30 Mei 2010

Kemiripan Genghis Khan dengan Ken Arok


Cerita tentang Genghis Khan ternyata memiliki banyak sekali kemiripan dengan cerita tentang Ken Arok. Mereka hidup pada abad yang sama, meraih puncak kejayaan pada dekade yang sama, sama-sama merasa mendapat mandat dari langit, sama-sama mendirikan kerajaan besar, pernah hampir mati dikejar-kejar pasukan musuh waktu masih muda, istri/calon istrinya pernah diculik, dan punya anak pertama yang "bukan anaknya".

Genghis (atau Jenghis atau Chingis) adalah pendiri kekaisaran Mongol. Dialah salah satu penakluk terbesar dunia. Kekuasaannya membentang dari Samudra Pasifik hingga Laut Kaspia, empat kali lebih luas daripada pencapaian Iskandar Agung dan dua kali lipat luas kekaisaran Romawi.

Genghis Khan berhasil menaklukkan Khorazim (atau Khurasan) pada 1220-1221 Masehi. Di negeri muslim itu pasukan Genghis membantai jutaan orang. Seorang sejarawan Persia mencatat 50.000 orang anggota pasukan Mongol itu masing-masing membunuh rata-rata 24 orang di wilayah itu.

Sementara itu, Ken Arok adalah pendiri kerajaan Singasari, kerajaan terbesar di Indonesia pada akhir abad XIII. Dia mencapai puncak kejayaan ketika pada 1222 Masehi berhasil mengalahkan Raja Kertajaya Dhandhang Gendhis dari Kediri dalam perang di daerah Ganter.

Jadi, puncak pencapaian Genghis Khan dan Ken Arok dalam hal menaklukkan wilayah yang sebelumnya dikuasai orang lain praktis hampir bersamaan.

Genghis dan Ken Arok sama-sama pernah hampir mati dikejar-kejar pasukan musuh. Pada tahun 1181, Genghis Khan yang masih berusia 20-an tahun itu sudah sempat tertangkap dan dikurung oleh klan Taychiut. Namun Genghis yang waktu kecil diberi nama Temujin itu berhasil melarikan diri.

Dalam pengejaran dia nyaris tertangkap kembali. Namun beberapa kali dia selamat dari 'lubang jarum'. Salah satu yang paling dikenangnya adalah peristiwa pengejaran di bukit Burkhan Khaldun. Setelah berjaya sebagai penakluk dunia, bukit itu dikeramatkannya.

Sementara itu, Ken Arok muda yang masih merupakan penjahat, berhadapan dengan pasukan Tumapel-Kediri. Dalam keadaan kepepet, menurut cerita rakyat, Ken Arok berhasil menyelamatkan diri dengan cara terbang dari pohon siwalan menyeberangi sungai hanya dengan menggunakan pelepah daun tal/talas.

Berhasil selamat dari ancaman maut, serta keberuntungan dan kemenangan yang berturut-turut mereka alami, membuat keduanya merasa seperti mendapat mandat dari langit atau dewa.

Terkait dengan mandat dari langit, Genghis Khan digambarkan memiliki "api di matanya dan cahaya di wajahnya". Dalam berbagai kesempatan penaklukan, Genghis juga menegaskan bahwa dirinya utusan langit. Kalau bukan utusan langit, bagaimana mungkin dirinya memperoleh pencapaian begitu luar biasa. Begitulah argumen yang sering dikatakan Genghis kepada raja dan penguasa yang berhasil ditaklukkan.

Adapun Ken Arok sering digambarkan sebagai anak Dewa Brahma (kebetulan asal usul keluarganya tidak jelas. Ibunya jelas, namun ayahnya tidak jelas). Cerita-cerita silat bahkan menggambarkan ketika marah dahi Ken Arok memancarkan sinar merah tanda dirinya dinaungi oleh Dewa Brahma.

Mengenai istri yang diculik dan 'anak orang lain' juga ada kesamaan. Genghis Khan menikah dengan Borte. Ketika itu posisi Genghis Khan belumlah kuat. Borte, istri pertama Genghis Khan, diculik oleh klan Merkit. Ini sebenarnya adalah tindakan balasan karena ayah Genghis, Yusigei, menculik ibu Genghis, Hoelun, dari suku Merkit.

Setelah melalui operasi militer besar-besaran, dengan mengajak klan lain, Borte bisa direbut kembali. Namun operasi militer ini memakan waktu lama, dan menyisakan masalah, terutama menyangkut siapa ayah dari anak pertama Borte, Jochi. Adik-adik Jochi sering menghinanya sebagai 'keturunan Merkit' atau 'anak jadah'. Meski begitu, Genghis Khan tetap memperlakukan Jochi seperti anaknya sendiri. Kelak Jochi tewas dalam salah satu pertempuran, justru ketika Genghis Khan masih hidup.

Adapun istri pertama Ken Arok adalah Ken Dedes. Sebelum menjadi istri Ken Arok, Ken Dedes adalah istri Tunggul Ametung, akuwu di Tumapel. Ketika hendak menikahi Ken Dedes, Tunggul Ametung menculik gadis itu dari rumah ayahnya di Panawijen. Tunggul Ametung konon dikutuk untuk mati ditusuk keris. Kelak Ken Aroklah yang membunuh Tunggul Ametung dengan keris sekaligus merebut tahta Tumapel dan memperistri Ken Dedes.

Ketika diperistri Ken Arok, Ken Dedes sudah mengandung anak Tunggul Ametung. Bayinya diberi nama Anusapati. Dialah yang nantinya membunuh Ken Arok dan menggantikan posisinya sebagai raja Singasari.

Beberapa dekade setelah Genghis dan Arok, cicit Ken Dedes dari Anusapati bernama Kertanegara bermusuhan dengan cucu Borte bernama Kubilai Khan. Kubilai Khan mengirimkan utusan untuk menaklukkan Jawa namun utusan itu justru disakiti dan dihina oleh Kertanegara.

Cicit Ken Dedes lainnya (lewat Mahisa Wongateleng, adik Anusapati) yakni Wijaya, justru memanfaatkan kedatangan tentara Mongol untuk mengalahkan lawannya dan mendirikan kerajaan Majapahit. Wijaya yang berhasil mengusir pasukan Mongol adalah keturunan dari Ken Arok dan Ken Dedes.

Kekaisaran Mongol yang dirintis Genghis Khan mulai runtuh dan kocar-kacir sepeninggal cucunya, Kubilai Khan. Hanya diperlukan empat kaisar untuk duduk di sana (Genghis, Ogedei anak Genghis, Monkhe cucu Genghis, dan Kubilai cucu Genghis sekaligus adik Monkhe) untuk berdiri lalu tercerai berai.

Kerajaan Singasari juga hanya melalui lima raja dalam empat generasi (Ken Arok, Anusapati, Tohjaya, Ranggawuni, serta Kertanegara) untuk runtuh.

Ah, alangkah banyaknya kemiripan di antara mereka itu.(Setyardi Widodo)

Gambar: salah satu cover buku cerita silat Pelangi di Langit Singasari karya SH Mintardja yang menggambarkan dahi Ken Arok memancarkan warna merah. Diambil dari pelangisingosari.worpress.com

Pilih ikan (relatif) besar atau (relatif) kecil?


Pilih mana, menjadi ikan besar di kolam kecil atau menjadi ikan kecil di kolam besar? Begitulah pertanyaan yang sering dilontarkan orang ketika berusaha berpindah dari satu lingkungan ke lingkungan lain.

Ada yang memilih menjadi pekerja dengan pangkat rendah di perusahaan besar daripada pekerja dengan pangkat tinggi di perusahaan kecil. Begitu pula sebaliknya.

Bagi pakar jaringan sosial, hal semacam ini menggarisbawahi pentingnya posisi relatif seseorang terhadap orang lain dalam menentukan pilihan. Buku Connected karya A. Christakis dan James Flower banyak menyinggung persoalan semacam ini.

Dalam sebuah percobaan ditemukan bahwa lebih banyak orang yang memilih penghasilan US$33.000 ketika orang lain di perusahaan itu juga berpenghasilan US$33.000, daripada memilih berpenghasilan US$35.000 ketika orang lain di perusahaan yang sama mendapatkan US$38.000.

Lebih banyak orang ingin jadi ikan besar di kolam kecil daripada ikan kecil di kolam besar. Walaupun penghasilan absolut mereka lebih kecil daripada perusahaan kedua, mereka mengira akan lebih bahagia berada di sana.

Dalam hal yang terkait kecantikan bahkan kondisinya lebih ekstrem. Pada sebuah survei orang diminta memilih antara: pertama, kecantikan fisik bernilai 6 ketika orang lain bernilai 4, serta pilihan kedua adalah kecantikan fisik bernilai 8 ketika orang lain bernilai 10.

Sebanyak 75% orang lebih suka berada dalam posisi pertama daripada posisi kedia. Ketika percobaan dilakukan terhadap mahasiswa Harvard, porsi responden yang memilih opsi pertama bahkan mencapai 93%.

***Derajat pengaruh
Buku Connected membahas banyak hal yang terkait dengan peran dan pengaruh orang lain terhadap orang-orang di dalam jaringannya. Penulis buku ini merumuskan teori tentang enam derajat keterpisahan dan tiga derajat pengaruh.

Enam derajat keterpisahan merupakan teori lama yang digagas oleh Stanley Milgram untuk menjelaskan bahwa semua orang saling terhubung dengan jarak rata-rata enam derajat (teman Anda terpisah satu derajat dari Anda, temannya teman Anda dua derajat, dan seterusnya).

Adapun tiga derajat pengaruh menjelaskan bahwa temannya temannya teman Anda punya pengaruh terhadap diri Anda. Pengaruh makin melemah dan dianggap tidak signifikan setelah jarak tiga derajat keterpisahan.

Dengan sangat menarik, penulis buku Connected menjelaskan bagaimana temannya temannya teman Anda bisa lebih berpengaruh terhadap kebahagiaan Anda daripada uang US$5.000 di kantong Anda. Tentu saja ini didasarkan riset terhadap persentase yang mempengaruhi berbagai aspek kebahagiaan.

Buku ini juga memaparkan bagaimana posisi orang yang berada di tengah suatu jaringan pertemanan ketika terjadi epidemi penyakit, misalnya yang menyangkut penyakit menular seksual.

Christakis dan Flower mampu menjelaskan dengan baik bahwa orang-orang yang sama-sama memiliki tiga penghubung dalam jaringan romantis bisa memiliki tingkat risiko tertular yang berbeda.

Mereka berdua juga mampu mengaitkan fenomena jejaring ini dengan fenomena politik, ekonomi, serta perkembangan terbaru di dunia Internet.

Beberapa rumus utama yang dikemukakan dalam buku ini meliputi: Pertama, kita membentuk jaringan kita sendiri. Kita memutuskan siapa yang berhubungan dengan kita, kita mempengaruhi seberapa akrab dengan teman dalam jaringan, serta menentukan seberapas entral posisi kita dalam jaringan.

Aturan kedua, jejaring kita membentuk kita. Orang yang tidak punya teman akan punya kehidupan yang amat berbeda dengan orang yang punya banyak teman.

Aturan ketiga, teman mempengaruhi kita. Bentuk jaringan dan apa yang mengalir melintasi sambungan-sambungan itu sangat menentukan karena manusia punya kecenderungan untuk saling mempengaruhi dan meniru.

Aturan keempat, temannya teman mempengaruhi kita. Ternyata orang tidak hanya meniru teman melainkan juga meniru temannya temannya teman mereka.

Buku ini memamparkan banyak hal baru yang bisa kita petik dari fenomena jaringan sosial yang kini menemukan bentuk baru seiring pemanfaatan Internet dan jaringan sosial dunia maya. Internet membawa apa yang disebut sebagai hyperconnected alis maha-terhubung.

*) Tulisan ini dimuat di Bisnis Indonesia edisi Minggu, 30 Mei 2010, halaman resensi dengan judul: Terhubung secara bijak

25 Mei 2010

Anggito dan tragedi Abimanyu


Abimanyu adalah tokoh dengan nasib tragis dalam cerita wayang Baratayudha. Dia mati dengan sangat mengenaskan. Tubuhnya penuh dengan luka.

Orang Jawa menyebutnya luka arang kranjang. Arang artinya jarang, kranjang adalah keranjang, wadah yang sisi-sisinya rapat. Ini kata majemuk yang mengandung paradoks khas Jawa. Artinya, luka yang diderita oleh Abimanyu adalah sangat banyak, begitu rapat seperti sisi-sisi keranjang.

Dia mati ketika terjebak dalam pusaran pasukan Hastina. Dia dikeroyok sehingga penuh luka. Pranoedjoe Poespaningrat dalam Nonton wayang dari berbagai pakeliran, menggambarkan Abimanyu yang luka parah itu tewas setelah Jayadrata menginjakkan kaki gajah tunggangannya sambil memukulkan senjata ke Abimanyu.

Abimanyu adalah anak Arjuna, penengah Pandawa. Kendati bukan anak tertua dalam generasi kedua Pandawa, Abimanyu dianggap sebagai putra mahkota, calon raja ketika Pandawa telah berhasil mengambilalih Hastina dari tangan Kurawa. Kematiannya tentu saja meninggalkan duka mendalam bagi kelompok Pandawa.

Abimanyu punya dua istri. Istri pertama adalah Siti Sendari. Ketika akan menikahi istri kedua, yakni Utari, Abimanyu ditanya apakah sudah punya istri. Dia mengatakan belum punya istri, bahkan mengucapkan kata-kata bahwa dirinya siap mengalami luka yang menyedihkan dalam Baratayudha bila dia sudah menikah sebelum mengawini Utari.

Sebagaimana cerita mitologi Yunani, cerita wayang juga dipenuhi dengan kata bertuah, semacam kutukan.

Maka demikianlah, pernyataannya yang mungkin main-main terhadap Utari ternyata manjur, menjadi kenyataan. Abimanyu tewas dengan luka parah di sekujur tubuhnya ketika perang Baratayudha menginjak hari ke-13. Karena Abimanyu tewas maka kelak tahta Hastina sepeninggal Pandawa diberikan kepada Parikesit, anak Abimanyu dari Utari. Dalam wayang, Abimanyu adalah kisah tentang putra mahkota yang batal naik tahta, tetapi tidak kehilangan hak sebagai raja.

Di luar cerita tentang kematiannya dalam Baratayudha, cerita tentang Abimanyu biasanya happy ending.

Ada adegan rutin dalam wayang Jawa yang disebut sebagai Bambangan Cakil, bertemunya satria lembut dengan raksasa banyak ulah bernama Cakil. Abimanyu, sebagaimana Arjuna ayahnya, sering berperan sebagai sosok bambang atau satria halus dalam adegan Bambangan Cakil itu.

Dalam perebutan berbagai macam wahyu atau karunia besar, Abimanyu juga sering menang, mengalahkan tokoh Hastina seperti Lesmana Mandrakumara.

***Anggito dan Abimanyu
Di negeri ini, salah satu penyandang nama Abimanyu yang populer adalah Anggito Abimanyu.

Sebagai orang kampus, karier Anggito Abimanyu jelas termasuk bagus. Buktinya, dalam penyusunan kabinet seusai pemilihan umum presiden akhir tahun lalu, namanya sempat disebut-sebut sebagai salah satu calon menteri.

Ketika beberapa bulan kemudian muncul rencana tambahan sejumlah jabatan wakil menteri di beberapa kementerian, nama Anggito Abimanyu juga masuk.

Konon Anggito sudah nyaris dilantik. Berita-berita menyebutkan bahwa Anggito sudah menandatangani Pakta Integritas dan beberapa proses lain yang lazim bagi seorang calon wakil menteri. Sayangnya ada ganjalan administrasi yang membuatnya gagal dilantik.

Setelah itu tidak jelas apakah statusnya sebagai calon wakil menteri ditunda atau dibatalkan. Namun, pengumuman mengenai nama Menkeu dan Wakil Menkeu sepeninggal Sri Mulyani Indrawati ternyata tidak menyebut-nyebut nama Anggito Abimanyu.

Belakangan kita mendengar pengunduran dirinya sebagai Kepala Badan Kebijakan Fiskal untuk kembali ke kampusnya, Universitas Gadjah Mada. Bisnis Indonesia edisi 25 Mei pada halaman 1 bahkan memampang foto Anggito Abimanyu yang sedang berkemas untuk meninggalkan kantornya di Departemen Keuangan.

Lalu, bagaimana hubungan antara Anggito Abimanyu dan nasib tokoh wayang Abimanyu yang tragis? Wah, mohon maaf, saya belum tahu. Mungkin hanya kesamaan (sebagian) nama saja. Othak-athik gathuk saya belum sampai ke sana, hehehehe. (Setyardi Widodo)

Gambar: Abimanyu tewas dikeroyok pasukan Hastina (Kurawa) dalam perang Baratayudha. Gambar diambil dari Nonton wayang dari berbagai pakeliran, halaman 169.

10 Mei 2010

Ajisaka dan cikal bakal budaya tulis-menulis

Ajisaka adalah nama penting di Tanah Jawa. Namanya dinisbatkan sebagai orang yang menciptakan huruf Jawa. Saya menduga bahwa huruf Jawa adalah satu-satunya huruf di dunia yang memiliki legenda penciptaan dan ada tokoh serta nama yang hadir di sana. Saya belum pernah mendengar legenda tentang penciptaan huruf Latin, huruf Arab, serta huruf Kanji.

Ajisaka punya dua pembantu, Dora dan Sembada. Suatu ketika Ajisaka merantau ke Tanah Jawa, ke kerajaan Medangkamulan. Sembada ditinggalkan dan diminta menjaga keris pusaka. Selain itu, Sembada mendapat pesan untuk tidak menyerahkan keris kepada siapapun kecuali kepada Ajisaka sendiri.

Di Tanah Jawa, Ajisaka menemui negeri yang sedang dicengkam ketakutan. Rajanya adalah Dewata Cengkar. Semula Dewata Cengkar adalah raja yang bijak. Suatu ketika juru masaknya mengalami kecelakaan, jarinya terpotong dan masuk ke dalam sayur yang dimasak. Dewata Cengkar merasakan masakan itu sangat enak. Setelah diusut ternyata dia menyimpulkan bahwa daging manusia itu sangat enak. Sejak itu dia setiap kali minta disediakan daging orang. Maka negeri Medangkamulan pun berubah menjadi negeri terror. Rakyatnya serba katakutan. Takut disembelih dan dimakan oleh Dewata Cengkar.

Lalu datanglah Ajisaka kepada Dewata Cengkar. Dengan cara yang cerdik dia berhasil mengusir Dewata Cengkar ke laut. Konon bahkan Dewata Cengkar kemudian berubah menjadi buaya berwarna putih.

Ajisaka kemudian naik tahta. Dia meminta Dora supaya mengambil keris pusaka yang ditinggalkan pada Sembada. Sembada tidak mau memberikan keris itu karena dia mendapat pesan untuk hanya menyerahkan keris kepada Ajisaka. Sementara Dora merasa mendapat mandat untuk membawa pusaka itu.

Mereka bertengkar. Sama-sama sakti. Lalu sama-sama tewas dalam perkelahian itu. Ajisaka sangat berduka mendengar nasib dua utusannya itu. Lalu dia menyusun huruf, berdasarkan cerita tentang dua pembantunya itu. Masing-masing huruf hanya disebut satu kali. Ada 20 huruf dalam sistem aksara Jawa ini.

Beginilah kisah dalam 20 huruf itu:
hana caraka (ada utusan)= h-n-c-r-k
data sawala (mereka berselisih)= d-t-s-w-l
padha jayanya (sama saktinya) = p-dh-j-y-ny
maga bathanga (keduanya jadi mayat)= m-g-b-th-ng

(Dalam sistem alfabet Jawa, huruf yang asli, tanpa hiasan, dibaca dengan akhiran a. Adapun untuk vocal i, u, e, o diwakili dengan bentuk aksesori huruf. Ada huruf t dan th, ada d dan dh, tetapi tidak ada huruf f, v, x, z)

Jadi, Ajisaka adalah nama yang penting sebagai tokoh yang memperkenalkan huruf di dunia Jawa. Mungkin satu-satunya nama yang dilekatkan pada sistem huruf tertentu. Dengan adanya huruf, komunikasi manusia jadi semakin mudah, transfer ilmu semakin gampang, distorsi makin banyak dikurangi, pendidikan makin maju, peradaban lebih gampang berkembang.

Kesimpulannya, nama Ajisaka adalah nama yang layak disimak dalam perkembangan peradaban manusia.

Buku dengan segudang pertanyaan


Apakah masalah yang rumit, melibatkan banyak faktor, harus diselesaikan dengan cara yang pelik pula? Ternyata, menurut Steven D. Levitt dan Stephen J. Dubner, kebanyakan hal rumit justru dapat diatasi dengan solusi yang amat sederhana.

Beberapa di antara persoalan pelik itu dapat diamati di jalan raya di AS. Pada awal dekade 1950-an, di AS terdapat sekitar 40 juta mobil. Angka kematian tinggi sekali. Pada tahun 1950 saja, ada 40.000 orang tewas karena kecelakaan.Jika dibandingkan dengan panjang jalan yang tersedia saat itu, tingkat kematian per kilometer lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi saat ini.

Muncul beragam dugaan dalam mencari penyebab tingginya tingkat kecelakaan. Keadaan mobil yang tidak sempurna, kondisi jalan yang jelek, serta pengemudi yang cerobohlah yang paling banyak disebut.

Tidak banyak yang menyelidiki mekanisme yang terjadi pada suatu tabrakan, hingga hadirnya Robert McNamara ke dalam industri otomotif AS. Orang yang dikenal sebagai menteri pertahanan AS di era Perang Vietnam itu mulai menyelidiki mekanisme tabrakan pada mobil.

Kesimpulannya, kepala dan bagian tubuh lain manusia terlalu lembek untuk dibenturkan ke dashboard dan bodi mobil. Penumpang umumnya mengalami cedera fatal karena terlempar dari kursi lalu membentur kaca, dashboard, maupun kemudi dan bagian mobil lain.

Karena sulit memecahkan dampak dari benturan, McNamara mencari cara agar penumpang tidak terlempar. Lalu, terkait dengan latar belakangnya di bidang aeronautika, McNamara mencoba mengadopsi sabuk pengaman pada pesawat tempur.

Ini solusi yang sangat sederhana dan awalnya sangat sulit diterima. Ada pandangan bahwa sabuk pengaman atau sabuk keselamatan itu tidak nyaman, tidak masuk akal, serta melecehkan kemampuan mengemudi pemakainya.

Kendati akhirnya terbukti bahwa sabuk pengaman telah menyelamatkan sangat banyak nyawa, butuh waktu sangat panjang untuk menyadari arti pentingnya. Sabuk pengaman kemudian terbukti mengurangi risiko kematian hingga 70%, menyelamatkan kira-kira 250.000 nyawa.

Sabuk pengaman, dengan harga US$25 per buah, merupakan salah satu alat penyelamat hidup paling murah yang pernah ditemukan. Solusi yang lebih rumit dan mahal dalam mengatasi benturan dalam kecelakaan adalah kantung udara. Kantung udara menghabiskan US$1,8 juta per nyawa yang diselamatkan, 60 kali lipat lebih mahal daripada yang diperlukan sabuk pengaman. Namun, sabuk pengaman masih menyisakan masalah bagi anak-anak yang ukuran tubuhnya tidak seperti orang dewasa.

Cerita mengenai sabuk pengaman pada mobil hanyalah satu dari puluhan ilustrasi menarik yang dipaparkan Levitt dan Dubner dalam Super Freakonomics.

Ada pula kisah tentang betapa mencemaskannya transportasi yang didominasi kuda di New York pada tahun 1900-an. Angka kecelakaan yang tinggi, kemacetan serta polusi akibat kotoran kuda, seakan-akan tidak dapat dicari lagi jalan keluarnya. Ternyata hal ini terpecahkan dengan kehadiran mobil. Ketika mobil kian populer, kuda pun tergantikan.
Ikan paus pernah menjadi pusat perekonomian yang sangat menentukan di AS pada abad XIX. Sepanjang tahun 1832 hingga 1872, kapal-kapal nelayan telah menangkap 300.000 paus atau rata-rata 7.700 ekor paus per tahun.

Berburu ikan paus telah menjadi industri kelima di AS dengan mempekerjakan 70.000 orang. Seolah terjadi tiba-tiba, populasi paus menyusut. Berburu paus menjadi sangat sulit. Leviit dan Dubner melukiskan kondisi dalam bisnis ikan paus di AS itu seperti ‘too big to fail’ saat ini.

Banyak sekali yang terkena dampak ikutan dari krisis ikan paus yang menjadi sumber minyak, sumber energi, serta sumber berbagai macam produk. Masalah krisis energi paus terpecahkan ketika minyak bumi ditemukan.

Nah, krisis saat ini, termasuk krisis energi minyak bumi dan pemanasan global, menurut Super Freakonomics, punya banyak kemiripan dengan krisis serupa dalam bidang lain yang pernah terjadi sebelumnya.

Buku ini memberikan penjelasan menarik yang seringkali bertentangan dengan logika sederhana. Misalnya, bahwa berjalan kaki sambil mabok ternyata lebih berbahaya daripada mengemudi sambil mabok. Banyak pula pertanyaan mengenai asumsi-asumsi yang digunakan untuk membangun argumentasi tentang betapa berbahayanya pemanasan global.

Super Freakonomics dipenuhi dengan banyak sekali pertanyaan menggelitik. Seringkali tanpa jawaban yang memuaskan. Dua pengarang buku laris sebelumnya, Freakonomics, ini memang pandai memainkan rasa ingin tahu pembacanya. (Setyardi Widodo)

*) tulisan ini dimuat dalam Bisnis Indonesia edisi Minggu, 2 Mei 2010