Anak sulungku biasanya sangat senang kalau kami berada paling depan dalam antrean kendaraan. Dia mungkin merasa ayahnya, atau kendaraan ayahnya, adalah yang paling hebat karena berada paling depan dalam iring-iringan.
Namun, benarkah paling depan dalam antrean itu paling hebat karena paling cepat?
Saya justru berpikir lain.
Berada paling depan dalam antrean/iring-iringan bukan berarti yang tercepat. Bisa jadi malah yangg paling lambat. Buktinya, semua kendaraan lain bisa menguntit di belakang kita. Bisa jadi kitalah sumber kelambatan atau iring-iringan itu. Kalau saja kita bisa lebih cepat, iring-iringan mungkin tak perlu terjadi. Jalanan lebih lancar. Mungkin ini akan terasa banget ketika kita mengemudikan kendaraan besar yang lambat seperti truk atau traktor. Semua kendaraan lain yang lebih cepat akan nempel di belakang kita. Kalau bisa nyalip dia akan menyalip. Kalau tidak bisa nyalip maka dia akan menjadi ”pengiring” kita.
Sebaliknya, berada paling belakang dalam antrean/iring-iringan kendaraan bukan berarti yang paling lambat. Bisa jadi malah yang tercepat karena terbukti bisa menyusul kendaraan-kendaraan yang di depan.
***
Antrean ada di mana-mana, bukan hanya soal kendaraan. Ada antrean karier, antrean jabatan, antrean kelulusan dan sebagainya. Kalau antrean kendaraan terjadi karena keterbatasan jalan, maka antrean lain juga terjadi karena keterbatasan sumber daya yang bersedia antuk mengakomodasi harapan.
Nah, berada di manakah kita dalam antrean sisi-sisi kehidupan itu? Paling depan atau paling belakang? Paling lambat atau paling cepat?
Foto dikutip dari Solopos
Tidak ada komentar:
Posting Komentar