20 Juli 2009
Kecilnya manusia, besarnya semesta, agungnya Pencipta
Menjelang libur Isra’ Mi’raj saya mendapat kesempatan untuk membaca-baca buku ‘Menjelajahi Tata Surya’ karya A. Gunawan Admiranto. Sebenarnya ini buku istri saya. Kebetulan penulis buku ini bekerja sebagai peneliti matahari dan astronomi di Lapan (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional), sekantor dengan istri saya.
Buku setebal 302 halaman terbitan Kanisius ini sangat enak dibaca. Bahasanya ringan dan renyah. Cara pemaparannya mudah sekali dimengerti. Memang ada cukup banyak istilah matematika maupun fisika (serta astronomi) yang dipakai di sana. Akan tetapi saya kira asalkan kita pernah belajar dasar-dasar fisika dan astronomi dengan baik di masa SMA akan bisa mengikuti paparan buku ini dengan baik.
Saya menemukan banyak fakta-fakta mengejutkan yang digambarkan dengan sangat indah dalam buku ini. Sebagian di antaranya, seperti suhu inti matahari, sudah sering kita dengar. Akan tetapi penulis buku ini memberikan gambaran yang lebih mudah dicerna mengenai apa arti suhu sekian juta derajat celcius itu. Banyak juga fakta menarik mengenai massa jenis Saturnus dkk yang lebih rendah dibandingkan dengan massa jenis air.
Kutipan bebas atas beberapa hal menarik saya tulis di bawah ini.
“Andaikan Anda sedang mengendarai pasawat ruang angkasa melewati sebuah planet besar yang warna-warni lalu ingin mampir ke planet itu. Anda turun menembus atmosfernya dengan harapan dapat menemukan tempat yang tepat untuk pendaratan. Anda bergerak turun, terus turun, turun terus, tetapi tidak pernah menemukan tempat untuk mendaratkan pesawat.
Saat Anda menyadari hal itu, Anda sudah jauh menembus atmosfernya atau bahkan mungkin sudah “masuk” ke dalam planet itu. Begitulah situasi yang akan Anda alami jika mampir ke Yupiter, planet terbesar dalam tata surya kita. Ini terjadi karena kerapatan Yupiter yang renggang. Kerapatan Yupiter hanya 1,33 gram per cm kubik, jauh lebih rendah dibandingkan bumi yang 5,5 gram per cm kubik.
Begitu besarnya ukuran Yupiter sehingga kita bisa memasukkan 1.300 benda seukuran Bumi ke dalamnya. Yupiter memiliki massa 318 kali massa bumi atau setara dengan 2/3 massa tata surya di luar Matahari.”
“Merkurius, Venus dan Bumi memiliki massa jenis besar. Massa jenis Bumi sekitar 5x massa jenis air. Adapun Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus memiliki massa jenis rendah. Bahkan, Saturnus bisa mengambang di atas air kalau dicemplungkan ke kolam super besar.”
“Inti matahari bertemperatur 16 juta derajat Celcuis. Menurut George Gamow, jika sebuah ujung jarum memiliki panas setinggi itu maka daerah di sekitarnya akan ikut terbakar hingga radius 100 km.”
“Komet Halley memiliki massa 10 pangkat 16 kilogram. Setiap lewat dekat Matahari, komet ini kehilangan sekitar 100 triliun kilogram massa akibat hembusan angin surya.”
“Ekor sebuah komet bisa mencapai panjang 150 juta km sehingga komet dapat menjadi benda terbesar yang ada di tata surya kita.”
“Tata surya didominasi oleh Matahari karena massa seluruh planet hanya 0,0014 kali massa matahari. Konon, ditinjau dari fisika bintang, matahari tidak banyak memiliki aspek yg dpt menarik perhatian ahli astronomi penghuni bintang lain (kalau penghuni itu ada).”
“Ternyata, sejauh ini, tidak ada satu pun sistem keplanetan yang konfigurasinya mirip dengan tata surya kita. Setiap sistem keplanetan itu bersifat unik.”
Label:
antariksa,
bumi,
halley,
isra' mi'raj,
jupiter,
saturnus,
tata surya,
yupiter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
5 komentar:
Dua pernyataan terakhir sepertinya kontradiktif mas...Di kalimat terakhir disebutkan ttg keunikan setiap tata planet. Kalau mengikuti premis "unik itu menarik", maka pernyataan sebelumnya ttg matahari bukan kajian menarik dari sisi fisika bintang, akan tereliminasi...
hehehe.
mungkin maksudnya begini: unik maksudnya tidak sama dengan yang lain-lain. mungkin susunannya, mungkin jumlah planetnya, konstelasi antarplanet dan sebagainya.
tidak menarik bagi ahli di bintang lain mungkin karena matahari tidak menonjol. mediocre di antara bintang lain. rata-rata lah, seperti orang yang tidak menonjol. wallahu alam.
Copy paste dari Facebook
WF
karangan Mas Hendro bukan?
July 20 at 6:58pm · Delete
Setyardi 'Kelik' Widodo
bukan karangan pak Gunawan Admiranto
July 20 at 7:05pm · Delete
YRI
Oh, kirain sama dengan buku yang Iyang punya ya Mas,, tentang membaca langit karangan Hendro Setianto (alumni Astronomi ITB) kenal gak Mas Kelik?
July 20 at 7:06pm · Delete
Setyardi 'Kelik' Widodo
pak admiranto ini lulusan astronomi itb juga. wah saya belum kenal dengan pak hendro itu. pak admiranto juga secara personal saya belum kenal kok, hehehe
July 20 at 7:10pm · Delete
HA
bumi hanyalah seberkas debu di tengah lautan galaksi yang terus mengembang di alam semesta. Subhanalloh. dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang berpikir akan kebesaran Tuhan-Nya.
July 20 at 7:21pm · Delete
YRI
Setuju, betapa kecilnya kita, bukan sesuatu NYA jika dibandingkan dengan alam semesta, jangankan kita, bumi tempat kita berpijak pun sangat lah kecil.. Jika saja satu bintang atau batu di atas ingin mampir sialturahmi ke Bumi kita,, entah apa yang akan terjadi, Bumi akan hancur,, bagaimana bisa kita tidak mengingat kebesaranNYA?
July 20 at 9:48pm · Delete
AFI
terima kasi mas kelik, Alam semesta ini hanya bergerak dengan ilmu kepastian ALLAH sehingga indah, setimbang subur makmur, Coba kalo kita juga bergerak hidup berbudaya berdasarkan Ajaran ALLAH Al qur'an menurut bukti kehidupan seorang RasulNYA pasti akan sama Indah, setimbangnya dan saling menyubur makmurkan
July 22 at 1:13pm · Delete
AR
Tks ya infonya mas kelik, kalau saya ngurusin rumah sepetak aja kayaknya pusing minta ampun. Presiden ngurusin negara sebesar indonesia aja kayaknya setengah mati. Tapi masih banyak juga ya orang-orang yang begitu inginnya pergi ke luar angkasa. Mungkin supaya film star trek bisa kelihatan lebih real kali ya?
Yesterday at 3:05am · Delete
x6i70f8g30 k9j00z0b32 k6t91g8p11 v4x32w5i84 j0l02p4a96 q2k38h8w64
x5h32w5y65 r0t07n5q38 o4f69k2z93 o2j74t9e93 k2p36v5u64 m8k15y8e23
Posting Komentar