11 Juli 2011

Kompas biologis orang Jawa

Ada satu yang khas dari orang Jawa bila berkunjung ke tempat yang asing. Mereka selalu bertanya tentang arah. “Ini rumah menghadap ke mana? Itu jalan membentang ke arah mana? Sholat kok perasaan menghadap ke selatan. Menurutku rumah kakakmu menghadap ke selatan, padahal yang benar ke timur.”

Begitulah orang Jawa. Pertanyaan atau keluhan semacam itu bukan hanya dilontarkan sekali. Kadang sampai berkali-kali. Begitu pindah tempat kembali lagi bertanya atau memastikan arah.

Bila salah dalam merasakan arah, mereka akan menyebutnya sebagai orang bingung. Jadi, bingung dalam terminologi Jawa bukanlah tidak tahu jalan, melainkan memiliki orientasi arah yg tidak sesuai kenyataan.

Teman saya Estananto menyebut ini bukan khas Jawa, melainkan khas masyarakat agraris memandang ruang. Akan tetapi, sejauh ini saya belum pernah menemukan orang agraris non-Jawa yang sibuk dengan orientasi arah sebagaimana orang Jawa melakukannya. Jadi saya pikir ini memang khas Jawa.

***
Ada istilah terkait dengan kerja tubuh yang disebut sebagai jam badan atau jam biologis. Nah, barangkali orang Jawa itu memiliki kompas badan atau kompas biologis. Ada sesuatu yang tertanam dalam pikiran orang Jawa yang terkait dengan orientasi atau arah.

Setiap kali berpindah lokasi atau posisi, kompas biologis itu berusaha melakukan kalibrasi, membandingkan dengan arah yang benar. Persis dengan jam badan ketika kita bertanya sekarang jam berapa atau ketika kita menengok jam.

Kalibrasi semacam ini kadang agak sulit mengingat jalan-jalan di tempat padat di perkotaan sering menceng, tidak lurus ke arah tertentu. Jadi banyak rumah atau bangunan yang arahnya serong.

Maka alangkah baiknya bila orang-orang Jawa perantauan menyediakan kompas magnetik di rumahnya, agar memudahkan kalibrasi bila sewaktu-waktu ada kerabat yang kompas biologisnya memerlukan kalibrasi.

***
Bagi saya soal arah ini juga penting. Terkait dengan posisi matahari terhadap bumi, arah rumah, misalnya, perlu dipertimbangkan amat. Dalam pandangan saya, untuk posisi di Jakarta dan Bandung yang berada kira-kira 6 derajat di selatan katulistiwa dan tidak terhalang gunung, rumah yang ideal mestilah menghadap ke timur atau ke selatan.

Bila rumah menghadap ke timur maka terasnya akan kena cahaya hangat pagi hari dan terlindung dari panas menyengat pada sore hari. Adapun rumah menghadap ke selatan maka matahari akan lebih sering berada di belakang rumah (posisi utara) yaitu sepanjang Februari sampai Oktober (7-8 bulan). Matahari akan berada di depan (selatan) pada periode yang lebih pendek (4-5 bulan)

Wallahu a’lam.