31 Oktober 2008

Antara Facebook & Pucang Tunggal (4)

Saya yakin dalam waktu 5 tahun atau 10 tahun mendatang, semua orang akan saling terhubung melalui Facebook (atau aplikasi jejaring sosial lain), sama seperti kita pakai e-mail sekarang ini. Kita akan kembali berkontak dengan semua teman lama, asalkan mereka bisa terhubung ke Internet. Kelebihan facebook adalah: bisa ditanyai.

***
Facebook memang luar biasa. Saat-saat pertama saya mengenalnya, saya hanya berusaha mengontak orang-orang terdekat yang benar-benar kenal. Teman lama, teman sekantor, nara sumber, contohnya. Pokoknya teman-teman yang secara fisik memang kenal.

Dari sana pun sudah terasa banyak sekali manfaatnya. Saya bisa tahu data-data personal yang sebelumnya tidak saya tahu tentang masing-masing orang itu, misalnya tanggal lahir, foto-foto keluarga, dan sebagainya.

Semakin lama, manfatanya semakin banyak. Kita bisa mengontak orang yang hanya kita kenal melalui televisi atau koran. Yang paling mengasyikkan adalah menemukan orang-orang yang sudah lama belum bertemu. Kemudian kita bisa berkontak lewat wall, kirim pesan seperti chatting, melihat profilnya secara lengkap (tergantung seberapa detil dia menulis di sana), membaca Note (semacam blog) di sana, dan sebagainya.

Memang benar bahwa selama ini kita juga bisa bertemu kembali dengan teman lama melalui telepon, SMS, atau e-mail. Tetapi kita tidak mungkin bertanya ke operator telepon, misalnya Telkomsel, eh nomor telepon teman saya bernama xyz itu berapa?
Kita juga tidak bisa bertanya ke server Yahoo atau Gmail, email saya si abc itu apa ya? Kita harus tahu e-mailnya dulu, baru berkontak.

Nah, di Facebook, lain cerita.
Kita bisa bertanya teman saya bernama eyd itu sudah gabung dengan Facebook atau belum? Kalau sudah, langsung bisa add/invite sebagai teman. Setelah approve, kita bisa lihat profil lengkap dan info terbaru, serta tentu saja bisa berkomunikasi dengannya.

Itulah hebatnya. Jejaring sosial semacam Facebook bisa ditanyai. Dan itulah sebabnya orang-orang malah jadi antusias untuk menggunakan nama asli. Kalau kita mendaftar Facebook tanpa nama asli, orang lain yang mencari nama asli kita, misalnya teman sekolah, tidak ada bisa menemukan kita. Hilanglah peluang untuk berkontak (opportunity loss).

***
Jejaring sosial memang tidak hanya Facebook. Masih ada Friendster dll. Masih butuh waktu untuk mencari mana di antara jejaring itu yang bertahan melalui seleksi alam. Atau mungkin nantinya akan muncul antarmuka yang bisa menghubungkan berbagai jejaring dalam satu wadah tunggal, atau minimal wadah yang saling terhubung.

Kecanduan Facebook juga membuat kita terobsesi untuk menambah terus jumlah teman, entah kenal fisik atau tidak. Kadang kita ingin add orang ternama sebagai teman kita, padahal orang tersebut tidak mengenal kita secara pribadi. Dia accept saja.

Sebaliknya, kadang ada orang yang tidak kita kenal ingin memasukkan kita sebagai temannya. Ya, kita berprasangka baik saja, sebagaimana kita juga sering minta orang ternama sebagai teman.

Kalau jumlah teman sudah terlaklu banyak (Mbak Fira, misalnya, yang baru-baru ini sudah tembus 5.000) maka sudah tidak jelas lagi itu teman beneran atau bukan. Kita juga pusing kalau refresh pengen melihat aktivitas teman-teman dekat lagi pada ngapain (pada menu status). Terlalu banyak yang muncul, kebanyakan bukan yang prioritas, jadi makin bikin pusing, hehe.

Walau bagaimana pun, ayo, mari bergabung ke Facebook
Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar: