14 Mei 2009

Mencari kesempatan dalam Black Swan (i)


Carilah kesempatan atau apa pun yang mirip kesempatan. Yang seperti ini langka, jauh lebih langka dari yang Anda kira. Ingat bahwa untuk beruntung Anda harus berada di tempat yang tepat untuk menerimanya. Banyak orang tidak sadar bahwa mereka mendapatkan keberuntungan dalam hidup justru saat mendapatkannya. Jika seorang penerbit besar atau tokoh besar atau eksekutif besar mengusulkan sebuah pertemuan dengan Anda, batalkan apa pun kegiatan lain yang telah Anda rencanankan: Anda mungkin tidak akan pernah menemukan jendela seperti ini terbuka lagi.

Begitulah salah satu saran Nassim Nicholas Taleb dalam buku Black Swan. Pria kelahiran Lebanon keturunan Yunani ini mengungkapkan hal-hal yang bagi saya sangat mengejutkan dan memikat dalam buku setebal 480 halaman terbitan Gramedia Pustaka Utama itu. Bagi saya, ini salah satu buku yang sangat berguna untuk memahami betapa kehidupan ini tidak bisa diramalkan dan manusia sering terjebak untuk sok tahu.

Black Swan digunakan untuk menyebut peristiwa besar yang terjadi secara acak dan berdampak besar bagi kehidupan. Munculnya buku best seller, kehadiran Internet, Google, resesi ekonomi, perang besar, adalah sebagian di antara Black Swan.

Tiga karakteristik Black Swan yang disebut NNT adalah: tidak dapat diramalkan; memberikan dampak yang masif; dan setelah terjadi, mendorong kita untuk membuat penjelasan bahwa peristiwa itu bukan kebetulan, dan lebih bisa diramalkan daripada sesungguhnya.

Lalu, mengapa dipilih nama Black Swan untuk menyebut peristiwa besar yang tidak lazim itu? Konon, sebelum benua Autralia ditemukan oleh orang Eropa, mereka yakin bahwa semua angsa berwarna putih. Semua ahli di “Dunia Lama” meyakini hal itu didasarkan pada segala pengamatan dan data dalam jangka waktu yang lama. Akan tetapi, cukup diperlukan seekor angsa hitam untuk meruntuhkan pandangan umum yang berasal dari pengamatan banyak ornag terhadap jutaan angsa putih selama berpuluh-puluh abad. Hal yang diperlukan hanya seekor angsa hitam. Itulah Black Swan.

NNT berusaha menjelaskan bahwa kehidupan berjalan lebih banyak ditentukan oleh hal-hal yang tidak kita ketahui daripada sebaliknya. Jenis pekerjaan yang kita jalani saat ini, pasangan hidup yang ada di sebelah kita, kondisi kota yang kita diami, menunjukkan bukti betapa semua itu tidak seperti yang kita ramalkan beberapa puluh tahun yang lalu. Kenyataan menunjukkan betapa lemah kemampuan manusia dalam meramal masa depan.

***
Ada beberapa cerita menarik yang diungkapkan NNT. Salah satunya adalah soal kalkun yang diadopsi dari tulisan Russel soal ayam.

Seekor kalkun dipelihara dengan penuh perhatian selama 1.000 hari lalu disembelih pada hari ke-1.001. Bagi kalkun, data selama 1.000 hari pertama menunjukkan bahwa ekstrapolasi untuk hari ke-1.001 adalah perlakuan yang sama baiknya atau lebih baik. Disembelih pada hari ke-1.001 adalah kejutan, bertentangan dengan semua data yang dihimpunnya mengenai perlakuan si tuan selama 1.000 hari pertama.
Akan tetapi, bagi peternak, perlakuan pada hari ke-1.001 sudah sesuai rencana, tidak bertentangan dengan perlakuan pada hari-hari sebelumnya. Ini hanya masalah jadwal dan cakupan pemahaman.

Seorang kawan berseloroh mengenai hal ini: bagi konsumen, kerusakan ponsel pada tahun ke-2 adalah musibah, sementara bagi produsen, hal itu sudah sesuai rencana. Dalam kehidupan nyata, banyak yang lebih rumit dibandingkan kerusakan ponsel yang (bagaimana pun) masih dapat diduga sebelumnya.
Jadi, penting untuk tetap skeptis, tidak terlalu percaya pada ramalan dan data-data yang sejauh ini menunjukkan semuanya baik-baik saja. Bisa jadi ada variable lebih penting, lebih besar, yang tidak atau belum diungkapkan.

***
Kisah lainnya yang juga menarik adalah mengenai Geovanni Drogo. Tokoh fiktif dalam novel karya (penulis fiktif) Yevgenia. Karakter utama dalam cerita Il Deserto itu begitu siap menghadapi Black Swan yang ternyata, tragisnya, tidak pernah datang. Drogo adalah seorang perwira muda yang penuh semangat. Pada awal karirnya ditempatkan di sebuah benteng perbatasan di pinggir padang pasir. Dalam penugasan selama empat bulan itu, semula dia merasa tidak nyaman. Akan tetapi, lama-lama dia menikmati penantian sebuah peristiwa besar.

Dia kerasan tinggal di benteng dan menantikan serbuan musuh yang akan membuatnya menjadi pahlawan. Dia terus menunggu dan menunggu hingga 35 tahun. Dan, tragisnya, dia justru tidak berada di tempat ketika peristiwa besar yang telah dinantikan bertahun-tahun itu terjadi.

Di dunia nyata, hampir semua orang mengira bahwa perang besar yang (akhirnya) terjadi bertahun-tahun (seperti Perang Dunia I & II) itu semula hanya akan berlangsung beberapa hari. Para korban mengungsi dengan harapan beberapa pecan kemudian dapat kembali ke tempat tinggalnya. Ternyata, berpuluh tahun kemudian, mereka masih tinggal di pengungsian.

Banyak orang menjadi pengamen dengan harapn sekian bulan ke depan dapat menemukan pekerjaan lain yang lebih baik. Ternyata, bertahun kemudian, dia masih juga mengamen. Banyak juga pilihan karir lain yang bentuknya serupa.

***
Cerita berikutnya mengenai Giacomo Cassanova. Cassanova yang menyebut dirinya sebagai Jaques, Chevalier de Seingalt, adalah sosok yang sangat ingin menjadi intelektual namun dikenal sebagai penggoda perempuan.

Dia digambarkan sebagai orang yang lebih licin daripada Teflon: kemalangan tidak pernah singgah kepadanya. Sastrawan yang dikenal dengan 12 jilid buku berjudul History of My life itu mengungkapkan cerita tentang serangkaian nasib baik yang mengubah jalan hidupnya.

Ketika sesuatu menjadi buruk baginya, entah bagaimana dia akan bertemu dengan seseorang di tampuk kekuasaan yang menawarkan kerja sama bisnis dengannya, seorang penyandang dana baru yang belum pernah dia khianati dalam perjumpaan sebelumnya, atau seorang yang cukup dermawan dengan ingatan yang cukup lemah untuk melupakan kesalahan-kesalahannya di masa lalu.

Cassanova seolah-olah dipilih oleh takdir untuk selalu lolos dari bahaya. NNT berusaha menjelaskan bahwa keberuntungan yang terus menerus seperti Cassanova itu mungkin terjadi dalam dunia yang pada hakekatnya adalah acak ini. (Bersambung, insya Allah)

Gambar: Gramedia Matraman

1 komentar:

Setyardi Widodo mengatakan...

Copy from facebook

KS at 3:58pm May 14
tentang casanova, apa terjangkitnya dia akan sipilis juga klarena keberuntungannya akan kemudahan mendapatkan wanita?

AI at 5:33pm May 14
saya barusan --entah kebetulan atau tidak-- menimang buku ini di gramedia dan membacanya sejenak. menarik memang dan ingin membawanya pulang. namun akhirnya urung karena melihat bandrol rp 80 ribu :D apakah ini kebetulan juga?

tapi hal yang saya bawa adalah pikiran acak, kebetulan yang tidak direncanakan, dan seperti mas kelik uraikan. nassim nicholas taleb rupanya cukup pintar dalam menguraikan. saya kira ini sebuah analisis tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi kemudian disimpulkan.

AI at 5:37pm May 14
tanpa teori agama, tanpa embel-embel tuhan.

lantas, apa menariknya jika "yang terjadi biarlah terjadi"? di sini, harus saya akui, nassim menunjukkan kelebihannya. dan akhirnya, kita tergerak untuk berpikir ulang tentang rencana matang yang kita bentuk, profesi yang kita jalani --sambil berharap perubahan nasib :D

AI at 5:43pm May 14
saya tunggu sambungannya. lumayan, nggak usah beli buku dapat uraiannya. hahaha

SL at 9:41pm May 17
Allah ternyata memberi begitu banyak peluang di sekitar kita, semuanya tidak ada yang kebetulan. Hanya saja, kita lebih sering mengabaikannya dan membiarkan diri kita terperangkap dalam zona nyaman. Jika pun kita berpikir bahwa sesuatu adalah peluang dan kita menikmati penggarapan atas peluang itu, lantas kemudian tidak memberi hasil yang maksimal dalam pandangan banyak orang, bukankah lebih baik kita sudah berbuat sesuatu daripada tidak sama sekali? Terima kasih atas pencerahan dari Pak Widodo melalui kisah Black Swan ini.

RR at 3:42pm May 18
thanks buat pencerahannya Do