03 Juli 2009

Dari Soros hingga nikah tanpa pacaran

(Bagian kedua dari review buku Blink)

Putra pemodal superkaya George Soros bercerita tentang cara ayahnya mengambil keputusan. “Ayah saya bisa duduk dan memberi Anda teori-teori untuk menerangkan mengapa dia berbuat begini dan begitu. Namun saya berpikir setidak-tidaknya separuh dari penjelasanya adalah konyol. Maksud saya, keputusan-keputusannya untuk menjual atau membeli saham adalah karena punggungnya tiba-tiba nyeri sekali. Dia betul-betul mengalami kejang, dan baginya ini sebuah peringatan dini.”

Ini merupakan salah satu penjelasan mengapa George Soros begitu hebat dalam pekerjaannya. Dia orang yang sadar tentang hasil-hasil pemikiran bawah sadarnya. Akan tetapi, di sisi lain, jika kita menanamkan uang bersama Soros, pasti akan selalu was-was kalau penjelasan yang diberikannya tentang pengambilan keputusannya adalah karena rasa nyeri di punggung.

Hal di atas menggambarkan banyak hal bawah sadar yang sulit dijelaskan oleh orang yang mengalaminya. Demikianlah yang diungkapkan oleh Malcolm Gladwell dalam buku Blink pada bab mengenai Pintu yang terkunci. Intinya, kita perlu menghormati kenyataan bahwa kita bisa mengetahui sesuatu tanpa tahu mengapa kita tahu dan menerima bahwa kita kadang-kadang lebih baik membiarkannya demikian.

Hal yang mirip itu juga dialami oleh pakar benda seni Bernard Berenson. Dia tidak bisa merumuskan bagaimana dia dapat melihat cacat kecil atau kelainan kecil yang menunjukkan bahwa karya itu palsu. Bahkan, dalam suatu persidangan, dia hanya mengatakan bahwa perutnya mulas, telinganya berdengung, dan dia merasa sangat tertekan ketika berhadapan dengan benda seni palsu.

Penulis buku Outliers dan Tipping Point itu menjelaskan bahwa kesimpulan sekejab (snap judgement) serta pemahaman cepat (rapid cognition) berlangsung di balik pintu terkunci. Gladwell dalam Blink memberikan penjelasan lebih menarik lagi ketika mengungkapkan apa yang terungkap dalam pencarian jodoh melalui program kencan kilat (speed dating)

***
Dalam sebuah program kencan kilat (atau mungkin lebih tepatnya disebut kenalan kilat), setiap peserta pria diberi kesempatan untuk bertemu dengan peserta wanita dalam waktu enam menit.

Jika dalam enam menit itu seorang wanita atau pria merasa tertarik dia diminta memberi tanda tertentu kepada penyelenggara. Jika si pria memberi tanda tentang seorang wanita dan si wanita juga memberikan tanda tentang si pria, mereka masing-masing diberi alamat e-mail untuk meneruskan proses mereka.

Proses ini pada prinsipnya banyak kemiripan dengan proses pada biro jodoh atau proses pernikahan tanpa pacaran. Hanya teknisnya tentu saja berbeda tergantung sistem nilai pergaualan yang dianut.

Menurut Gladwell, proses kencan kilat atau kenalan kilat yang kian populer itu merupakan penerapan dari kemampuan membuat kesimpulan sekejab dalam memilih pasangan.

Dalam sebuah eksperimen, seorang peserta wanita diminta menuliskan kriteria teman pria yang didambakannya. Dia menulis bahwa yang diharapkannya adalah pria yang cerdas dan tulus.

Akan tetapi, dalam praktiknya, lelaki yang dia pilih ternyata justru yang paling jenaka, sama sekali jauh dari kesan cerdas maupun tulus. Esok harinya, ketika ditanya kenapa memilih orang tersebut, sang wanita menjawab bahwa dia menyukai pria yang menarik dan jenaka. Masalahnya, ketika satu bulan ditanyakan kembali criteria pria macam apa yang dia sukai, sang wanita kembali menjawab bahwa dia suka pria yang cerdas dan tulus.

Tampaknya ini menjadi membingungkan. Dan kasus semacam ini, kasus di mana kriteria logis yang dapat dia jelaskan tidak sesuai dengan kenyataan yang dia pilih, terjadi pada banyak sekali peserta yang diamati.

***

Jadi, lelaki macam apa yang sebenarnya diinginkan oleh si wanita? Pribadi asli yang manakah yang sebenarnya ada pada si perempuan? Apakah pribadi yang mengajukan syarat awal atau pribadi yang menjatuhkan pilihan?

Ada yang berpendapat bahwa pribadi yang asli adalah yang terungkap dalam aksi, bukan ketika berpikir. Gladwell mencoba menjelaskan hal ini. Menurut dia, apa yang diungkapkan si wanita tentang kriteria lelaki idaman tidak salah, hanya kurang lengkap.

Apa yang diungkapkan sebelum acara dan sebulan kemudian adalah gagasan berdasarkan pikiran sadarnya. Itu adalah apa yang diyakininya sebagai keinginannya ketika dia merenung. Masalahnya, dia tidak menyadari adanya preferensi lain yang membentuk alam bawah sadarnya. Uraian mengenai apa yang ada dalam pilihan bawah sadarnya ada dalam pintu tertutup.

Hal yang sama sering terjadi pada orang-orang hebat, orang-orang sangat terkenal, ketika ternyata mereka tidak berhasil menjelaskan dengan jelas tentang pengambilan keputusan sekejab-nya.

Saya kira apa yang diungkapkan oleh Malcolm Gladwell ini penting untuk disimak oleh orang-orang yang bergerak dalam bidang perjodohan atau mak comblang dari pernikahan tanpa pacaran. (semoga bisa bersambung)

3 komentar:

Setyardi Widodo mengatakan...

Copy paste dari komentar di facebook

HT: Mas Kelik apakah ada keterangan ttg acceptance, tolerance and ignorance dalam menjelaskan "pintu terkunci" terkait dengan real result dan expected result?
July 6 at 2:21pm

Setyardi 'Kelik' Widodo: wah pertanyaannya susah, hehehe. saya belum menemukan penjelasan mengenai acceptance, tolerance and ignorance. atau mas haryo punya pandangan barangkali? matur nuwun
July 7 at 12:56pm

HT: Saya juga masih belum menemukan jawabannya, mas...Tetapi ada 3 point yang bisa dielaborasi lebih lanjut:
1. Trigger: untuk keputusan sekejab itu berasal dari mana? Saya berpendapat ada 2 sumber, yaitu "hati nurani" dan otak besar, hanya saya tidak tahu berapa cepat dan kausalitas diantara keduanya.
2. Relieve: setiap keputusan (sekejab-pun) yang diambil pasti akan memberikan feedback. Nah, di sinilah biasanya sifat natural individu akan berperan. Orang eksakta pasti akan mencoba mencari penjelasan logis sitematis tapi mungkin berbeda dg orang lain.
3. Respond: unexplained decision (mungkin) akan dianggap sebagai keberuntungan jika hasilnya positif atau kesialan jika sebaliknya. Maka akan muncul feedback baru (governing knowledge) seperti halnya no.2 tapi result oriented.
July 7 at 1:26pm

HT: acceptance, tolerance and ignorance adalah parameter ukur akan tindakan 1, 2, dan 3 seperti diatas merujuk pada pengalaman pribadi masing2 individu.
July 7 at 1:30pm

Setyardi 'Kelik' Widodo: wah, terima kasih sekali. masukannya bagus sekali
July 7 at 3:54pm

yanmaneee mengatakan...

michael kors sale
nike sneakers
golden goose deluxe brand
cheap jordans
yeezy boost 350 v2
yeezy sneakers
supreme new york
converse outlet
mlb jerseys
birkin bag

seannee mengatakan...

website link go check over here sites click to investigate find more info