Bursa saham berjatuhan di seluruh dunia. Banyak pemodal nan kaya yang kehilangan nilai uang atau nilai perusahaannya dalam jumlah besar hanya dalam hitungan hari. Di Indonesia pun nilai kapitalisasi saham anjlok triliunan rupiah dalam sekejap.
Kejatuhan itu mengingatkan saya akan cerita mengenai para pemilik kebun dalam Al-Quran surat Al-Qalam ayat 17-33. Tentu saja saya tidak berani menghakimi orang-orang yang mengalami kerugian besar secara mendadak karena krisis itu telah melakukan kesalahan besar sebagaimana para pemilik kebun dalam Al-Quran itu. Saya hanya menggarisbawahi betapa Allah bisa dengan banyak cara mengambil kekayaan manusia atau menambahkannya sekehendak DiriNya.
Dalam kisah pemilik kebun itu juga disebutkan mengenai orang-orang yang tidak terlalu lalim (dalam hal ini disebut mengenai ‘orang yang paling baik akalnya di antara mereka’)
Berikut ini terjemahan ayat-ayat itu:
Sesungguhnya Kami (Allah) telah menguji mereka sebagaimana Kami (Allah) telah menguji pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka akan memetiknya di pagi hari. Dan mereka tidak (mau) menyisihkan (untuk orang miskin).
Maka meliputi malapetaka dari Rab (Tuhan) mereka ketika mereka sedang tidur. Maka jadilah ia (tanaman itu) seperti sudah dipotong.
Lalu mereka panggil memanggil di pagi hari. "Pergilah di waktu pagi ke kebun kamu jika kamu hendak memetiknya.” Maka pergilah mereka sambil berbisik-bisikan. "Bahwa janganlah ada seorang miskin pun masuk ke dalamnya (kebun kamu) pada hari ini.” Dan berangkatlah mereka di pagi hari (dengan niat) menghalangi (orang miskin) padahal mereka mampu (menolongnya).
Maka tatkala mereka melihatnya, mereka berkata: "Sesungguhnya kita benar-benar orang yang sesat.” “Bahkan kita adalah orang dihalangi (daripada hasilnya)."
Berkatalah seorang yang baik fikirannya antara mereka: "Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, hendaklah kamu bertasbih?" Mereka mengucapkan: "Subhana Rabbina (Maha Suci Tuhan kami)! Sesungguhnya kami adalah orang yang zalim.”
Lalu sebagian mereka menghadapi sebahagian yang lain, saling menyalahkan.
Mereka berkata: "Aduhai celakalah kita! Sesungguhnya kita ini adalah orang yang melampaui batas.” “Mudah-mudahan Rab (Tuhan) kita memberikan ganti kepada kita dengan yang lebih baik daripada itu. Sesungguhnya kita, kepada Rab (Tuhan) kita mengharapkan.” Seperti itulah azab. Dan sesungguhnya azab akhirat lebih besar jika mereka mengetahui.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar