan ‘keajaiban’ itu di masa depan? Bagaimana dia akan menanggung beban itu?

Tetralogi Laskar Pelangi tentu berbeda pola dengan Harry Potter karya Rowling, atau Da Vinci Code dari Brown. Bahkan dibandingkan dengan karya-karya berbasis kenyataan yang ditulis oleh Tolstoy, Chekov, Pasternak, dll juga sangat berbeda. Karya para penulis yang telah lampaui itu jelas-jelas dinyatakan sebagai fiksi (kendati berbasis fakta) sehingga beban bagi penulisnya juga berbeda.

Wallahu alam.

15 komentar:

Anonim mengatakan...

Aku buka window komen pada blog susah jadi ku posting lewat email ya

Aku merupakan salah satu yang cukup mengagumi film, latar belakang dan berbagai karakter tokoh di dalamnya.
Yang sebenarnya tidak perlu ditampilkan adalah tokoh tora sudiro yang kalau tidak ada justru menambah bagus dan apiknya film.
Tokoh2 lainnya, nyaris sempurna dalam membawa fikiran dan perasaan penonotonnya untuk terlibat di dalamnya.

Mengenai ANdrea Hirata, yang sudah jadi miliarder atau triliuner itu, denger2 dia akan segera pensiun dini dari Telkom dan membangun masa depannya sendiri dengan berbekal tetralogi, meski saya sanksi kemampuannya untuk menulis di luar tetralogi dan yang benar2 fiksi.


Pastinya, butuh beberapa tahun lagi untuk dia menulis cerita baru, sehingga novelnya tetaplah menjadi otobiografinya dan menjadi kisah nyata, bukan fiksi. Hingga seri terakhir tetraloginya, dia belum sampai pada usia dan kondisi saat ini.

ya kita tunggu aja cerita dia menceritakan dirinya sendiri..

Anonim mengatakan...

pak saya komentar di imel ini aja dulu ya pak.
soal logat saya diuntungkan, saya justru sangat menikmati logat dan kias-kias kas melayu yang mereka bawakan, terutama kelompok laskar pelangi
Andrea Hirata (AH) menurut saya tidak akan terbebani karena laskar pelangi tidak satu2nya karya yang benar-benar booming. Tnetu bapak sudah nonto ayat ayat cinta juga kan. Mungkin dia akan senasib dengan kang ibik anak semarang itu.
Dan lagi AH tidak pernah membuat diri sebagai hero yang tanpa catat. yang ironis itu adalah kejeniusan lintang yang bisa dibilang terbuang percuma karena kematian ayahnya.

maaf kalau tidak sesuai dengan yang Bapak maksudkan, he he he.........

Setyardi Widodo mengatakan...

terima kasih banyak.
Saya kira Laskar Pelangi sangat berbeda dengan Ayat-ayat Cinta yang pure fiksi. Persoalannya adalah bahwa kisah hidup Andrea ini telah menjadi milik publik. Dan orang pasti akan berkaca kalau (seandainya) masa depan Andrea tidak secemerlang harapan orang. Itulah yang saya maksud sebagai beban. Beban bukan hanya bagaimana membuat fiksi baru seperti beban Kang Abik, bebannya adalah mewujudkan impian Laskar itu ke dalam kenyataan (benar-benar kenyataan hidup seperti mencari istri, berbisnis, mendirikan yayasan, dst).
Wallahu alam.

Anonim mengatakan...

ya pak, sebenarnya beban itu awalnya lebih besar kepada tokoh lintang, yang ternyata pada akhirnya gagal dan ketemu diending cerita sebagai orang biasa dan punya anak perempuan berbakat. Tapi AH tetap menganguminya walau akhir tidak seberuntung dia yang kemudian malah dapat beasiswa ke Paris.
kalau saya tidak salah kebanyakan fans novel langkar pelangi justru penasaran, yang ingin banyak tahu soal a ling dan gadis asing yang dicintai AH yang tidak tuntas itu.
jadi lari ke roman.
Umumya mereka justru banyak terobsesi oleh tokoh lintang yang dianggap jenius bersama tiga tokoh yang dianggap menonjol, yaitu AH, lintang dan mahar sang pemimpin kelompok itu

Anonim mengatakan...

mas wi,
kayaknya si AH udah punya istri deh ...... kayaknyaaa...... soale temenku pernah liputan dia pas buku ini belum terlalu terkenal macam sekarang, dan sudah ada perempuan yang setia mendampingi tuh hehehe sok tau gw!

soal tokoh2 Oneng mendadak masuk ke Laskar Pelangi ... itu juga gw ngerasa terganggu mas! abis gimana lagi dunk .. mungkin emang mereka pengen jadikan tokoh2 Oneng dan Tora Sudiro sebagai pemancing dan pemanis.... satu tanda Riri Reza gak percaya diri sama hasil kreasinya?

maybe!

Anonim mengatakan...

mas, ada satu laskar lagi, Laskar Cinta dari Ahmad Dhani, hehe

Setyardi Widodo mengatakan...

- memang ya itu, pak, untungnya si ikal itu tidak terlalu menonjol perannya di film.
- buat ella, kayaknya belum muncul tuh istri andrea hirata di nova, bintang, dkk.
- terima kasih

Basuki Rahmad mengatakan...

Seperti lika-liku dan puzzle kehidupan yang dipaparkan Andrea dalam bukunya, semoga begitu pula jalan kehidupannya ke depan. Siapa tahu dia punya mimpi yg punya dimensi lain? Kebesaran di dimensi sekarang mgkn sudah didapat, tapi bisa jadi kebesaran di dimensi lain bisa dikejarnya.

Kita doakan saja. Begitu banyak ispirasi dari bukunya, rasanya doa sederhana ini tak sebanding dengan apa yang sudah didapat dari bukunya.

khoirul.anwar mengatakan...

memang banyak yang menjadi teka-teki dalam tetralogi LP, termasuk tentang Aling. Saya setuju.. kalau ini akan sedikit membebani kehidupan AH di masa yang akan datang. Mungkin itulah dampak pencurian dari diari seseorang (Laskar pelangi kan ditulis tidak untuk diterbitkan... sahabat AH mengambil kopiannya kemudian dikirim ke penerbit bentang), Menurutku... AH tidak akan bisa menulis novel-novel fiksi, dan mungkin memoarnya akan kembali laris bila Tuhan menakdirkan perjodohan dia dengan A Ling di hari tuanya

Anonim mengatakan...

good point kawan... saya aja sampai sekarang belun berani nulis biografi (gak nanya ya... emang saya siapa ya...) :)
aku dulu jadi anggota lasykar nglangi (klub berenang) di kali. yang mentas duluan terkena penalti taspok (mentas dari sungai dipopok alias dilempar pasir, sehingga mau tak mau harus nyebur lagi kan). kadang sampai nangis lho dikerjain seperti itu :(

Setyardi Widodo mengatakan...

- mas basuki, betul juga. amiin.
- pak khairul, saya malah baru dengar soal 'pencurian' itu.
- pak djauhar, cerita laskar nglangi dengan taspoknya saya kira menarik. seperti cerita si bolang di TV donk pak, hehe
- matur nuwun

Anonim mengatakan...

saya suka film ini, tapi saya kok kurang nyaman ya ketika kisah jatuh hati ikal kepada aling dikasih porsi waktu sedemikian lama. entah apa maksud sang sutradara. jika untuk menampilkan sisi romantis jadi kabur karena dimainkan anak2 bawah sepuluh tahun. kalau mau masukin lelucon, jelas kalah lucu dengan adegan lain di film ini.

untuk andrea hirata dan proses kemunculannya, saya kira sebagian sudah by design, termasuk cerita temennya yang menawarkan naskah ke penerbit. it's part of gimmick-lah...dan ternyata booming, disusunlah rencana2 berikutnya. Faktor ndelalah, kebetulan, dan sejenisnya mungkin ada, tapi saya rasa kecil...

Saya meragukan masa depan AH di "industri tetralogi" ini, sama seperti saya meragukan kang abi dengan ayat2 cinta, cinta bertasbih...Mereka bukan Om Pram, bukan Soekarno, juga bukan Ronggo Warsito. Karya mereka ini lebih mirip dengan sebuah model mobil baru. Hangat sesaat untuk kemudian dilupakan setelah muncul genre baru ...Tentu beda dengan Bumi Manusia yang terus dikagumi dan diburu orang kendati telah puluhan tahun dirilis ke publik

Setyardi Widodo mengatakan...

matur nuwun mas muhib.

aling barangkali diangkat agak banyak biar bisa memasukkan lagu 'bunga seroja'. barangkali juga karena target penontonnya bukan hanya anak-anak, melainkan juga bapak-bapak, ibu-ibu dan sebagainya, hehe. tapi saya setuju dengan sampeyan, bahwa porsinya terlalu banyak.

soal masa depan ya memang itu mas yang saya soroti. pram menulis tetralogi pulau buru kan berdasarkan biografi orang lain yang disebut mas minke itu. tirtoadisurja itu kan orang yang sudah sampai finish kehidupan, kita sudah tahu perannya dalam sejarah sampai pada akhir hayatnya. tidak ada beban lagi. dan itu tidak dikalim sebagai fakta, melainkan fiksi sejarah.

mungkin di masa mendatang pak andrea perlu menulis hal-hal lain yang tidak didasarkan pengalaman sendiri semata, melainkan juga berdasarkan riset sejarah dan sebagainya. ya itu kan dengan asumsi beliaunya tertarik untuk mencebur lebih jauh ke dunia tulis menulis kisah.

adapun soal tren, sekarang ini kan dunia cepat sekali menjadi tua. kita cepat lupa tetapi juga semakin cepat menemukan hal-hal menarik yang baru.

wallahu alam

matur nuwun ingkang kathah.

Anonim mengatakan...

Kalo anda bilang laskar pelangi adalah autobiografi andrea saya rasa itu salah. Karena itu adalah sebuah novel, bukan memoar spt yg dilontarkan pada awal kemunculannya.jadi kehidupan andrea dg ikal jelas byk bedanya. Krn novel ini hanya terinspirasi oleh sebagian pengalaman hidupnya. Tapi bukan berarti itu memoar krn kalo kita baca dg logika saja jelas banyak fiksinya hanya tdpt bbrp penggalan kisah nyatanya. Kalo masalah masa depan andrea saya juga kurang yakin karena sekarang banyak pembaca yg udah luntur kepercayaan dengan karyanya(mengenai klaim non fiksi tetapi sbnarnya fiksi)

dasheash mengatakan...

t4i06y0y75 m8k60r7a17 o1i12p6k18 i6o60v2e91 m5q77n2m78 y5i52o0p57