21 November 2011

Penumpang nan mencurigakan

Saya naik bus dari terminal sekitar jam 12 malam. Saya duduk di baris kedua dari depan, posisi pinggir gang lajur sebelah kiri. Sebelah kiri saya, kursi yang dekat kaca, kosong. Bus juga tidak padat. Banyak kursi jejer dua yang cuma diisi satu orang. Kabin gelap dan saya tidur.

Saya terbangun karena ada orang yang mau duduk di sebelah. Agak kaget karena kurasa sebelumnya bus tidak berhenti untuk menaikkan penumpang. Jadi kemungkinan besar penumpang itu berasal dari kursi lain. Dua kursi di kanan belakang saya kosong melompong.

Keanehan pertama bapak di sebelah itu bertanya: berapa, tiket? Saya jawab dengan nada heran: sekian ribu. (Mungkin dia ingin mengesankan diri baru naik ke bus dan tidak biasa naik kendaraan itu?)

Lalu dia mulai melakukan gerakan aneh. Meletakkan tas di depan agak menyodok ke arah saya. Lalu tidurnya menghadap ke kaca, muter ke depan, balik lagi ke belakang. Pokoknya heboh. Ada bau minyak yang agak menyengat. Dia juga menengok-nengok ke arah kanan belakang saya yang kursinya kosong. (Seolah-olah dia ingin saya pindah ke sana. Saya pikir kenapa tidak dia saja yang ke sana)

Terakhir dia (pura-pura) tidur dan ambruk ke arah saya. Saya kan mangkel. Saya bangunkan dia. Habis saya bangunkan, dia seperti mau pindah ke kursi lain. Saya kasih jalan. Eh begitu sampai gang, dia balik lagi lalu tanpa ngomong apa-apa, mendesak saya supaya pindah ke kursi pinggir kaca.

Saya mangkel banget. Tapi daripada repot, saya pindah saja ke pinggir kaca. Saya tidak bisa tidur. Kursi di pinggir itu tidak bisa diatur kemiringannya.

Setelah duduk di bekas tempat duduk saya, orang itu agak tenang. Tapi posisi tidurnya agak aneh. Badannya menempel ke kursi di depannya, di kursi baris pertama.

Mungkin sekitar seperempat jam kemudian dia pindah ke kursi yang kosong di kanan belakang. Saya pun kembali ke kursi saya semula. Eh, baru dua menit, dia balik lagi sambil memencet tombol AC. Saya marah, kubilang: Bapak ini maunya apa sih?

“Saya mau turun.”
Saya kembali ke pinggir kaca. Dia duduk lagi di bekas kursiku, sekitar 2 menit. Lalu dia kasih aba-aba ke sopir untuk berhenti. Caranya memberi aba-aba tanpa suara.

Dia pun turun di tengah jalan tol. Saya cek semua barang saya aman.

Saya pun duduk kembali dengan tenang di tempat semula. Sekitar lima menit kemudian bapak-bapak yang duduk di depan saya, baris pertama, terkaget-kaget menyadari laptopnya hilang. Tas laptopnya robek.

Waduh. Bapak yang kehilangan laptop memang tidurnya nyenyak. Tapi tas laptop itu dikempit lho di dadanya. Jadi tidak ditaruh di tempat lain. Jadi yang merobek tas dan mengambilnya pasti lihai.

Kasihan banget Si Bapak yang kehilangan laptop itu. Dia Cuma tanya: tadi ada yang turun, ya Pak? Awak bus menjawab iya.