06 Juli 2010

Meramal masa depan


Tidak banyak yang tahu bahwa Nokia, perusahaan yang produk ponselnya ada di seluruh penjuru dunia, semula adalah perusahaan pembuat sepatu boot karet.

Perusahaan Finlandia itu didirikan sejak 1865, atau 145 tahun yang lalu. Nokia pernah melakukan investasi besar-besaran dalam bidang industri kertas dan bubur kertas. Pada dekade 1920-an, perusahaan itu meluaskan bisnis ke bidang kabel dan karet, lalu pada dekade 1950-an mulai merambah ke sektor elektronika.

Pada 1970-an, perusahaan itu mulai membuat telepon seluler. Namun langkah paling drastis baru diambil oleh Jorma Ollila yang menjabat sebagai CEO pada dekade 1980-an.
Saat itu Ollila dihadapkan pada masalah rumit karena sebagian besar pelanggannya, yaitu Uni Soviet, terancam bangkrut. Maka Ollila mengambil langkah perubahan drastis dengan memfokuskan bisnis pada sektor telekomunikasi seluler. Nokia melepaskan semua bisnis yang lain dan menggantungkan diri pada bisnis handset seluler yang berbasiskan mikroprosesor.

Langkah besar Ollila ini terbukti berhasil membuat Nokia menjadi pemain terbesar dalam bisnis handset seluler dunia hingga saat ini. Cerita mengenai Nokia oleh Eric Garland dijadikan sebagai salah satu pembuka dalam buku Future Inc.

Garland mengontraskan keberhasilan Nokia ini dengan langkah Eastman Kodak yang dianggapnya tidak berhasil menyesuaikan diri dengan perkembangan dunia fotografi digital. Padahal pada masa sebelumnya Kodak sangat berkuasa dalam dunia fotografi berbasis film.

Hal yang kontras antara Nokia dan Kodak, menurut Garland, menggambarkan bagaimana masa depan dapat menmpengaruhi bisnis. Ada kehadiran pesaing baru, substitusi produk, dan sebagainya yang mengadang di depan.

Meramal masa depan adalah harapan manusia sejak dahulu kala. Manusia umumnya merasa lebih beruntung bila bisa tahu, atau paling tidak memperkirakan, apa yang akan terjadi di masa depan. Dengan pemahaman yang lebih lengkap mengenai masa depan, orang maupun organisasi berharap bisa melakukan tindakan antisipasi.

Kemampuan meramal masa depan lebih penting lagi bagi para pengambil keputusan. Tentu saja bukan ramalan masa depan seperti yang dilakukan oleh Nostradamus yang terkenal itu. Future Inc menegaskan bahwa meramal masa depan secara spesifik dan detail adalah mustahil. Akan tetapi, Garland mencoba memberi panduan bagaimana memahami tren yang mungkin mengubah hidup dan bisnis.

Dia juga mencoba menjelaskan bagaimana mengevaluasi ramalan-ramalan terbaik dari para ahli, lalu menyatukannya dalam skenario baru tentang masa depan.

Buku karya Garland ini disertai dengan contoh konkret yang memudahkan pembacanya untuk mengerti bagaimana menjadi seorang futuris. Misalnya, dia mengajak pembaca untuk meramal masa depan cokelat melalui analisis STEEP (society, technology, economics, ecology, and politics).

Dalam bidang society atau masyarakat, masa depan cokelat di AS perlu dikaitkan dengan wabah diabetes yang kian menjadi perhatian serta maraknya gejala obesitas pada anak-anak. Dalam hal teknologi perlu dilihat hadirnya cara pengemasan yang lebih canggih dan modern.

Garland memberikan contoh bahwa obesitas pada anak-anak telah mencapai proporsi yang dahsyat di AS sehingga ada kemungkinan masyarakat menyalahkan para pemasar permen cokelat dan memposisikan mereka seperti perusahaan tembakau.

Pada bagian pertama buku ini mengajarkan bagaimana pola pikir futuris, misalnya melalui analisis STEPP. Bagian kedua buku ini menjelaskan perkembangan terbaru yang berpotensi mempengaruhi masa depan. Sebagai contoh, Garland banyak memaparkan mengenai perkembangan bioteknologi, teknologi nano, teknologi informasi, serta pemeliharaan kesehatan.

Versi bahasa Indonesia buku ini cukup enak dibaca kendati ada beberapa istilah teknis yang kadang terasa membingungkan. (Setyardi Widodo)

*) Bisnis Indonesia, 4 Juli 2010