25 April 2008

ISS08 bagian keempat: Paradoks dan keramahan orang Thailand


Dalam acara Gala Dinner Intel Solutions Summit 2008 (ISS08) tadi malam, saya melihat paradoks orang Thailand. Menjelang pintu masuk ke Centara, Bangkok Convention Center, peserta disambut dengan sejumlah tarian. Kalau tidak salah ada lima kelompok penari masing-masing kelompok terdiri atas dua penari dan satu pengiring yang duduk. Meraka seolah-olah ingin menunjukkan kelembutan perempuan dan anak-anak Thailand.

Acara dibuka dengan tarian para bencong, lelaki yang berpakaian dan bergaya perempuan. Lalu di tengah acara diisi dengan tarian kekerasan. Ada tiga pasang lelaki yang berkelahi. Perkelahian pertama antara dua orang bersenjata bambu. Perkelahian kedua antara dua orang bersenjata pedang. Adapun perkelahian ketiga, yang paling lama, antara dua orang setengah telanjang tanpa senjata yang mempertunjukkan Thai Boxing alias Muathai.

Inilah yang saya sebut paradoks Thailand. Ada lelaki yang begitu gemulai di awal acara, dan ada yang begitu macho dengan penampilan penuh kekerasan di tengah acara.

Berhubung saya sudah ngantuk dan acara gala dinner itu menyebalkan (makan sepotong-sepotong begitu lamadengan hidangan yang sama sekali tidak menarik lidahku, saya tinggalkan sebelum selesai. Lagian saya harus hemat energi untuk 'keleleran' pada hari berikutnya.

***
Acara resmi untuk Kkmis pagi tidak banyak. Hanya ada satu presentasi soal pemasaran online dari dua mitra Intel, serta satu workshop soal Intel Classmate. Semua sudah kelar jam 11.30

Sejak pagi saya sudah mengemasi barang. Jadi begitu selesai acara saya langsung check out. Jam 11.45 semua sudah selesai. Saya tinggalkan tas besar di hotel, dan dimulailah petualangan tanpa arah.

Saya mencoba jalan-jalan sesuai lokasi yang disampaikan Na, wartawan The Bangkok Post, via SMS yaitu ke daerah Maboonkrong alias MBK. Udara siang itu terasa luar biasa panasnya. Jauh lebih panas dan lebih menyengat dibandingkan dengan udara Jakarta.

MBK itu sebuah mall besar. Banyak orang berjualan pakaian, sepatu, sandal, souvenir, topi, ponsel, makanan dan sebagainya. Saya keliling-keliling lalu membeli satu topi Jepang dan dua buah rok panjang. Setelah tiga jam jalan-jalan, kaki ini terasa lelah dan pegal sekali. Saya pun mampir ke Mc D, makan kentang goreng dan minum coca cola. Saya duduk-duduk selama sekitar satu jam sambil mencoba tidur, tetapi tidak bisa.

Pukul empat lebih sedikit saya meninggalkan MBK. Sebelumnya sempat sholat dulu. Ternyata udara di luar masih terasa sangat panas. Pada saat saya jalan-jalan tanpa arah itu tak terasa K mengontak lewat SMS. Saya baru sadar ketika sampai di Siam Center, sebelah Siam Paragon,hampir setengah jam kemudian.

***
Menjelang jam lima saya baru menjawab SMS K dan memastikan di mana bisa bertemu. Dalam masa menunggu itu turun hujan. Tampaknya di Bangkok ini hujan sering terjadi sore hari setelah siang yang menyengat. Mirip dengan Jakarta.

K tiba sekitar jam setengah enam. Sosoknya tidak banyak berbeda dibandingkan Juni tahun lalu waktu kami bertemu di Jepang. Sebenarnya selama di Jepang saya tidak cukup akrab dengannya. Dan selama ini jarang juga berkontak. Eh, tapi ternyata dia yang pertamakali bertemu kembali. Dan kami adalah peserta 30th NSK-CAJ Fellowship Program lintasnegara yang pertama melakukan reuni.

Dia mengajakku minum kopi di Starbuck. Wah kasihan juga sebenarnya dia ini, wong ke mana-mana naik bus kok malah nraktir di tempat yang mahal. Dia bahkan membelikan oleh-oleh dan menyambutku dengan penuh keramahan.

Selain bertukar cerita, kami juga mengontak Gina di Filipina dan Thanh di Vietnam, mengabarkan bahwa kami sudah bertemu. Reuni virtual lah.

Rupanya liputan K ini bidang wisata, transportasi, travel dan semacamnya. Dan saya baru tahu kalau dia sebentar lagi akan pindah kerja, tidak lagi di The Nation.

Kantornya jauh dari tempat kami bertemu. Dan rumah kontrakannya jauh dari kantor dan jauh pula dari tempat kami bertemu.

Menjelang jam delapan saya kembali ke hotel. K mengantar jalan kaki sampai saya mengambil barang-barang yang saya titipkan di hotel dan memesan taxi. Dia belum beranjak sampai saya masuk ke dalam taxi.

K benar-benar menunjukkan keramahan orang Thailand.

***
Sebelum pukul sembilan malam saya sudah tiba di Suvarnabhumi Airport. Sopir taxi kali ini sangat berbeda dibandingkan dengan sopir yang mengantarku tiba beberapa waktu lalu.

Petugas di hotel mengatakan taxi ini pakai meter alias argo. Tetapi begitu aku masuk, dia minta saya bayar 500 baht. Wah mahal banget. Saya nego akhirnya jatuhnya 400 baht dan toll dia yang bayar.

Sewaktu turun saya minta kuitansi dia tidak mau kasih. Katanya taksi tidak ada kuitansi. Wah parah sekali. Benar-benar gawat naik taxi di Bangkok ini.Untung saya kemarin pas malam-malam tidak ketemu yang terlalu aneh begini.

***
Masih ada waktu enam jam menunggu penerbangan Garuda jam 02.30. Mau check in konternya belum buka. Jadi tiga tas ini masih harus saya bawa ke mana-mana. Saya mencoba tidur,tidak bisa.

Saya buka sepatu dan kaus kaki biar agak santai. Ada bagian yang agak bengkak (karena terlalu banyak jalan dan bergesakan dengan sepatu, hehehe. Maklum sehari-haripakai sepatu hanya saat berangkat dan pulang kerja sih)

Untuk mengisi waktu kosong ini saya coba tulis cerita ini. Sekarang jam 22.35 waktu Bangkok (sama dengan waktu Indonesia)