10 Mei 2010

Ajisaka dan cikal bakal budaya tulis-menulis

Ajisaka adalah nama penting di Tanah Jawa. Namanya dinisbatkan sebagai orang yang menciptakan huruf Jawa. Saya menduga bahwa huruf Jawa adalah satu-satunya huruf di dunia yang memiliki legenda penciptaan dan ada tokoh serta nama yang hadir di sana. Saya belum pernah mendengar legenda tentang penciptaan huruf Latin, huruf Arab, serta huruf Kanji.

Ajisaka punya dua pembantu, Dora dan Sembada. Suatu ketika Ajisaka merantau ke Tanah Jawa, ke kerajaan Medangkamulan. Sembada ditinggalkan dan diminta menjaga keris pusaka. Selain itu, Sembada mendapat pesan untuk tidak menyerahkan keris kepada siapapun kecuali kepada Ajisaka sendiri.

Di Tanah Jawa, Ajisaka menemui negeri yang sedang dicengkam ketakutan. Rajanya adalah Dewata Cengkar. Semula Dewata Cengkar adalah raja yang bijak. Suatu ketika juru masaknya mengalami kecelakaan, jarinya terpotong dan masuk ke dalam sayur yang dimasak. Dewata Cengkar merasakan masakan itu sangat enak. Setelah diusut ternyata dia menyimpulkan bahwa daging manusia itu sangat enak. Sejak itu dia setiap kali minta disediakan daging orang. Maka negeri Medangkamulan pun berubah menjadi negeri terror. Rakyatnya serba katakutan. Takut disembelih dan dimakan oleh Dewata Cengkar.

Lalu datanglah Ajisaka kepada Dewata Cengkar. Dengan cara yang cerdik dia berhasil mengusir Dewata Cengkar ke laut. Konon bahkan Dewata Cengkar kemudian berubah menjadi buaya berwarna putih.

Ajisaka kemudian naik tahta. Dia meminta Dora supaya mengambil keris pusaka yang ditinggalkan pada Sembada. Sembada tidak mau memberikan keris itu karena dia mendapat pesan untuk hanya menyerahkan keris kepada Ajisaka. Sementara Dora merasa mendapat mandat untuk membawa pusaka itu.

Mereka bertengkar. Sama-sama sakti. Lalu sama-sama tewas dalam perkelahian itu. Ajisaka sangat berduka mendengar nasib dua utusannya itu. Lalu dia menyusun huruf, berdasarkan cerita tentang dua pembantunya itu. Masing-masing huruf hanya disebut satu kali. Ada 20 huruf dalam sistem aksara Jawa ini.

Beginilah kisah dalam 20 huruf itu:
hana caraka (ada utusan)= h-n-c-r-k
data sawala (mereka berselisih)= d-t-s-w-l
padha jayanya (sama saktinya) = p-dh-j-y-ny
maga bathanga (keduanya jadi mayat)= m-g-b-th-ng

(Dalam sistem alfabet Jawa, huruf yang asli, tanpa hiasan, dibaca dengan akhiran a. Adapun untuk vocal i, u, e, o diwakili dengan bentuk aksesori huruf. Ada huruf t dan th, ada d dan dh, tetapi tidak ada huruf f, v, x, z)

Jadi, Ajisaka adalah nama yang penting sebagai tokoh yang memperkenalkan huruf di dunia Jawa. Mungkin satu-satunya nama yang dilekatkan pada sistem huruf tertentu. Dengan adanya huruf, komunikasi manusia jadi semakin mudah, transfer ilmu semakin gampang, distorsi makin banyak dikurangi, pendidikan makin maju, peradaban lebih gampang berkembang.

Kesimpulannya, nama Ajisaka adalah nama yang layak disimak dalam perkembangan peradaban manusia.

2 komentar:

Agus Setyo Wardoyo mengatakan...

Nice posting mas.. tinggal sekarang gimana bangsa ini bisa mengembangkan budaya menulis dan membaca.. Karena mungkin budaya ini akan tergerus oleh budaya "bicara" yang banyak kita dengar dari politikus tengik, demonstran bayaran, orator kelas teri, ulama pas-pasan, dan pejabat bangsat..

nXplora mengatakan...

Cool! thx 4 sharing man