08 September 2008
Kaset terjemahan
Sejak sering nyetir dua tahun yang lalu, saya jadi gemar lagi mendengarkan kaset. Sebab, radio di dalam mobilku bunyinya kresek-kresek tidak jelas (mungkin karena tidak ada antenna luar, mungkin juga karena mereknya yang agak abal-abal). Jadi satu-satunya hiburan ya kaset.
Nah, sejak itu saya berusaha mencari kaset murattal dan al-ma’tsurat yang dilengkapi dengan terjemahnya dalam bahasa Indonesia. Murattal adalah bacaan alquran biasa, bukan qiroah. Jadi ini membaca biasa saja. Adapun al-ma’tsurat itu kumpulan doa-doa dari Rasulullah yang dihimpun oleh Hasan Al-Banna, pendiri Ikhwanul Muslimin.
Kalau kaset murattal dan ma’tsurat yang tanpa terjemahan sih sudah banyak. Mencari terjemahan itu yang sulit. Kalaupun ada, terjemahnya dalam bentuk teks, tidak bisa didengarkan, harus dibaca. Jadi, ya praktis tidak dapat disimak sambil nyetir.
Sekitar satu tahun yang lalu saya sempat menemukan al-ma’tsurat yang dilengkapi dengan terjemahnya. Sayang sekali formatnya CD. Padahal sistem audio di dalam mobilku tidak dapat digunakan untuk memutar CD.
***
Nah, awal bulan lalu, waktu jalan-jalan di penjual buku jl Gelapnyawang sebelah Masjid Salman Bandung, saya menemukan murattal Al-Quran yang dilengkapi dengan terjemah.
Kaset yang tersedia hanya juz 29. Murattal oleh Ust Abu Rabbani. Cara membacanya enak sekali didengarkan. Sayangnya, proses pembuatannya kurang memperhatikan perbedaan karakter pengucapan bahasa Arab dengan bahasa Indonesia.
Bacaan Al-Quran melengking tinggi dengan volume yang juga tinggi, sementara bacaan terjemahnya sangat lunak dan nyaris tanpa intonasi. Jadi, kalau suara terjemah mau terdengar nyaring, bacaan Qurannya harus sangat keras.
Kondisi kurang nyaman ini sangat terasa ketika melewati tol JORR atau Cipularang yang tidak pakai aspal sehingga noise dari ban besar sekali. Kesenjangan suara antara bacaan Al-Quran dan terjemahnya terasa sekali.
Beberapa pekan kemudian, masih di toko yang sama, saya menemukan kaset al-ma’tsurat yang dilengkapi dengan terjemah. Kali ini pembaca Al-Quran dan doa orangnya sama dengan pembaca terjemahnya. Volume dan intonasinya juga tinggi.
Jadi, problem kesenjangan seperti pada kaset Abu Rabbani tidak muncul. Sayangnya, terjemah ini tidak murni bahasa Indonesia. Banyak campurnya dengan bahasa Melayu dengan cara pengucapan yang logatnya khas Melayu (atau Sumatra lah).
Oh iya, satu lagi. Saya menemukan sebuah CD buatan Bandung yang berisi bacaan Al-Quran juz 30 dengan terjemah (saritilawah). Tapi cara pengerjaannya terkesan agak sembarangan. Bacaan dipotong-potong dari murattal yang asli, lalu diselipkan terjemah. Terjemah dibaca oleh wanita.
Mudah-mudahan di masa mendatang ada lebih banyak lagi kaset dan CD murattal, doa, dan sebagainya, yang dilengkapi dnegan terjemah, dan dikerjakan dengan kualitas yang lebih baik. Paling tidak saat ini sudah ada yang memulai. Terima kasih untuk mereka yang sudah membuat terobosan ini.
Saya yakin, mendengarkan bacaan semacam itu secara berulang-ulang tidak membosankan sebagaimana mendengarkan ceramah yang berulang-ulang. Wallahu a’lam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
ibu saya mw bikin album quran plus terjemahan, mas.. yg bacain terjemahannya penyair n pembaca puisi yg ngetop abiss.. insya Allah tgl 20 juli 2009 bakal di-launching di pembukaan MTQ Jatim di jember. insya Allah lg, soal kualitas dijamin!
kLo butuh, bs kontak ke saya ajah,, bole jg dipasarin lewat ni blog..
wah menarik sekali kalau makin banyak yang membuat terjemahan dalam versi audio. Itu rencananya hanya CD saja atau ada dalam bentuk kaset juga? semoga sukses dan laris ya kaset dan CD terjemahnya. matur nuwun.
Posting Komentar