03 November 2008

RIM perlu buat Blackberry low end

Indonesia mengalami booming Blackberry sebagaimana pernah mengalami booming Nokia Communicator. Pertama-tama, Blackberry saat ini dianggap sebagai perangkat bergengsi tinggi, melebihi Communicator. Ada rumors para pejabat dan mitra pejabat belakangan lebih suka Blackberry karena lebih aman dari sadapan.

Kedua, Blackberry mampu menghadirkan mobile Internet yang sesungguhnya, yang dulu diimpikan orang untuk terwujud melalui 3G. Ternyata layanan itu bisa hadir kendati tanpa 3G. Hadirnya ya melalui Blackberry ini.

Seiring dengan perkembangan itu, ada dua pertanyaan besar saya sekarang. Pertama, bagaimana daya dukung RIM terhadap potensi booming perangkat ini? Kedua, bagaimana strategi RIM dalam menggarap segmen pasar yang lebih bawah sebagaimana para produsen ponsel telah melakukannya.

Soal daya dukung ini saya lihat memang Indonesia masih kecil dibandingkan dengan keseluruhan pasar dunia. Akan tetapi, melihat perkembangannya, Indonesia akan menjadi salah satu pasar terbesar. Mungkin saat ini pasarnya sudah lebih besar daripada Singapura. Ditambah lagi, pertumbuhan di segmen ritel (BIS) juga tampak pesat banget. Saya belum melihat RIM memiliki kemampuan produksi dan distribusi sebagaimana Nokia di masa lalu dalam mengantisuipasi lonajakn permintaan. Yang jelas, saya mempertanyakan kemampuan RIM dalam mendukung hal ini.

Berikutnya, soal harga. Gengsi memang untuk barang yang harganya tinggi. Akan tetapi, harga jual di Indonesia ini mahal sekali. Di AS saja, Bold dipasarkan dengan harga di bawah US$300 per unit melalui sistem bundle, dan ditujukan untuk segmen korporasi. Di Indonesia, Bold dijual dengan harga di atas US$800 per unit, dan ditujukan untuk segmen ritel, kadang dengan ikatan berlangganan satu tahun.

Mahal sekali. Di AS saja mereka ‘takut’ menjual Bold dengan harga terlalu jauh di atas iPhone 3G. Produk lain seperti Curve dan Huron juga dijual rata-rata dengan harga di atasa US$500 per unit. Sangat mahal bagi kebanyakan orang Indonesia.

Mengapa RIM tidak membuat produk low end saja? Mengapa tidak seperi produsen ponsel lain yang mengurangi fitur untuk bisa menyasar segmen yang lebih bawah? Kenapa tidak dibuat Blackberry versi murah dengan fitur terbatas? Apakah mereka ingin seperi Apple yang membuat produk sangat terbatas untuk segmen yang memang terbatas?

Ataukah ini terkait dengan daya dukung produksi RIM yang tidak terlalu besar? Mereka tidak sanggup membuat produk yang terlalu banyak, terlalu murah? Atau mereka membiarkan saja harga tinggi untuk produk baru dan memaksa orang yang berkantong cekak menggunakan Blackberry model lama yang harganya sudah turun? (Sudah turun pun masih mahal lho)

Atau mereka menunggu datangnya pesaing signifikan yang mampu memaksa perusahaan Kanada itu menurunkan harga handsetnya? Entahlah, yang jelas saya sangat mengharapkan RIM menyediakan handset murah dengan fitur seadanya saja (pakai kamera seadanya atau tidak ada kamera sekalian, tidak ada GPS, layar tidak harus berwarna, dan pengurangan lain untuk menekan harga dengan fungsi utama tetap berjalan).