15 April 2009

Palringo untuk chatting multiple platform


Saya mendengar nama Palringo pertama kali melalui mailing list id-bb. Waktu awal mendengarnya saya kadang tertukar dengan Palmringo atau Parlingo, hehe.

Salah satu keunggulan Palringo bagi pengguna Blackberry adalah kemampunanya untuk menangani chat sesama pengguna Facebook. harap maklum, para pengguna Blackberry sudah dapat melakukan chatting untuk Gtalk dan Yahoo Messenger melalui aplikasi yang tertanam, bawaan, tanpa install apa-apa. Tinggal facebook yang tertinggal.

Perkembangan jumlah pengguna Facebook yang konon dalam waktu beberapa bulan terakahir mencapai 1,4 juta orang di Indonesia, membuat chat sesama Facebook berpeluang menjangkau lebih banyak orang dibandingkan chat melalui Yahoo Messenger dan Gtalk.

Saya mencoba install Palringo di Blackberry (dengan sistem operasi kuno, 4.2.1.101) dan ternyata bisa jalan dengan baik.

Hal yang membuat saya lebih tertarik terhadap Palringo bukan hanya kemampuannya untuk menangani chat untuk FB, MSN, dkk, melainkan juga dukungannya terhadap berbagai jenis sistem operasi. Selama ini mungkin perhatian orang lebih banyak ke eBuddy yang mendukung ponsel Java nonsmartphone. Tapi saya punya sedikit masalah dengan eBuddy.

Seiring dengan keinginan untuk mengoptimalkan gadget lama iPAQ 4355 yang masih menggunakan Windows Mobile 2003, saya butuh aplikasi chat yang kompatibel. Dulu-dulu saya tidak suka chatting, jadi belum install aplikasi untuk menangani pesan instan (IM) pada iPAQ tua itu. Sempat sebentar pakai Agile, tapi terus tidak gratis lagi. Coba eBuddy tidak menemukan yang kompatibel. Eqo juga tidak jalan di Windows Mobile 2003 (bukan Second Edition). Layanan yang berbasis web seperti IMO atau Meebo rasanya tidak nyaman.

Nah, ketika coba buka-buka mengenai Palringo, saya menemukan pernyataan bahwa aplikasi ini kompatibel dengan Windows Mobile 2003. Saya coba dan, olala, alhamdulillah, berjalan dengan baik. Chat lewat FB, YM, maupun Gtalk, semua berjalan dengan baik pada iPAQ 4355.

***
Palringo dengan logo P dan dominasi warna hitam itu pada awalnya terasa kurang intuitif. Rasanya berbeda sekali dengan chat melalui YM atau Gtalk yang sudah tertanam di Blackberry, atau jika dibandingkan dengan Pidgin yang saya pakai di PC.

Untuk memulai chat dengan salah satu kontak online, jumlah tombol yang ditekan lebih banyak dibandingkan native application. Tombol yang harus ditekan pun tidak konsisten. Kalau pada iPAQ mungkin inkonsistensi muncul karena aplikasi ini didesain untuk Pocket PC yang sepenuhnya layar sentuh, sementara iPAQ yang saya punya juga memiliki keyboard. Dengan demikian, fungsi keyboard jadi tidak konsisten.

Problem lainnya adalah kalau kita terlanjur meninggalkan satu jendela chat untuk ngobrol dengan orang lain, daftar percakapan yang sebelumnya kadang hilang, lenyap entah di mana. Jadi kadang agak repot kalau harus chat dengan beberapa orang secara bersamaan. Pada Blackberry bahkan tidak ada menu untuk Switch atau Minimize, jadi susah kalau mau membuka aplikasi lain. Masalah selanjutnya, tidak ada pilihan untuk jenis alert. Bunyinya standar gitu-gitu saja.

Saya tidak tahu apakah masalah-masalah ini sudah terpecahkan pada sistem operasi yang lebih maju, misalnya Windows Mobile 6 atau Blackberry OS 4.6 dan yang lebih baru.

Bagaimana pun, Palringo sudah membuka cakrawala baru. Memberikan banyak kemungkinan baru baik buat Blackberry dengan 8100/OS 4.2.1.101 maupun iPAQ 4355/OS Windows Mobile 2003.

14 April 2009

Melirik gadget tua di pasaran



Kalau tidak segan main ke pusat-pusat penjualan ponsel serta gadget seperti Roxi Mas atau Mal Ambassador, Jakarta, kita akan menemukan banyak gadget bekas yang dipasarkan.

Ada setidaknya dua gadget yang sangat menarik perhatian saya belakangan ini karena, dalam penilaian saya, ini termasuk value for money. Yang pertama adalah PDA-phone iPAQ 6515. Adapun yang kedua adalah Dopod 900.

iPAQ adalah produk genersi kedua dari Hewlett Packard yang menggabungkan fungsi teleponi ke dalam PDA. Banyak sekali pembaruan dibandingkan dengan generasi pertamanya yang aneh dan lambat.

Desain iPAQ6515 sangat mirip dengan iPAQ 4355 yang saya gunakan, namun ukurannya lebih kecil. Lebarnya relatif sama namun tingginya dimampatkan. Ada keyboard QWERTY yang formatnya sama persis dengan iPAQ yang sudah empat tahun saya gunakan. Layarnya memang lebih kecil agar ukurannya lebih pendek, serta desainnya lebih tebal dibandingkan 4355.

Berbeda dengan 4355 yang still PDA, dalam 6515 sudah tertanam kemampuan sebagai telepon, GPRS, serta menggunakan sitem operasi Windows Mobile 2003 Second Edition Phone Edition yang lebih maju dari WM2003. Ada Bluetooth, kartu memori, inframerah yang sama dengan 4355. Saya berharap semua aplikasi yang berjalan di 4355 bisa berjalan juga pada PDA-phone ini. Sayang belum ada Wi-Fi. (Wi-Fi disempurnakan pada 6915 yang desainnya sama persis dengan 6515)

IPAQ 6515 adalah generasi kedua PDA-phone buatan Hewlett Packard. Desainnya jauh lebih baik dibandingkan generasi pertama, 6315. Saat dikeluarkan pada 2005, HP juga masih menyandang keunggulan sebagai penyedia PDA yang terkuat di pasaran melelaui brand iPAQ. Posisinya tidak lemah seperti sekarang.

Di beberapa toko, versi bekas iPAQ 6515 ditawarkan dengan harga Rp1,2 juta. kalau ditawar mungkin jatuhnya bisa lebih murah lagi. Saya pikir ini pilihan sangat menarik bagi pengguna gadget yang menekankan fungsi, bukan gaya.

Adapun Dopod 900 adalah PDA phone yang sudah mendukung 3G dan Wi-Fi, serta dilengkapi dengan kamera. Layar sentuhnya bisa diputar-putar. Benar-benar seperti Tablet PC ukuran kecil yang sudah dilengkapi modem 3G.

Desainnya mengingatkan saya padaSony Clie UX-50, PDA berbasis Palm yang prestisius pada 2003-2004.
Problemnya, saya kira, adalah ukurannya yang terasa memenuhi saku dan bobotnya yang di atas 200 gram, mirip Nokia 9210i yang populer sekian tahun lalu.
Produk ini ada beragam versi dan ditawarkan dari Rp2 juta-Rp2,5 juta. Kalau ditawar mungkin bisa turun lagi beberapa ratus ribu.

Menggunakan alat besar semacam ini bisa jadi dianggap kurang bergaya, namun bisa juga justru dianggap bergaya karena berbeda dengan yang lain. (Buktinya kalau saya pakai PDA lama, iPAQ 4355, banyak yang Tanya dan menganggapnya barang keren).

Selain itu, bisa jadi ada masalah dengan baterai. Dan kalau ini terjadi, agak repot menanganinya karena mencari spare part untuk produk spesifik dan sudah tua ini tentu tidak segampang mencari baterai cadangan untuk Nokia atau Sony Ericsson.

Namun, untuk penekanan dari sisi fungsi, saya masih merekomendasikan penggunaan gadget murah yang pada hakekatnya sudah termasuk canggih itu.

Wallahu alam.

Spesifikasi Dopod 900
Processor Intel Bulverde 520 Mhz, 64 Mb Ram / 128 Mb Rom, Pda Phone Gsm 3Band Wcdma, Display Tft 64 K Colours Display Res. 640x480
Camera 1.3 Mega Pixels w/ Flash, 3G Support, Wi-fi, Bluetooth, Irda, Sd/Mmc Slot, Integrated Qwerty keyboard w/ Flip & 180° Rotate-able Screen, Ring Tone : Polyphonic, Wma, Wav, Mp3, Batt Li-Ion 1620 mah, Data not loose If battery empty, Microsoft Windows Mobile 5.0 + Pocket Office

Spesifikasi HP 6515
Jaringan GSM 850 / 900 / 1800 / 1900, 118 x 71 x 18 mm, Weight 165 g, TFT resistive touchscreen, 65K colors, 240 x 240 pixels, 3.0 inches, 45 x 60 mm, QWERTY keyboard. 64 MB RAM, 64 MB ROM, SDIO/MMC + miniSD, Bluetooth 1.2, infrared, USB, Camera 1.3 MP, OS Microsoft Windows Mobile 2003 SE PocketPC Phone Edition, Intel PXA270 312 MHz processor, Pocket Office (Word, Excel, PowerPoint, PDF viewer).

Foto: GSM Arena

12 April 2009

Memanfaatkan gadget lama


Berapa masa pakai optimal sebuah gadget? Dua tahun, tiga tahun, lima tahun? Perkembangan teknologi yang pesat seringkali membuat barang yang mestinya masih dapat digunakan menjadi terkesan ketinggalan jaman. Ditambah adanya alasan fashion dan gaya hidup dalam pemilihan gadget, produk lama yang sebenarnya masih dapat dioptimalkan menjadi kurang menarik.

Hal yang sering tampak ketinggalan zaman dari gadget adalah ukuran, bobot, layar, serta aplikasi. Gadget terbitan lima tahun yang lalu umumnya memiliki bobot dua atau tiga kali lipat dibandingkan gadget berkemampuan serupa yang ada saat ini. Adapun ukuran layar yang pada perangkat genggam lima tahun lalu umumnya 3,5 inchi kini bergeser menjadi di bawah 2,8 inchi. Ukuran fisik keseluruhan biasanya menyesuaikan diri dengan ukuran layar.

***
Akan tetapi, kalau mau hemat dan jujur, serta mengorbankan sedikit masalah fashion, masih banyak gadget berusia lima tahun yang layak pakai. Masih banyak yang tidak ketinggalan zaman terutama dalam hal fungsi.

Contohnya adalah iPaq 4355 yang saya gunakan untuk mengetik tulisan ini. Produk yang still PDA ini memang dalam berbagai hal tampak ketinggalan zaman. Sebagai contoh, sekarang nyaris tidak ada lagi produk yang semata-mata PDA semacam ini, tanpa tambahan fungsi telepon, bahkan 3G. Ukurannya yang berlayar 3,5 inchi ditambah keyboard qwerty di bawahnya membuatnya jadi tampak besar sekali. Sistem operasinya, Windows Mobile 2003 juga tampak kuno.

Tapi kalau kita cermati lebih jauh, masih banyak hal yang dapat dioptimalkan dari produk yang terpilih sebafgai The Best PDA 2004 oleh Majalah Info Komputer.
Prosesornya yang 400MHz termasuk cepat. Sampai saat ini masih relevan. Bhakn banyak PDA-phone keluaran baru yang prosesornya lebih lambat. Ukuran RAM dan memorinya juga relatif tidak ketinggalan dibandingkan dengan peranti PDA-phone berbasis Windows Mobile yang lebih baru.

Layar 65.000 warna juga masih menjadi standar untuk produk Windows Mobile serta sejumlah tipe Blackberry. Layar sentuhnya memang tidak sehebat iPod atau HTC Touch, tapi cukup intuitif. Desainnya masih menarik, terutama karena sangat tipis. Kartu memori SD yang digunakan juga masih mendapat dukungan yang sangat luas dari para pembuat kartu memori.

Untuk browsing masih ada Wi-Fi. Selain itu, Bluetooth memungkinkan koneksi ke ponsel sebagai modem. Bahkan dengan aplikasi tertentu, masih bisa mengirimkan SMS melalui ponsel. POP3 mail client juga sangat membantu. Beberapa aplikasi seperti ebook reader, Moslem prayer (Pocket Islam), AlQuran dan sebagainya juga bisa berjalan dengan baik.

Ketika digabungkan dengan papan ketik lipat Palm, perangkat ini juga tidak kalah dari netbook. Bahkan masih memiliki keunggulan karena kemampuan layar sentuh serta bobotnya yang sangat ringan untuk dibawa-bawa.

Kemampuan yang optimal dan tidak ketinggalan zaman juga saya temukan pada produk Nokia 6820.

***
Pada intinya, saya percaya bahwa masih banyak gadget berusi lima tahunan yang layak kita gunakan. Kalau kita mau sedikit kreatif, mungkin kita bisa mendapatkan dengan harga bekas yang sangat murah dan tetap optimal.

Beberapa tips agar gadget tetap bermanfaat di usia tuanya antara lain:
- Lapisi dengan pelindung layar dan pelindung body agar tidak cepat cacat. iPaq 4355 saya yang sudah berusia 5 tahun dan hampir tiap hari saya bawa ini masih benar-benar mulus seperti baru karena adanya pelindung layar dan pelindung body.

- Install aplikasi2 yang membuatnya benar-benar optimal untuk jangka panjang.

- Lengkapi dengan aksesori pendukung seperti keyboard external, kartu memori, charger mobile, wadah untuk kenyamanan mengetik, dan sebagainya.

- Kenali kemampuannya secara detil. Jangan segan mengekplorasi hal-hal tersembunyi agar kita benar-benar tahu kemampuan perangkat sehingga tidak mudah tergoda untuk berganti ke perangkat yang lebih baru dan otomatis lebih mahal.

Wallahu alam.

Mesin waktu dan mesin uang


Ada setidaknya dua hal yang saya kenali sebagai mesin waktu dalam kehidupan yang belum benar-benar modern ini.

Mesin waktu pertama, sudah pernah saya tulis di sini, adalah Facebook. Mesin buatan Mark Zuckerberg ini mampu membawa para penggunanya ke masa lalu, bertemu dengan teman, kerabat, kolega, pacar, dan lain-lain yang pernah berurusan di masa lalu.

Facebook mampu membawa penggunanya berbelas atau berpuluh tahun ke belakang, menyajikan foto, cerita kenangan, dan sebagainya dari masa lalu.

Ada mesin waktu satu lagi yang baru saya kenali kemarin, yaitu quick count alias hitung cepat.

Hitung cepat yang populer seiring ramainya pemilu, memenuhi hasrat dan kehausan manusia akan pengetahuan mengenai masa depan. Informasi yang resmi mengenai hasil pemilu baru akan diumumkan oleh KPU beberapa pekan ke depan.

Akan tetapi, siapa yang tahan menunggu hasil (paling tidak hasil kasar, gambaran besar) mengenai hasil kerja yang telah menguras begitu banyak tenaga dan kantong itu hingga berpekan-pekan ke depan? Siapa sanggup terus bertanya-tanya tanpa panduan mengenai peta atau konstelasi besar politik nasional?

Hitung cepat menjadi mesin yang memungkinkan penontonya untuk melompat ke depan. Tidak perlu menunggu leletnya KPU untuk tahu gambaran umum.

***
Sayangnya, sebagaimana Facebook juga memiliki banyak kelemahan dalam menghadirkan masa lalu, quick count pun pun punya banyak kelemahan.

Mesin itu sama sekali tidak detil dalam menyajikan informasi hasil pemilu yang rumit. Ya bagaimana mungkin menyederhanakan sebuah proses rumit itu dalam hasil satu pie chart hasil perolehan suara?

Ada juga persamaan penting antara dua mesin waktu itu. Keduanya sama-sama menjadi mesin uang bagi pembuatnya, bagi penyedia layanannya.

Jadinya, mesin waktu, sekaligus mesin uang. Ayo, kita bikin mesin yang lain lagi, hehehe.

Matinya pull mail

Blackberry mengalami peningkatan popularitas yang luar biasa di Indonesia sejak pertengahan 2007. Popularitasnya semakin melonjak sejak kehadiran Bold pada pertengahan 2008. Hingga awal 2009 diperkirakan terdapat hampir 100.000 pengguna Blackberry dan jumlahnya akan melesat dengan cepat sepanjang tahun ini.

Seiring dengan peningkatan pengguna Blackberry, salah satu fitur yang melekat pada perangkat itu, yaitu push mail, ikut menikmati peningkatan popularitas.

Pada Blackberry, pengguna hanya perlu melakukan upaya sangat minimal dalam setting dan mendapatkan layanan yang optimal. Minimal karena tidak perlu setting GPRS, dan setting ruwet lainnya. Para penggguna Yahoomail dan Gmail juga dapat melakukan setting dengan sangat mudah. Adapun layanan optimal yang didapatkan adalah email yang didorong secara cepat, bisa dengan attachment, dan layanan data unlimited.

Adanya push mail membuka banyak peluang baru. Hal-hal yang semula hanya dapat dilakukan secara terbatas dan biaya mahal melalui SMS, kini dapat dilakukan dengan mudah melalui push mail.

Hebatnya lagi, Blackberry menjalin kerja sama dengan Yahoo dan Google sehingga pengguna Yahoomail serta Gmail bisa memanfaatkan layanan push mail dengan usaha yang sangat amat minimal.

***
Satu hal yang sangat mengherankan bagi saya adalah tidak adanya pihak lain yang serius menggarap potensi push email seperti RIM. Seven maupun Ventus memang pada tahap awal perkembangan Blackberry di Indonesia tampak seperti calon pesaing potensial, namun sejauh ini tidak tampak perkembangan yang serius.

Push mail Blackberry adalah layanan yang tertutup di sisi alat akses. Dapat diakses secara optimal hanya dengan handset Blackberry, dan dapat diakses secara terbatas pada handset lain yang menyediakan Blackberry Connect.
Namun push mail Blackberry justru terbuka dari sisi alamat email yang dapat digunakan, melalui dengan kerja sama
dengan Yahoo dan Google itu. Pengguna personal (non korporasi) tentu sangat diuntungkan oleh keterbukaan alamat email ini.


Adapun para pesaing justru terbuka dalam menyediakan alat akses, namun kurang terbuka dalam menyediakan alamat email yang dapat diakses. Biasanya para pesaing ini dapat diakses menggunakan bermacam ponsel cerdas yang tersedia di pasaran.
Namun implementasinya kadang justru tidak semudah dan seterbuka produk RIM. Harus install software dan menggunakan alamat tertentu.

Menarik pula untuk mencermati apakah push mail dianggap sebagai hal yang didambakan pengguna Blackberry atau sekadar dianggap bonus saja bagi pengguna. Kepastian mengenai pandangan para pengguna Blackberry ini mungkin bisa menjawab mengapa para penyedia push mail non-RIM kok tampak kurang serius menggarap pasar dan akibatnya kurang populer.

Wallahu alam.

02 April 2009

Bagaimana aturan iklan SMS

Saya sering menerima iklan dalam bentuk SMS terutama dari operator penyedia jasa telekomunikasi yang saya langgani. XL sering mengirimkan pemberitahuan mengenai produk-produk yang dapat saya gunakan seperti nada sambung pribadi dan lainnya. Telkomsel juga sering mengirimkan pesan, termasuk ketika operator itu mulai memasarkan iPhone 3G.

Sebenarnya bagaimanakah aturan mengenai iklan lewat SMS kepada pelanggan? Apakah mentang-mentang karena kita adalah pelanggan maka mereka berhak begitu saja mengirimkan iklan kepada kita?

Bukankah aturan bagi operator yang kita langgani sama dengan aturan bagi perusahaan lain? Apakah, misalnya, jika perusahaan otomotif menjalin kerja sama dengan operator yang bersangkutan lalu otomatis mereka punya hak untuk mengirim spam kepada pelanggan operator telekomunikasi itu?

Katakankah operator telekomunikasi tidak perlu membayar biaya apa-apa atas SMS itu sehingga bisa dianggap gratis. Tapi, apakah operator telekomunikasi juga membayar pajak atas iklan yang dikirimkannya berupa SMS kepada pelanggan itu? Bukankah kalau pihak lain (bukan operator) yang mengirimkan SMS itu mereka akan membayar pajak juga?

Bagaimana kah aturan main yang sebenarnya? Mohon pencerahan….

01 April 2009

Mencari rasionalitas iPhone 3G


Sasaran pertama yang paling potensial untuk memakai iPhone 3G adalah para pengguna Mac serta iPod (existing). Mereka sudah merasakan 'nikmatnya' memakai produk Apple dan umumnya menjadi fanatik. Masalahnya,berapa banyak jumlahnya saat ini?

***
Salah satu hal paling hangat di jadat gadget Indonesia bulan ini adalah hadirnya iPhone 3G. Telkomsel yang sejak awal tahun mengirimkan SMS kepada para pelanggannya mengenai akan hadirnya produk prestisius dari Apple itu akhirnya mewujudkan janjinya pada pertengahan Maret.

Operator dengan jumlah pengguna lebih dari 50 juta nomor itu menyediakan dua tipe iPhone 3G, yaitu versi 8GB dan versi 16 GB. Ada empat skema pembayaran yang disediakan untuk masing-masing tipe (jadi seluruhnya ada 8 skema). Tiga skema (atau 6 untuk 2 tipe) disediakan bagi pelanggan pascabayar Halo. Adapun satu (atau 2) skema sisanya untuk pengguna prabayar.

Agak rumit untuk menghitung nilai paket bundle beserta berbagai bonusnya. Jadi, yang paling gampang untuk menganalisis adalah menggunakan harga bagi pelanggan prabayar Simpati. Memang ada bonus akses data 500MB (per bulan?) untuk pengguna prabayar. Tapi, setidaknya, harga yang ditetapkan untuk prabayar adalah harga yang paling dekat dengan 'nilai keekonomian' iPhone 3G.

Harga untuk iPhone 3G versi 8GB adalah Rp9,6 juta, sedangkan untuk 16GB sebesar Rp11,2 juta.

***
Barangkali benar bahwa Indonesia pernah menjadi 'surga' bagi sebagian pembuat gadget mahal. Sekian tahun lalu, salah satu tipe Communicator Nokia dipasarkan dengan harga awalan sekitar Rp10 juta dan terbukti laris. Namun sekian bulan kemudian harganya turun menjadi jauh lebih rendah.

Adapun untuk iPhone, saya tidak yakin akan ada penurunan harga signifikan dalam satu tahun ke depan. HTC dan Dopod pernah juga meluncurkan gadget dengan harga sekitar Rp11 juta. Tapi, mini notebook dengan kemampuan teleponi buatan Taiwan itu tidak terdengar mengesankan di pasaran.

Betul sekali bahwa Apple memang berbeda dari produsen gadget lain. Dan iPhone merupakan salah satu master piece yang menyediakan banyak sekali pengalaman mengagumkan bagi penggunanya. Selain gengsi yang sangat tinggi, ada kenikmatan, keindahan dan hal-hal unik yang tidak dapat dinikmati pengguna gadget lain untuk saat ini.

Akan tetapi, bagi para pengguna yang benar-benar fokus mencari fungsi serta mencari alat untuk mendukung pekerjaan, tentu saja fungsi utama yang ada pada iPhone 3G bisa juga diperoleh dengan gadget lain. Bahkan mungkin memang lebih efektif menggunakan gadget lain dalam mendukung pekerjaan.

Bagi saya, harga yang ditetapkan ini sangat tinggi. Tadinya, ketika Telkomsel menyebarkan SMS mengenai pemesanan iPhone 3G saya menduga harga jualnya ada pada kisaran di bawah Rp7 juta supaya benar-benar mampu bersaing dengan produk yang sudah beredar di pasaran seperti Blackberry Bold maupun Nokia E90.

Dengan uang Rp11,2 juta, pengguna sebenarnya bisa mendapatkan dua unit Blackberry 8310, satu hampir satu unit sepeda motor, atau dua buah netbook layar 10 inchi, atau membeli 9 kulkas ukuran kecil, atau 6 mesin cuci, atau 13 unit televisi warna 14 inchi. Bahkan dengan uang sebesar itu,seorang mahasiswa perguruan tinggi negeri bisa membayar SPP selama satu tahun (mungkin ditambah dengan biaya kos selama beberapa bulan atau bahkan satu tahun).

Bagi saya, sulit sekali mencari alasan rasional untuk memahami bagaimana orang akan berduyun-duyun membeli iPhone 3G. Jadi, sementara ini, saya tidak yakin bahwa iPhone 3G akan mampu berkembang sesukses Communicator sekian tahun lalu atau sesukses Blackberry Bold tahun lalu. Saya belum yakin Indonesia akan menjadi 'surga' berikutnya bagi iPhone. Maaf, saya merasa terlalu bodoh untuk bisa memahami harga jual iPhone 3G di Indonesia.

Wallahu alam. Mohon maaf kalau ada yang tidak berkenan.

PS:
*) Mungkinkah akan muncul skema baru dalam cara penjualan iPhone 3G. Misalnya, operator lain juga menyediakan iPhone 3G dengan skema yang lebih murah, lalu operator lain lagi ikut nimbrung, kemudian harga semakin murah dan iPhone jadi booming? Hal seperti ini pernah terjadi pada Blackberry yang pada awal masuknya juga tampak sangat mahal. Lalu muncul persaingan dan akhirnya harga servicenya menjadi sangat terjangkau dan harga unitnya cukup terjangkau meskipun masih di atas kebanyakan ponsel. Tapi butuh lebih dari 4 tahun bagi Blackberry untuk booming. Bagaimana dengan iPhone?

*) Sasaran pertama yang paling potensial untuk memakai iPhone 3G adalah para pengguna Mac serta iPod (existing). Mereka sudah merasakan 'nikmatnya' memakai produk Apple dan umumnya menjadi fanatik. Masalahnya,berapa banyak jumlahnya saat ini?

*) Para pengguna Blackberry umumnya meninggalkan telepon biasa karena hampir semua fungsi telepon biasa (dan smartphone) sudah dapat ditemukan pada Blackberry. Saya menduga para pengguna iPhone justru mempertahankan ponsel lamanya untuk dipakai pada fungsi-fungsi teleponi tertentu.

Foto: letsgodigital.com