22 Februari 2010
Pandai membuat, pandailah pula menjual
Dunia dipenuhi kisah tentang produk hebat yang tidak laku dijual. Banyak pula kisah tentang inventor luar biasa yang sebagian kreasinya gagal melaju di pasar.
Dean Kamen adalah perancang skuter Segway. Skuter Segway adalah kendaraan roda dua yang dapat berdiri tegak meskipun tanpa penyangga, dan bisa menyesusikan diri dengan posisi pengendara.
Skuter ini memakau para pemilik modal, pengamat, manajemen perusahaan, serta mendapat ulasan dan publikasi luar biasa sebagai produk yang akan mengubah cara orang berkendara. Namun, banyak faktor yang membuatnya tidak sukses di pasaran.
Contoh lain adalah Steve Jobs, CEO Apple Computer Inc. Dia sukses merancang banyak produk, namun gagal dalam membangun komputer NeXT. Edwind Land yang hebat dalam memimpin Polaroid ternyata tidak berhasil menyukseskan film instan.
Phil Baker mencoba menjelaskan hal-hal semacam itu melalui buku Mengubah Ide Menjadi Uang. Baker adalah pakar dalam soal pengembangan produk. Dia punya pengalaman belasan tahun di Polaroid, ikut pengembangan produk Newton MesssagePad dan Power Book dari Apple, serta mendirikan beberapa perusahaan bidang TI. Jadi, ulasan Baker layak disimak.
Salah satu produk rancangan Baker adalah keyboard lipat Stowaway. Keyboard ini merupakan aksesori PDA (personal digital assistant) terlaris di dunia sepanjang popularitas perangkat komputasi genggam itu pada 2000-2005.
***Hanya berperan 5%
Salah satu nasihat utama Baker dalam buku ini adalah penilaian tentang betapa sedikitnya peran ide terhadap kesuksesan akhir suatu produk. Menurut dia, ide brilian hanya berperan sekitar 5% dari keseluruhan proses. Sisanya ditentukan oleh perencanaan, perekayasaaan, hingga distribusi dan pemasaran yang tepat.
Momentum juga memegang peranan yang penting. Terlambat masuk ke pasar sama fatalnya dengan terlalu cepat menggarap pasar yang belum matang.
Bagi Baker, kampanye pemasaran yang pas juga sangat penting. Kasus kegagalan PDA Newton tidak lepas dari kesalahan dalam perkenalan awal. Pembuat Newton menonjolkan perangkat itu sebagai alat yang mampu mengenali tulisan tangan.
“Kalau produk itu dikampanyekan sebagai komputer saku, tanpa menonjolkan kemampuan penganalan tulisan tangan, akan lebih sukses karena orang tidak menjadi kelebihan harapan,” paparnya.
Baker juga menyertakan banyak rekomendasi praktis dalam pengembangan produk, terutama bagi perusahaan manufaktur TI. Contohnya, bagaimana cara berhubungan dengan mitra-mitra di China yang kini menjadi sasaran alih daya perusahaan-perusahaan AS. Dia bahkan melengkapi bukunya dengan daftar nama beberapa perusahaan China yang layak dipercaya menangani alih daya.
***Faktor luar
Ada pula kegagalan produk yang terjadi karena faktor yang sama sekali di luar kendali sang inventor. Contohnya, Baker yang telah sukses mengembangkan keybord lipat berencana menggabungkan perangkat itu ke PDA. Maka mereka mengembangkan PDA Polo, sebuah PDA yang dilengkapi dengan keyboard lipat terintegrasi. Sesuatu yang pasti sangat disukai oleh para penggemar PDA.
Sayangnya, ketika produk itu baru pada tahap prototype dan belum ke luar ke pasar, Hewlett Packard mengakuisisi Compaq. Karena dua perusahaan tiu adalah pemain terdepan di pasar PDA, akuisisi itu mengubah arah industri PDA.
Banyak pekerja HP yang semula mendukung pengembangan Polo pindah ke perusahaan lain. Gelombang perpindahan pekerja, sebagai dampak akuisisi itu, juga melanda perusahaan Baker. Maka lenyaplah sudah impian untuk memasarkan PDA Polo.
*) versi singkat tulisan ini dimuat pada Bisnis Indonesia edisi Minggu, 21 Februari 2010 halaman resensi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar