10 Mei 2010

Buku dengan segudang pertanyaan


Apakah masalah yang rumit, melibatkan banyak faktor, harus diselesaikan dengan cara yang pelik pula? Ternyata, menurut Steven D. Levitt dan Stephen J. Dubner, kebanyakan hal rumit justru dapat diatasi dengan solusi yang amat sederhana.

Beberapa di antara persoalan pelik itu dapat diamati di jalan raya di AS. Pada awal dekade 1950-an, di AS terdapat sekitar 40 juta mobil. Angka kematian tinggi sekali. Pada tahun 1950 saja, ada 40.000 orang tewas karena kecelakaan.Jika dibandingkan dengan panjang jalan yang tersedia saat itu, tingkat kematian per kilometer lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi saat ini.

Muncul beragam dugaan dalam mencari penyebab tingginya tingkat kecelakaan. Keadaan mobil yang tidak sempurna, kondisi jalan yang jelek, serta pengemudi yang cerobohlah yang paling banyak disebut.

Tidak banyak yang menyelidiki mekanisme yang terjadi pada suatu tabrakan, hingga hadirnya Robert McNamara ke dalam industri otomotif AS. Orang yang dikenal sebagai menteri pertahanan AS di era Perang Vietnam itu mulai menyelidiki mekanisme tabrakan pada mobil.

Kesimpulannya, kepala dan bagian tubuh lain manusia terlalu lembek untuk dibenturkan ke dashboard dan bodi mobil. Penumpang umumnya mengalami cedera fatal karena terlempar dari kursi lalu membentur kaca, dashboard, maupun kemudi dan bagian mobil lain.

Karena sulit memecahkan dampak dari benturan, McNamara mencari cara agar penumpang tidak terlempar. Lalu, terkait dengan latar belakangnya di bidang aeronautika, McNamara mencoba mengadopsi sabuk pengaman pada pesawat tempur.

Ini solusi yang sangat sederhana dan awalnya sangat sulit diterima. Ada pandangan bahwa sabuk pengaman atau sabuk keselamatan itu tidak nyaman, tidak masuk akal, serta melecehkan kemampuan mengemudi pemakainya.

Kendati akhirnya terbukti bahwa sabuk pengaman telah menyelamatkan sangat banyak nyawa, butuh waktu sangat panjang untuk menyadari arti pentingnya. Sabuk pengaman kemudian terbukti mengurangi risiko kematian hingga 70%, menyelamatkan kira-kira 250.000 nyawa.

Sabuk pengaman, dengan harga US$25 per buah, merupakan salah satu alat penyelamat hidup paling murah yang pernah ditemukan. Solusi yang lebih rumit dan mahal dalam mengatasi benturan dalam kecelakaan adalah kantung udara. Kantung udara menghabiskan US$1,8 juta per nyawa yang diselamatkan, 60 kali lipat lebih mahal daripada yang diperlukan sabuk pengaman. Namun, sabuk pengaman masih menyisakan masalah bagi anak-anak yang ukuran tubuhnya tidak seperti orang dewasa.

Cerita mengenai sabuk pengaman pada mobil hanyalah satu dari puluhan ilustrasi menarik yang dipaparkan Levitt dan Dubner dalam Super Freakonomics.

Ada pula kisah tentang betapa mencemaskannya transportasi yang didominasi kuda di New York pada tahun 1900-an. Angka kecelakaan yang tinggi, kemacetan serta polusi akibat kotoran kuda, seakan-akan tidak dapat dicari lagi jalan keluarnya. Ternyata hal ini terpecahkan dengan kehadiran mobil. Ketika mobil kian populer, kuda pun tergantikan.
Ikan paus pernah menjadi pusat perekonomian yang sangat menentukan di AS pada abad XIX. Sepanjang tahun 1832 hingga 1872, kapal-kapal nelayan telah menangkap 300.000 paus atau rata-rata 7.700 ekor paus per tahun.

Berburu ikan paus telah menjadi industri kelima di AS dengan mempekerjakan 70.000 orang. Seolah terjadi tiba-tiba, populasi paus menyusut. Berburu paus menjadi sangat sulit. Leviit dan Dubner melukiskan kondisi dalam bisnis ikan paus di AS itu seperti ‘too big to fail’ saat ini.

Banyak sekali yang terkena dampak ikutan dari krisis ikan paus yang menjadi sumber minyak, sumber energi, serta sumber berbagai macam produk. Masalah krisis energi paus terpecahkan ketika minyak bumi ditemukan.

Nah, krisis saat ini, termasuk krisis energi minyak bumi dan pemanasan global, menurut Super Freakonomics, punya banyak kemiripan dengan krisis serupa dalam bidang lain yang pernah terjadi sebelumnya.

Buku ini memberikan penjelasan menarik yang seringkali bertentangan dengan logika sederhana. Misalnya, bahwa berjalan kaki sambil mabok ternyata lebih berbahaya daripada mengemudi sambil mabok. Banyak pula pertanyaan mengenai asumsi-asumsi yang digunakan untuk membangun argumentasi tentang betapa berbahayanya pemanasan global.

Super Freakonomics dipenuhi dengan banyak sekali pertanyaan menggelitik. Seringkali tanpa jawaban yang memuaskan. Dua pengarang buku laris sebelumnya, Freakonomics, ini memang pandai memainkan rasa ingin tahu pembacanya. (Setyardi Widodo)

*) tulisan ini dimuat dalam Bisnis Indonesia edisi Minggu, 2 Mei 2010