03 November 2008

Calon pembunuh warnet itu bernama Blackberry?


Telepon seluler yang kian murah dan merakyat terbukti telah ‘membunuh’ warung telekomunikasi atau wartel. Apakah Blackberry dan layanan mobile Internet lainnya akan membunuh warnet?

Warnet sebagai layanan yang lokasinya tetap, memang memiliki kemiripan dengan wartel. Wartel booming ketika ada keterbatasan telepon saluran tetap, sementara telepon seluler masih sangat mahal.

Warnet juga booming ketika kebanyakan orang sulit mendapatkan akses Internet yang murah baik karena keterbatasan perangkat maupun ketersambungan.

Ancaman dari keduanya hampir sama, yaitu dari layanan telekomunikasi bergerak. Saat ini harga telepon seluler sangat terjangkau, banyak yang di bawah Rp500.000 dengan tariff yang juga sangat terjangkau. Hal itu terjadi setelah sekitar lebih satu dekade sejak pertama kali seluler diperkenalkan di Indonesia.

Belakangan, layanan Internet melalui perangkat bergerak meningkat pesat. Salah satu pemicunya adalah sistem layanan Blackberry yang volume aksesnya tidak dibatasi (unlimited) sehingga orang bisa memanfaatkan hampir semua kegunaan Internet yang biasa dilakukan melalui PC.

Pengguna bisa mengakses dan mengirim e-mail, chatting, akses jejaring sosial, browsing, dan sebagainya melalui perangkat komunikasi bergeraknya. Dengan demikian, untuk saat ini, layanan Blackberry lah yang bisa dianggap paling representatif mewakili fungsi Internet bergerak.

Perkembangan Blackberry yang sangat pesat (ditandai dengan lakunya Bold XL hingga 1.500 unit dalam waktu satu bulan), dengan tarif sangat murah.(harian bisa Rp5.000 unlimited, sama dengan ke warnet satu atau dua jam) bisa menjadi indikator sendiri.
Tarif berlangganan Blackberry yang tersedia di pasaran saat ini bervariasi mulai dari Rp180 (Telkomsel, masa aktif 30 hari), Rp175.000 dan Rp160.000 (Indosat, masa aktif 30 hari), Rp50.000 (Indosat, masa aktif 7 hari), hingga Rp5.000 (XL, masa aktif 1 hari).

Adapun jumlah pengguna Blackberry saat ini berkisar 60.000 nomor, beberapa puluh kali lipat dibandingkan jumlah warnet.
Di masa mendatang sangat mungkin bermunculan vendor lain yang dapat menyediakan perangkat dan layanan serupa.

***
Akan tetapi, untuk menjadi ‘pembunuh’ warnet, Blackberry dan layanan Internet bergerak lain harus memenuhi sejumlah syarat.

Menurut Irwin Day, Ketua Umum Asosiasi Warnet Indonesia, harga Blackberry masih jauh untuk menjadi warnet killer. “Tidak semua pekerjaan bisa di Blackberry. yang sudah terjadi adalah ponsel murah dan pulsa murah menjadi wartel killer.

Irwin mengakui dunia sedang menuju ke penggunaan ponsel pintar dan serbaguna. “Tapi saya kok masih nggak yakin kalau Blackberry akan mendorong perubahan besar atau menjadi warnet killer application dalam waktu dekat. Karena mereka yang menggunakan Blackberry pada dasarnya memang bukan pengguna warnet,” tambahnya.

Ahli Internet Onno W. Purbo yang dikenal sebagai Bapak Warnet dan pelopor RT/RW Net, juga mengemukakan pandangan senada. “Ya enggak lah, hari ini berapa orang sih yang bisa beli Blackberry yang harganya Rp4 juta-Rp7 juta itu,” ujarnya retoris.

Menurut Onno, kalau harga Blackberry Rp200.000-Rp300.000 seperti ponsel saat ini maka layanan itu dapat mematikan warnet. “Sama lah kira-kira kaya ponsel mematikan wartel hari ini. Cuma, kan butuh waktu belasan tahun sebelum harga ponsel bisa turun sampai serendah itu,” tambahnya.

Irwin dan Onno masih optimistis terdap masa depan warnet. Akan tetapi, si calon pembunuh sudah lahir. Barangkali hanya soal waktu untuk memungkinkan layanan Blackberry serta Internet bergerak lainnya booming dan menghasilkan harga yang murah.

Warnet kembali mendapat tantangan dan harus menyediakan layanan beragam yang sulit diakses dari perangkat komunikasi bergerak.

Wallahu a’lam
Keterangan: Gambar diambil dari geardiary.com

2 komentar:

Anonim mengatakan...

gue sih terbiasa browsing di layar yang ukurannya minima 12 inchi...
mmm.. kalau blackberry menawarkan solusi yang sama dengan teknologi hologram... dan harganya minimalis

gue tertarik Do

Setyardi Widodo mengatakan...

terima kasih kang Rommy,

warnet memang memiliki dimensi yang lebih kompleks dibandingkan dengan wartel. kalau pada wartel konsumen bisa hanya fokus pada satu bentuk layanan yaitu suara, maka pada wartel ada banyak variabel yang menentukan kerasan tidaknya para pengguna. ada masalah lebar layar, jenis komputer, kondisi ruangan, ketersediaan makanan dsb. apalagi orang menggunakan warnet biasanya jauh lebih lama dibandingkan menggunakan wartel.

selain itu, ternyata, sebelum menjadi 'pembunuh' warnet, agaknya blackberry justru terlebih dahulu menjadi 'pembunuh' nokia communicator...

terima kasih