Di salah satu sudut bangunan yang digunakan untuk Kongres Suratkabar se-Dunia ke-64 sekaligus World Editors Forum ke-19 di Kiev, Ukraina,terdapat satu ruangan yang diset sebagai mushola alias moslem prayer room.
Ruangan yang disiapkan sebagai tempat sholat bagi peserta kongres di Ukrainian House di Kota Kiev itu sangat sederhana. Sekitar sepuluh buah sajadah diatur sedemikian rupa sehingga rapih menghadap ke arah kiblat. Sekedar informasi, posisi Ukraina berada di sisi barat laut Arab Saudi. Dengan demikian kiblat menghadap ke arah tenggara, bukan ke arah barat sebagaimana di Indonesia.
Nah, yang paling menarik adalah tempat untuk wudlu. Karena WC dan toilet di Kiev ini tidak dirancang untuk memudahkan orang mengambil wudlu, maka diaturlah beberapa perangkat sederhana untuk berwudhu.
Pertama ada dua galon air yang dilengkapi dengan pompa tangan. Lalu ada sebuah gayung yang ujungnya seperti teko. Kemudian ada ember kecil dan ember besar. Dan terakhir adalah lapisan plastik yang dibentangkan di atas karpet sebagai alas wudlu agar air yang muncrat dari sekitar ember tidak membasahi karpet. Perangkat yang praktis yang unik dan sederhana.
Tentu saja kita harus berhati-hati dalam berwudlu di sini. Jangan sampai air tumpah dan muncrat ke mana-mana. Jumlah air juga perlu dihemat agar orang lain bisa ikut menggunakan.
Di depan mushol ada sebuah meja yang dipenuhi dengan buku-buku dan majalah Islam. Sayang sekali tidak satupun yang berbahasa Inggris. Semuanya berbahasa Ukraina atau Rusia dengan huruf yang tidak sama dengan aksara Latin.
***
Usut punya usut, ternyata mushola di arena kongres WAN-IFRA (World Association of Newspapers and News Publishers) itu disiapkan oleh Religions Administration of Ukrainian Muslims alias RAMU. Kami sempat bertemu dengan Sheikh Rustam Gafuri, Deputi Mufti Ukraina yang juga ketua departemen informasi pada organisasi tersebut.
Pak Rustam ini masih muda dan ternyata pernah berkunjung ke Jakarta pada 5 tahun yang lalu untuk mengikuti salah satu kegiatan yang digelar oleh Nahdlatul Ulama (NU). Dia pun masih ingat tentang Istiqlal serta tokoh NU Hasyim Muzadi.
Menurut Rustam yang juga Presiden pada The All-Ukrainian Cultural Centre of Turk-Speaking and East Peoples itu, terdapat 2 juta warga muslim di negara bekas wilayah Uni Soviet ini. Itu artinya terdapat sekitar 4 persen-5 persen warga Ukraina yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW.
Informasi dari RAMU menyatakan bahwa agama Islam mulai masuk ke wilayah Ukraina telah melalui sejarah yang panjang. Peninggalan arkeologis yang ditemukan menunjukkan bahwa Islam telah masuk ke wilayah ini sejak abad ke-8.
Sayangnya, selama di bawah kekuasaan Uni Soviet yang ateistik, kehidupan beragama kurang berkembang. Sejumlah mesjid ditutup atau dirusak dan para pemimpin agama dilarang untuk menjalankan ritual agama.
Seiring dengan perkembangan politik yakni bubarnya Uni Soviet dan berdirinya Ukraina sebagai negara tersendiri pada 1991, kehidupan beragama kembali memperoleh tempat.
Rupanya, kegiatan organisasi muslim Ukraina cukup banyak. Rustam bercerita bahwa di Kiev ada sebuah mesjid. Lokasinya agak jauh dari tempat konferensi, yakni sekitar 40 menit berjalan kaki. “Tetapi masjid itu tidak sebesar Istiqlal. Kalau ada waktu, mampirlah ke masjid kami,” ujar Rustam yang fasih mengucapkan kata ‘terima kasih’ ini. Sayang sekali kami tidak memiliki kesempatan untuk menengok mesjid di salah satu bekas wilayah Uni Soviet ini.
*Tulisan ini telah dimuat di Bisnis.com dan Harian Jogja dua pekan lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar