24 Oktober 2011

Kesan tentang AS


Alhamdulillah penantian visa selama hampir enam bulan tak sia-sia. Persis pada hari saya mengambil paspor yang sudah bervisa AS, muncul undangan ke AS dengan permintaan wartawan yang telah memiliki visa AS. Dan ini adalah perjalanan menarik karena melewati banyak tempat dan banyak lokasi yang semuanya baru buat saya.

Perjalanan berangkat dari Jakarta melalui Taipei (Taiwan) lanjut ke Seattle. Pulangnya dari Seatlle ke Honolulu, Hawii, lalu berlanjut ke Majuro, Marshall Island, di Samudra Pasifik, terus ke Biak, Papua.

Berikut ini beberapa kesan saya tentang AS yang dalam beberapa hal agak berbeda dibandingkan dengan asumsi atau dugaan awal.

*Soal imigrasi. Alhamdulillah proses di imigrasi Seattle lancar dan singkat sekali. Barangkali mereka sebenarnya ingin jawaban yang singkat satu dua buah kata saja. Mungkin karena kami berada di bagian terakhir dari antrean. Mungkin mereka sudah males, capek, atau memang merasa kami semua baik-baik saja. Proses di depan petugas paling cuma 1 menit, sama dengan di negara-negara lain.

Kebingungan sempat muncul soal mengisi check list keperluan. Kalau di negara lain, liputan biasanya kita bilang bisnis. Tetapi berhubung di AS ada visa wartawan yang berbeda dengan visa turis dan visa bisnis, jadi rada ragu. Mau dijawab bisnis takut ditanya soal perolehan uang, pembayaran pajak dll. Akhirnya saya centang yes saja bahwa acara bisnis.

Saya tak berani membawa laptop yang tidak berstiker software resmi. Apalagi Seattle kan kantor pusat Mikocok. Tapi ternyata di imigrasi kedatangan tidak ada scanning barang tentengan tuh.

*Mobil-mobil besar. Di tempat penjemputan di bandara Seattle, kesan pertama saya adalah mobil-mobil yang amat besar. Mobil penjemputnya sebesar truk di Indonesia. Di jalan raya, kendaraan juga besar-besar. Tidak ada city car di Seattle, kecuali Smart yang unik itu.

Harrier, Camry dan mobil-mobil yang di Jakarta termasuk besar di Seattle mah termasuk biasa atau bahkan kecil. Banyak sekali mobil yang lebih besar daripada itu. itulah makanya AS adalah konsumen minyak yang amat besar. Boros dan memancing krisis minyak dunia.

Kalau mereka bisa dipaksa pakai kendaraan yang lebih kecil, mungkin kebutuhan minyak dunia tidak besar-besar amat. Tapi bagaimana lagi, kebanyakan tubuh mereka memang besar-besar. Kegemukan dan jarang jalan kaki agaknya merupakan gejala umum.

*Barang mahal. AS termasuk yang anti barang bajakan dan barang palsu. Nah, merek-merek terkenal banyak dijual di mal seperti di Nordstrom, Norsdtrom Rack (yang diskon), serta Factory Outlet/ Premium Outlet di Tulalip dekat perbatasan dengan Kanada.

Nah, di tempat-tempat itu ternyata banyak diskon dan banyak barang bermerek yang dijual jauh lebih murah daripada di Indonesia. Tas Samsonite, misalnya, diskonnya ada yang sampai 50%. Merek-merek lain berbagai jenis pakaian, sepatu, tas, juga ada. Tapi saya yang ndeso ini tidak mengerti dan tidak beli.

Tapi, kesimpulan saya, AS adalah salah satu surga belanja juga bagi mereka yang hobi shopping dan banyak uang.
Souvenir murah juga ada dan cukup banyak. Tetapi umumnya itu buatan Chna, atau Honduras, atau negara dunia ketiga yang kemudian diimpor oleh AS.

*Angkutan umum. Ada asumsi bahwa di negara maju angkutan umum begitu banyak dipakai dan orang lebih memilihnya daripada kendaraan pribadi. Itu memang benar di Jepang, Singapura, dan mungkin sebagian Eropa. Tapi agaknya itu tidak berlaku di Seattle.

Kami menginap di dekat bandara, agak jauh dari down town. Katanya, yang pakai bus Cuma orang Asia. Itu pun nunggu bus bisa sampai 2 jam baru datang. Mana cuaca dingin pula. Jadi bus bukanlah kendaraan pilihan. Orang kebanyakan pakai mobil pribadi atau kendaraan sewaan. Enak juga wong jalanan lengang, tidak ada kemacetan.

*Penyeberang jalan. Salah satu budaya yang saya sangat suka adalah mereka sangat menghormati pejalan kaki. Kalau ada orang mau nyeberang jalan atau dekat tempat parkir, memerak jauh-jauh sudah mengerem dan memberi jalan. Sama sekali berebeda dengan orang Indonesia.

Benar-benar terasa bahwa pengendara mobil itu mengalah dan bersedia memberi kesempatan kepada pejalan kaki, bahkan kalau pejalan kaki itu kurang menyadari ada mobil yang telah menunggunya agar segera lewat. Tidak ada suara klakson karena memencet klakson konon dimaknai sebagai kemarahan besar yang akan dibalas dengan kemarahan balik. (Bersambung)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

DrwFmw [url=http://chaneljponline.org/]シャネル 化粧品[/url] UooMks http://chaneljponline.org/ OdxAyu [url=http://www.coachjpsales.net/]コーチ アウトレット[/url] YnzVqw http://www.coachjpsales.net/ VhfXhw [url=http://pradasjapan.net/]プラダ バッグ[/url] CjyUqi http://pradasjapan.net/ OcbHod [url=http://coachonsales.org/]コーチ バッグ[/url] GbnLnt http://coachonsales.org/