Salah satu kunci mobilitas sebuah perangkat komputasi adalah akses Internet di mana saja dan kapan saja. Eee PC sudah memiliki koneksi Wi-Fi terintegrasi sehingga cukup mudah mendukung mobilitas.
Namun di Indonesia, ketersediaan Wi-Fi belumlah terlalu banyak. Untuk mengaksesnya pun pengguna perlu datang ke hotspot yang memerlukan waktu, dan, seringkali, biaya tambahan.
Maka, koneksi melalui jaringan seluler baik GSM atau pun CDMA menjadi opsi yang tak bisa ditawar. Semula saya mengira ada masalah besar dalam konektivitas Eee PC yang berbasis Linux Xandros dengan ponsel yang bisa menjadi modem.
Ternyata, hal itu tidak sepenuhnya benar. Saya berhasil menggunakan Sony Ericsson K510i sebagai modem pada Eee PC Surf 2GB, bahkan tanpa perlu menginstall driver atau pun software apa pun.
Langkahnya sebagai berikut.
1. Sambungkan ponsel Sony Ericsson K510i ke Eee PC melalui kabel data USB yang disertakan.
2. Pada ponsel muncul pilihan menu sebagai perangkat penyimpanan atau sebagai ponsel. Pilih Phone Mode.
3. Pada Eee PC masuk ke menu Setting, Diagnostic Tools. Pilih Test, pilih USB. Lakukan pengetesan, maka Eee PC akan langsung mengenali K510i, tekan Ok.
4. Pada Eee PC masuk ke menu Internet, Network (bukan Wireless Network). Pilih Dial-up (bukan 3G/UMTS). Lalu masukkan nomor panggilan *99#. Pada bagian User name dan Password diisi sesuai operator yang digunakan. Misalnya pada Telkomsel, user name: wap, password: wap123
5. Pilih Connection, Connect. Tunggu sampai tersambung. Jika telah terhubung, Internet pada Eee PC siap digunakan.
28 Februari 2008
Eee, ini seperti PC
Saya memegang Eee PC sejak sepekan lalu. Beli di Notebook88, mal ambassador, seharga Rp3,05 juta, versi Surf 2GB dengan sistem operasi Linux Xandros.
Benda ini ringan, enak sekali dibawa-bawa bersama chargernya (serasa membawa dua PDA plus chargernya). Bobotnya 900-an gram. Bersama charger mungkin sekitar 1.200-1.400 gram. Warna dan bentuk serta ukurannya menarik.
Sebagai perangkat mobile, saya membandingkannya dengan PDA Ipaq 4350 punya-ku yang dilengkapi papan ketik QWERTY baik menempel maupun papan ketik eksternal yang dapat dilipat-lipat. Mengetik pada Eee PC terasa lebih enak baik pakai meja maupun di pangkuan. Mengetik pakai papan ketik eksternal pada PDA harus di atas meja, tidak bisa di pangkuan. (Soal mengetik di pangkuan ini penting karena tempat jumpa pers atau di kereta, di stasiun, bandara dll jarang tersedia meja).
Saya tidak membandingkan dengan notebook besar karena saya tidak pernah membawa-mbawa itu Toshiba Satellite subsidi kantor. Satellite menadi desktop saja di rumah, hehehe. sekalian buat nyetel VCD barney, baba, dkk.
Layar Eee PC diameternya 7 inci, dua kali lipat layar PDA model lama yang umumnya 3,5 inci (berarti luasnya 4 kali lipat). PDA yang baru-baru malah umumnya layarnya hanya 2,8 inci atau lebih kecil lagi. Tetapi layar Eee PC ini juga hanya seperempat dari layar Toshiba Satellite yang 14 inci itu.
Terdapat 3 slot USB yang langsung bisa mengenali mouse maupun card reader dan USB flash disk. Ada juga slot untuk monitor eksternal dan Ethernet. Wifi-nya terbukti berjalan lancar untuk akses di kantor.
***Mengenali modem
Semula saya mengira perangkat ini akan bermasalah dalam konektivitas dengan ponsel mengingat sistem operasinya linux (dengan asumsi susah mencari drivernya). Tetapi ternyata saya mencoba colokkan ponsel Sony Ericsson k510i melalui kabel data usb dan si Eee PC ini bisa langsung mengenali. Jadilah modem GPRS tanpa perlu driver macam-macam.
Barangkali ponsel murah ini memang cocok untuk notebook murah. makin cinta deh dengan barang-barang murah. (Tetapi tidak ada jaminan bahwa semua jenis ponsel baik Sony Ericsson maupun bukan, bisa langsung kompatibel sebagai modem di sini. ini hanya satu dari beberapa kasus yang ternyata sangat menarik. mungkin ini pula hebatnya Linux, atau hebatnya Sony Ericsson, atau hebat dua-duanya).
Saya coba chatting pakai YM bisa berjalan dengan baik. bahkan gambar (avatar) juga muncul dengan sempurna. tetapi saya belum berhasil chatting dengan Gtalk. Ditolak melulu, entah kenapa.
Perangkat ini bisa membuka dan menulis file doc, membuka gambar, video, pdf, dan sebagainya dengan baik.
Menurut saya sih perangkat cukup nyaman untuk menulis diary, menulis catatan di sembarang tempat, mobile blogging. mungkin juga cocok untuk menulis berita. kalau pertama menggunakan mungkin papan ketik terasa terlalu kecil. tetepi setelah tuntas satu artikel saya kira sudah terbiasa. menulis artikel berikutnya jauh lebih nyaman.
Persoalannya paling2 papan ketik yang kurang berkualitas. Nekan-nya harus rada keras (terutama spasi). Namanya juga barang murah. (Coba bandingkan, beli papan ketik eksternal untuk PDA saja harganya bisa rp1 jutaa-an sendiri, sepertiga dari notebook ini.)
Masalah lainnya keterbatasan memori internal. dengan kapasitas hanya 2GB, untuk sistem habis 1,7GB sendiri. Sehingga, ruang memori untuk kerja sangat sempit. Jadi kalau membuka banyak aplikasi alias banyak jendela, jadi rawan hang. temen2 yang berpengalaman dengan perangkat windows mobile saya kira sudah terbiasa dengan perangkat hang.
Kalau mau beli sebaiknya cari yang 4GB saja. Tetapi kalau kebelet dan harganya cocok, ya beli 2GB. Lebih murah dan tampaknya di pasar bebas lebih mudah ditemui daripada versi 4GB.
Benda ini ringan, enak sekali dibawa-bawa bersama chargernya (serasa membawa dua PDA plus chargernya). Bobotnya 900-an gram. Bersama charger mungkin sekitar 1.200-1.400 gram. Warna dan bentuk serta ukurannya menarik.
Sebagai perangkat mobile, saya membandingkannya dengan PDA Ipaq 4350 punya-ku yang dilengkapi papan ketik QWERTY baik menempel maupun papan ketik eksternal yang dapat dilipat-lipat. Mengetik pada Eee PC terasa lebih enak baik pakai meja maupun di pangkuan. Mengetik pakai papan ketik eksternal pada PDA harus di atas meja, tidak bisa di pangkuan. (Soal mengetik di pangkuan ini penting karena tempat jumpa pers atau di kereta, di stasiun, bandara dll jarang tersedia meja).
Saya tidak membandingkan dengan notebook besar karena saya tidak pernah membawa-mbawa itu Toshiba Satellite subsidi kantor. Satellite menadi desktop saja di rumah, hehehe. sekalian buat nyetel VCD barney, baba, dkk.
Layar Eee PC diameternya 7 inci, dua kali lipat layar PDA model lama yang umumnya 3,5 inci (berarti luasnya 4 kali lipat). PDA yang baru-baru malah umumnya layarnya hanya 2,8 inci atau lebih kecil lagi. Tetapi layar Eee PC ini juga hanya seperempat dari layar Toshiba Satellite yang 14 inci itu.
Terdapat 3 slot USB yang langsung bisa mengenali mouse maupun card reader dan USB flash disk. Ada juga slot untuk monitor eksternal dan Ethernet. Wifi-nya terbukti berjalan lancar untuk akses di kantor.
***Mengenali modem
Semula saya mengira perangkat ini akan bermasalah dalam konektivitas dengan ponsel mengingat sistem operasinya linux (dengan asumsi susah mencari drivernya). Tetapi ternyata saya mencoba colokkan ponsel Sony Ericsson k510i melalui kabel data usb dan si Eee PC ini bisa langsung mengenali. Jadilah modem GPRS tanpa perlu driver macam-macam.
Barangkali ponsel murah ini memang cocok untuk notebook murah. makin cinta deh dengan barang-barang murah. (Tetapi tidak ada jaminan bahwa semua jenis ponsel baik Sony Ericsson maupun bukan, bisa langsung kompatibel sebagai modem di sini. ini hanya satu dari beberapa kasus yang ternyata sangat menarik. mungkin ini pula hebatnya Linux, atau hebatnya Sony Ericsson, atau hebat dua-duanya).
Saya coba chatting pakai YM bisa berjalan dengan baik. bahkan gambar (avatar) juga muncul dengan sempurna. tetapi saya belum berhasil chatting dengan Gtalk. Ditolak melulu, entah kenapa.
Perangkat ini bisa membuka dan menulis file doc, membuka gambar, video, pdf, dan sebagainya dengan baik.
Menurut saya sih perangkat cukup nyaman untuk menulis diary, menulis catatan di sembarang tempat, mobile blogging. mungkin juga cocok untuk menulis berita. kalau pertama menggunakan mungkin papan ketik terasa terlalu kecil. tetepi setelah tuntas satu artikel saya kira sudah terbiasa. menulis artikel berikutnya jauh lebih nyaman.
Persoalannya paling2 papan ketik yang kurang berkualitas. Nekan-nya harus rada keras (terutama spasi). Namanya juga barang murah. (Coba bandingkan, beli papan ketik eksternal untuk PDA saja harganya bisa rp1 jutaa-an sendiri, sepertiga dari notebook ini.)
Masalah lainnya keterbatasan memori internal. dengan kapasitas hanya 2GB, untuk sistem habis 1,7GB sendiri. Sehingga, ruang memori untuk kerja sangat sempit. Jadi kalau membuka banyak aplikasi alias banyak jendela, jadi rawan hang. temen2 yang berpengalaman dengan perangkat windows mobile saya kira sudah terbiasa dengan perangkat hang.
Kalau mau beli sebaiknya cari yang 4GB saja. Tetapi kalau kebelet dan harganya cocok, ya beli 2GB. Lebih murah dan tampaknya di pasar bebas lebih mudah ditemui daripada versi 4GB.
18 Februari 2008
Setelah satu setengah bulan bersama Blackberry
Saya mendengar dan menginginkan mesin e-mail semacam Blackberry sudah lama sekali. Mungkin lebih dari lima tahun yang lalu. Desain Blackberry yang kelihatan kokoh, dengan papan kunci QWERTY yang sudah tersedia, merupakan desain ideal sebuah mesin e-mail dalam pandangan saya ketika itu.
Tetapi saat Blackbery pertama kali masuk ke Indonesia, tarifnya mahal sekali. Jauh di atas jangkauan saya. Apalagi saya belum punya kesempatan merasakan langsung kehebatan Si Blackberry itu. Saya berasumsi bahwa push e-mail pada Blackberry tidak berbeda dengan akses pull e-mail pada smartphone dan PDA yang saya punya, hanya ditambah dengan penyetelan jadwal pengambilan e-mail, misalnya 15 menit sekali.
Karena sudah terlanjur terpatri dengan imej Blackberry seperti itu, saya jadi tidak tertarik. Sampai, pada November 2007, Mbak Ve dari XL memberi kesempatan saya menggunakan Blackberry Cuve 8300 berserta aksesnya selama dua pekan.
Saya pun berusaha browsing dan googling Internet untuk tahu lebih banyak bagaimana mengoptimalkan Blackberry itu.
Ketika menggunakan Blackberry, hal pertama yang mengejutkan adalah bahwa e-mail Yahoo saya bisa diakses melalui perangkat itu. Semua e-mail baru langsung di-push ke Blackberry.
Dan, tidak seperti saat saya mengeset e-mail POP3 pada PDA di mana semua e-mail dalam inbox (yang jumlahnya ribuan itu) mengelontor memenuhi kotak masuk, e-mail pada Blackberry ini hanya menerima yang baru-baru saja.
Saya bahkan bisa memasukkan dua account Yahoo dalam satu handset. Lalu saya masukkan pula account e-mail kantor dan account Gmail. Semua beroperasi dengan baik.
Saya mencoba download aplikasi untuk Yahoo Messenger dan Gtalk. Semua bisa berjalan dengan mudah dan beroperasi dengan baik. Kebetulan waktu itu YM di PC saya di kantor diblokir, sehingga Blackberry menjadi alternatif untuk tetap bisa berkomunikasi dengan kawan-kawan lain penguna YM.
***Pulang kampung
Pada November itu saya harus pulang kampung ke Kutoarjo, Jawa Tengah, untuk suatu keperluan. Blackberry ini sempat menemani perjalanan saya naik kereta api Taksaka jurusan Gambir-Yogyakarta berhenti Kutoarjo, serta sebaliknya.
Sepanjang perjalanan saya bisa menggunakan Blackberry Curve itu untuk chatting melalui YM dan Gtalk. Nyaris tanpa putus.
Kalau di saat-saat yang lalu saya mengakses menggunakan PDA ada kekhawatiran mengenai baterai yang habis (tidak cukup untuk koneksi terus menerus pada perjalanan yang lebih dari tujuh jam itu), sekarang tidak lagi. Baterai Blackberry lebih dari cukup untuk sebuah perjalanan 500-an km itu.
Bahkan di desa saya (Tulusrejo, Grabag) yang berada sekitar 8 km sebelah selatan Kutoarjo pun, Blackberry masih dapat saya gunakan untuk chatting maupun akses e-mail dengan lancar, siang maupun malam. Sesekali akses terputus tetapi secara umum masih bisa diandalkan sebagai sarana komunikasi berbasis Internet.
Perkenalan pertama dengan Blackberry itu membuat saya ‘kecanduan’. Mesin e-mail semacam inilah yang sudah lama saya dambakan: always connected dengan papan kunci QWERTY. Sekadar informasi, saya penggemar ponsel dengan papan kunci QWERTY sehingga saya pernah memakai Nokia 6800, 6820, Treo 600, PDA Ipaq 4350. Saya juga pernah mengoleksi foldable keyboard untuk PDA/smartphone baik yang memakai bluetooth maupun infrared. (Ketika saya tidak memakai ponsel QWERTY, saya mengupayakan untuk bisa pairing dengan PDA yang ber-QWERTY melalui Running Voice GSM agar bisa kirim SMS tetap denan keyboard QWERTY).
Saya mulai berlangganan XL Blackberry pada Januari 2008. Dengan akses unlimited quota itu saya tidak lagi dicemaskan dengan besarnya tagihan yang mungkin membengkak. Pengalaman saya sebelumnya mengakses GPRS dengan kartu pascabayar, tagihan tidak terkendali.
Berhubung kesempatan untuk mengakses e-mail suda terbuka lebar, saya mulai menambah jumlah mailing list yang saya ikuti.
Kesempatan untuk mengakses YM dan Gtalk juga memicu saya untuk terus menambah daftar kontak. Tujuannya tentu saja untuk menghemat biaya SMS. Teman-teman yang sudah ada dalam daftar kontak YM atau Gtalk, dan tampak sering aktif, bisa dikontak melalui jalur itu. Praktis gratis (bukan gratis total sebenarnya, tetapi tidak ada biaya tambahan lagi selain biaya langganan pokok Blackberry).
***Jakarta-Bandung
Barangkali juga kebetulan, bahwa pada Januari keluarga saya pindah ke Bandung. Anak dan istri pindah ke Kota Kembang itu, sementara saya masih di Jakata (dan Bogor). Hal itu memaksa saya untuk wira-wiri Bogor-Jakarta-Bandung, setiap pekan. Bahkan, pada awal Februari ketika anak saya sakit, saya nglaju Jakarta-Bandung pp hampir tiap hari naik travel.
Dan sepanjang jalan itu, kalau tidak tidur, ya ngotak-atik Blackberry. Membuka e-mail, chatting, serta browsing bisa dilakukan dengan mudah.
Akses sepanjang Jakarta-Bandung via tol nyaris tanpa putus. YM yang sudah on tetap on, Gtalk yang menyala juga tetap connected. Sesekali, misalnya di daerah Halim, sempat muncul sinyal EDGE (bukan GPRS), walaupun secara umum sih yang muncul GPRS.
Tetapi saya punya beberapa keluhan terkait dengan layanan Blackbery dari XL.
Pertama, proses validasi data saat registrasi dan aktivasi awal terlalu lama. Mungkin itu pengalaman karena saya mengurus di saat akhir tahun dan awal tahun yang banyak tanggal merah dan cuti besama. Tetapi dalam logika saya, mestinya proses semacam itu bisa jauh lebih cepat.
Kedua, kadang-kadang ada masalah saat browsing. Akses e-mail dan chatting berjalan normal, tetapi browsing tidak lancar. Mungkin bandwidth yang tersedia saat itu terlalu kecil?
Masalah lain yang paling mengganggu saat browsing adalah selalu gagal mengakses data base kantor, padahal bisa mengakses situs lain. Padahal (lagi) pada saat bersamaan saya bisa mengakses data base itu menggunakan browser pada PDA saya yang berbasis Windows Mobile. Apakah ini masalah kompatibilitas?
Ketiga, ada beberapa e-mail yang sudah saya kirim tetapi orang yang saya tuju merasa tidak menerima e-mail tersebut. Entahlah, ngumpet di mana. Saya tidak tahu persis apakah masalahnya ada pada Blackberry, atau pada mail server yang saya gunakan, atau mail server yang saya tuju. Problem ini sebenarnya sering saya alami pada pengiriman via PC atau yang lain, hanya saja ketika tejadi pada Blackberry, kok kesannya beda. Blackberry gitu lho. Saya piker, masalahnya, mostly ada pada mail server.
Terakhir, soal kebiasaan. Karena sejak lama saya mengimpikan perangkat yang always connected, saya hampir tidak pernah mematikan Blackberry (baik ketika tidur, nyetir, maupun naik angkutan umum).
Masalah timbul karena hal ini membuat saya sering tergoda untuk menjawab pesan instan saat nyetir. Mau pasang status ‘lagi nyetir’ kok kesannya norak. Mau matiin, kok sayang. Apalagi tidak selalu mudah mengetik menggunakan Blackberry Pearl 8100 ini. Memang enak sekali kalau mengetik dalam bahasa Inggris karena sudah dilengkapi penebak kata in English. Tetapi begitu mengetik pesan atau chatting dalam bahasa Indonesia, perlu kesabaran tersendiri.
Wallahu a’lam.
Tetapi saat Blackbery pertama kali masuk ke Indonesia, tarifnya mahal sekali. Jauh di atas jangkauan saya. Apalagi saya belum punya kesempatan merasakan langsung kehebatan Si Blackberry itu. Saya berasumsi bahwa push e-mail pada Blackberry tidak berbeda dengan akses pull e-mail pada smartphone dan PDA yang saya punya, hanya ditambah dengan penyetelan jadwal pengambilan e-mail, misalnya 15 menit sekali.
Karena sudah terlanjur terpatri dengan imej Blackberry seperti itu, saya jadi tidak tertarik. Sampai, pada November 2007, Mbak Ve dari XL memberi kesempatan saya menggunakan Blackberry Cuve 8300 berserta aksesnya selama dua pekan.
Saya pun berusaha browsing dan googling Internet untuk tahu lebih banyak bagaimana mengoptimalkan Blackberry itu.
Ketika menggunakan Blackberry, hal pertama yang mengejutkan adalah bahwa e-mail Yahoo saya bisa diakses melalui perangkat itu. Semua e-mail baru langsung di-push ke Blackberry.
Dan, tidak seperti saat saya mengeset e-mail POP3 pada PDA di mana semua e-mail dalam inbox (yang jumlahnya ribuan itu) mengelontor memenuhi kotak masuk, e-mail pada Blackberry ini hanya menerima yang baru-baru saja.
Saya bahkan bisa memasukkan dua account Yahoo dalam satu handset. Lalu saya masukkan pula account e-mail kantor dan account Gmail. Semua beroperasi dengan baik.
Saya mencoba download aplikasi untuk Yahoo Messenger dan Gtalk. Semua bisa berjalan dengan mudah dan beroperasi dengan baik. Kebetulan waktu itu YM di PC saya di kantor diblokir, sehingga Blackberry menjadi alternatif untuk tetap bisa berkomunikasi dengan kawan-kawan lain penguna YM.
***Pulang kampung
Pada November itu saya harus pulang kampung ke Kutoarjo, Jawa Tengah, untuk suatu keperluan. Blackberry ini sempat menemani perjalanan saya naik kereta api Taksaka jurusan Gambir-Yogyakarta berhenti Kutoarjo, serta sebaliknya.
Sepanjang perjalanan saya bisa menggunakan Blackberry Curve itu untuk chatting melalui YM dan Gtalk. Nyaris tanpa putus.
Kalau di saat-saat yang lalu saya mengakses menggunakan PDA ada kekhawatiran mengenai baterai yang habis (tidak cukup untuk koneksi terus menerus pada perjalanan yang lebih dari tujuh jam itu), sekarang tidak lagi. Baterai Blackberry lebih dari cukup untuk sebuah perjalanan 500-an km itu.
Bahkan di desa saya (Tulusrejo, Grabag) yang berada sekitar 8 km sebelah selatan Kutoarjo pun, Blackberry masih dapat saya gunakan untuk chatting maupun akses e-mail dengan lancar, siang maupun malam. Sesekali akses terputus tetapi secara umum masih bisa diandalkan sebagai sarana komunikasi berbasis Internet.
Perkenalan pertama dengan Blackberry itu membuat saya ‘kecanduan’. Mesin e-mail semacam inilah yang sudah lama saya dambakan: always connected dengan papan kunci QWERTY. Sekadar informasi, saya penggemar ponsel dengan papan kunci QWERTY sehingga saya pernah memakai Nokia 6800, 6820, Treo 600, PDA Ipaq 4350. Saya juga pernah mengoleksi foldable keyboard untuk PDA/smartphone baik yang memakai bluetooth maupun infrared. (Ketika saya tidak memakai ponsel QWERTY, saya mengupayakan untuk bisa pairing dengan PDA yang ber-QWERTY melalui Running Voice GSM agar bisa kirim SMS tetap denan keyboard QWERTY).
Saya mulai berlangganan XL Blackberry pada Januari 2008. Dengan akses unlimited quota itu saya tidak lagi dicemaskan dengan besarnya tagihan yang mungkin membengkak. Pengalaman saya sebelumnya mengakses GPRS dengan kartu pascabayar, tagihan tidak terkendali.
Berhubung kesempatan untuk mengakses e-mail suda terbuka lebar, saya mulai menambah jumlah mailing list yang saya ikuti.
Kesempatan untuk mengakses YM dan Gtalk juga memicu saya untuk terus menambah daftar kontak. Tujuannya tentu saja untuk menghemat biaya SMS. Teman-teman yang sudah ada dalam daftar kontak YM atau Gtalk, dan tampak sering aktif, bisa dikontak melalui jalur itu. Praktis gratis (bukan gratis total sebenarnya, tetapi tidak ada biaya tambahan lagi selain biaya langganan pokok Blackberry).
***Jakarta-Bandung
Barangkali juga kebetulan, bahwa pada Januari keluarga saya pindah ke Bandung. Anak dan istri pindah ke Kota Kembang itu, sementara saya masih di Jakata (dan Bogor). Hal itu memaksa saya untuk wira-wiri Bogor-Jakarta-Bandung, setiap pekan. Bahkan, pada awal Februari ketika anak saya sakit, saya nglaju Jakarta-Bandung pp hampir tiap hari naik travel.
Dan sepanjang jalan itu, kalau tidak tidur, ya ngotak-atik Blackberry. Membuka e-mail, chatting, serta browsing bisa dilakukan dengan mudah.
Akses sepanjang Jakarta-Bandung via tol nyaris tanpa putus. YM yang sudah on tetap on, Gtalk yang menyala juga tetap connected. Sesekali, misalnya di daerah Halim, sempat muncul sinyal EDGE (bukan GPRS), walaupun secara umum sih yang muncul GPRS.
Tetapi saya punya beberapa keluhan terkait dengan layanan Blackbery dari XL.
Pertama, proses validasi data saat registrasi dan aktivasi awal terlalu lama. Mungkin itu pengalaman karena saya mengurus di saat akhir tahun dan awal tahun yang banyak tanggal merah dan cuti besama. Tetapi dalam logika saya, mestinya proses semacam itu bisa jauh lebih cepat.
Kedua, kadang-kadang ada masalah saat browsing. Akses e-mail dan chatting berjalan normal, tetapi browsing tidak lancar. Mungkin bandwidth yang tersedia saat itu terlalu kecil?
Masalah lain yang paling mengganggu saat browsing adalah selalu gagal mengakses data base kantor, padahal bisa mengakses situs lain. Padahal (lagi) pada saat bersamaan saya bisa mengakses data base itu menggunakan browser pada PDA saya yang berbasis Windows Mobile. Apakah ini masalah kompatibilitas?
Ketiga, ada beberapa e-mail yang sudah saya kirim tetapi orang yang saya tuju merasa tidak menerima e-mail tersebut. Entahlah, ngumpet di mana. Saya tidak tahu persis apakah masalahnya ada pada Blackberry, atau pada mail server yang saya gunakan, atau mail server yang saya tuju. Problem ini sebenarnya sering saya alami pada pengiriman via PC atau yang lain, hanya saja ketika tejadi pada Blackberry, kok kesannya beda. Blackberry gitu lho. Saya piker, masalahnya, mostly ada pada mail server.
Terakhir, soal kebiasaan. Karena sejak lama saya mengimpikan perangkat yang always connected, saya hampir tidak pernah mematikan Blackberry (baik ketika tidur, nyetir, maupun naik angkutan umum).
Masalah timbul karena hal ini membuat saya sering tergoda untuk menjawab pesan instan saat nyetir. Mau pasang status ‘lagi nyetir’ kok kesannya norak. Mau matiin, kok sayang. Apalagi tidak selalu mudah mengetik menggunakan Blackberry Pearl 8100 ini. Memang enak sekali kalau mengetik dalam bahasa Inggris karena sudah dilengkapi penebak kata in English. Tetapi begitu mengetik pesan atau chatting dalam bahasa Indonesia, perlu kesabaran tersendiri.
Wallahu a’lam.
Ternyata agak rumit
Belakangan ini ada beberapa kawan di kantor yang juga memakai Blackberry. Saya baru sadar ternyata Blackberry tidak sesederhana yang saya bayangkan semula.
Bagi yang sudah terbiasa dengan PDA, penggunaan Blackberry sebenarnya sangat simple. Setting email sangat sederhana.
Tetapi bagi yang tidak terbiasa, maka setting email yang gampang itu akan dikalahkan oleh kerepotan yang disebabkan munculnya banyak menu baru yang belum familiar.
Susunan menu dll pada Blackberry memang sangat berbeda dengan ponsel yang sudah banyak dikenal seperti Nokia Communicator atau Nokia dengan antarmuka seri 60.
Misalnya, ada teman yang alamat emailnya bukan username@bisnis.co.id. Ini settingnya jadi agak rumit karena Blackberry meminta nama user dan alamat server. Bagaimana mengubah theme, mengeset dering untuk masing-masing akun, bagaimana mengirim SMS ke kontak yang belum tercatat, dan sebagainya. Juga, bagaimana mengunduh aplikasi Gtalk, YM versi 2.0, dan sebagainya.
Tapi secara umum, menurutku, menu pada Blackberry ini sudah sangat user friendly kok. Hanya butuh penyesuaian barang satu pekan. Lha terus untuk saya sendiri, siapa yang mau ngajarin?
Bagi yang sudah terbiasa dengan PDA, penggunaan Blackberry sebenarnya sangat simple. Setting email sangat sederhana.
Tetapi bagi yang tidak terbiasa, maka setting email yang gampang itu akan dikalahkan oleh kerepotan yang disebabkan munculnya banyak menu baru yang belum familiar.
Susunan menu dll pada Blackberry memang sangat berbeda dengan ponsel yang sudah banyak dikenal seperti Nokia Communicator atau Nokia dengan antarmuka seri 60.
Misalnya, ada teman yang alamat emailnya bukan username@bisnis.co.id. Ini settingnya jadi agak rumit karena Blackberry meminta nama user dan alamat server. Bagaimana mengubah theme, mengeset dering untuk masing-masing akun, bagaimana mengirim SMS ke kontak yang belum tercatat, dan sebagainya. Juga, bagaimana mengunduh aplikasi Gtalk, YM versi 2.0, dan sebagainya.
Tapi secara umum, menurutku, menu pada Blackberry ini sudah sangat user friendly kok. Hanya butuh penyesuaian barang satu pekan. Lha terus untuk saya sendiri, siapa yang mau ngajarin?
Kanada pun (mulai) memusuhi Blackberry
Di Indonesia Blackberry sedang naik daun seiring tarifnya yang kian terjangkau. Akan tetapi di negara asalnya, Kanada, Blackberry justru mengalami tantangan dan wacana pembatasan yang dikaitkan dengan isu dampak psikologis.
Wacana pembatasan Blackberry itu dimunculkan oleh Kantor Imigrasi dan Kewarganegaraan Kanada. Pejabat di kantor tersebut memerintahkan karyawan untuk mematikan akses Blackberry pada pukul 7.00 malam hingga pukul 07.00 pagi, akhir pekan, serta hari libur.
Hal itu dilakukan untuk menjaga keseimbangan hidup karyawan serta mengatasi apa yang biasa disebut sebagai Crackberry. Crackberry adalah istilah untuk semacam 'kecanduan' penggunaan perangkat push e-mail Blackberry.
"Kualitas kehidupan dan kerja merupakan prioritas bagi kami dan organisasi kami," papar Richard Fadden, Deputi pada Kantor Imigrasi dan Kewarganegaraan Kanada, dalam memonya.
Blackberry merupakan perangkat yang dibuat oleh Reasearch In Motion yang berbasis di Kanada. Produk ini menjadi perangkat yang sangat populer di kalangan politisi, bisnis, seta profesional, di Kanada dan di banyak belahan dunia.
"Kami sudah menduga bahwa pembatasan ini akan dianggap agak mengada-ada. Namun, saya percaya kami harus memulai sesuatu untuk mengurangi stres di lingkungan kerja," tambahnya.
Dia mengaku paham bahwa dibutuhkan waktu untuk implementasi hal semacam ini, tetapi dia yakin masyarakat nantinya akan menghargai keputusan tersebut.
Juru bicara pada institusi pemerintah Kanada itu menambahkan bahwa akan ada panduan khusus dalam menangani kondisi darurat seiring pembatasan akses Blackberry.
***Selalu terhubung
Blackberry memang membuat penggunanya 'kecanduan' sehingga sering disebut sebagai Crackberry. Akses e-mail yang semudah SMS (short message service), akses pesan instan seperti Yahoo Messenger, GoogleTalk, serta Blackberry Messenger juga membuat penggunanya bisa chatting terus-menerus tanpa henti selama 24 jam.
Bila pengguna SMS masih memikirkan tarif dan biaya dalam menjawab atau mengobrol lewat SMS, maka pengguna pesan instan seperti yang ada pada Blackberry biasanya tidak lagi memikirkan biaya, sebab tarif akses per pesan bisa dikatakan hampir gratis.
Daftar teman yang dimasukkan ke dalam buddy list biasanya akan terus ditambah, dan ini memicu untuk setiap saat terus berkomunikasi dengan pihak lain. Kebiasaan ini sama sekali berbeda dibandingkan dengan kebiasaan penggunaan SMS.
Akses e-mail hingga 10 akun, ditambah sistem tarif rata atau unlimited, memicu orang cenderung untuk berlangganan lebih banyak mailing list. Milis bidan pekerjaan, alumni sekolah dari SD hingga universitas, komunitas-komunitas yang punya kesamaan hobi, dan sebagainya.
Maka, waktu yang dihabiskan untuk membaca e-mail setiap hari bisa jauh lebih panjang dibandingkan waktu untuk membaca koran ataupun browsing Internet.
Seorang kawan wartawan pernah berkelakar,"Kalau aku jadi bos dan ada karyawan minta akses Blackberry akan langsung saya beri. Soalnya itu berarti dia siap bekerja 24 jam sehari. Saya sih enggak mau."
Agaknya kekhawatiran terhadap kecanduan dan perubahan ritme kerja menjadi tidak sehat semacam itu lah yang memicu Pemerintah Kanada untuk mewacanakan pembatasan penggunaan Blackberry.
Dimuat pada Bisnis Indonesia edisi cetak pada 5 Februari 2008 (www.bisnis.com)
Wacana pembatasan Blackberry itu dimunculkan oleh Kantor Imigrasi dan Kewarganegaraan Kanada. Pejabat di kantor tersebut memerintahkan karyawan untuk mematikan akses Blackberry pada pukul 7.00 malam hingga pukul 07.00 pagi, akhir pekan, serta hari libur.
Hal itu dilakukan untuk menjaga keseimbangan hidup karyawan serta mengatasi apa yang biasa disebut sebagai Crackberry. Crackberry adalah istilah untuk semacam 'kecanduan' penggunaan perangkat push e-mail Blackberry.
"Kualitas kehidupan dan kerja merupakan prioritas bagi kami dan organisasi kami," papar Richard Fadden, Deputi pada Kantor Imigrasi dan Kewarganegaraan Kanada, dalam memonya.
Blackberry merupakan perangkat yang dibuat oleh Reasearch In Motion yang berbasis di Kanada. Produk ini menjadi perangkat yang sangat populer di kalangan politisi, bisnis, seta profesional, di Kanada dan di banyak belahan dunia.
"Kami sudah menduga bahwa pembatasan ini akan dianggap agak mengada-ada. Namun, saya percaya kami harus memulai sesuatu untuk mengurangi stres di lingkungan kerja," tambahnya.
Dia mengaku paham bahwa dibutuhkan waktu untuk implementasi hal semacam ini, tetapi dia yakin masyarakat nantinya akan menghargai keputusan tersebut.
Juru bicara pada institusi pemerintah Kanada itu menambahkan bahwa akan ada panduan khusus dalam menangani kondisi darurat seiring pembatasan akses Blackberry.
***Selalu terhubung
Blackberry memang membuat penggunanya 'kecanduan' sehingga sering disebut sebagai Crackberry. Akses e-mail yang semudah SMS (short message service), akses pesan instan seperti Yahoo Messenger, GoogleTalk, serta Blackberry Messenger juga membuat penggunanya bisa chatting terus-menerus tanpa henti selama 24 jam.
Bila pengguna SMS masih memikirkan tarif dan biaya dalam menjawab atau mengobrol lewat SMS, maka pengguna pesan instan seperti yang ada pada Blackberry biasanya tidak lagi memikirkan biaya, sebab tarif akses per pesan bisa dikatakan hampir gratis.
Daftar teman yang dimasukkan ke dalam buddy list biasanya akan terus ditambah, dan ini memicu untuk setiap saat terus berkomunikasi dengan pihak lain. Kebiasaan ini sama sekali berbeda dibandingkan dengan kebiasaan penggunaan SMS.
Akses e-mail hingga 10 akun, ditambah sistem tarif rata atau unlimited, memicu orang cenderung untuk berlangganan lebih banyak mailing list. Milis bidan pekerjaan, alumni sekolah dari SD hingga universitas, komunitas-komunitas yang punya kesamaan hobi, dan sebagainya.
Maka, waktu yang dihabiskan untuk membaca e-mail setiap hari bisa jauh lebih panjang dibandingkan waktu untuk membaca koran ataupun browsing Internet.
Seorang kawan wartawan pernah berkelakar,"Kalau aku jadi bos dan ada karyawan minta akses Blackberry akan langsung saya beri. Soalnya itu berarti dia siap bekerja 24 jam sehari. Saya sih enggak mau."
Agaknya kekhawatiran terhadap kecanduan dan perubahan ritme kerja menjadi tidak sehat semacam itu lah yang memicu Pemerintah Kanada untuk mewacanakan pembatasan penggunaan Blackberry.
Dimuat pada Bisnis Indonesia edisi cetak pada 5 Februari 2008 (www.bisnis.com)
Blackberry akan semakin merakyat?
Blackberry dari Reseach In Motion (RIM) sudah lama identik dengan layanan surat elektronik dorong (push e-mail) khususnya bagi segmen korporasi dan pengguna komunikasi bergerak kelas premium.
Tetapi selama satu tahun terakhir, layanan ini ditawarkan di Indonesia dengan harga yang semakin terjangkau sehingga dapat meraih banyak pengguna baru dari segmen pribadi dan individu.
Layanan Blackberry pertama kali masuk ke Indonesia melalui kerja sama RIM dengan PT Indosat Tbk pada 2004. Saat itu, Indosat menawarkan harga berlangganan berkisar Rp400.000-an hingga Rp600.000-an per bulan.
Mulai tahun ini, layanan Blackberry dapat diakses dengan tarif yang jauh lebih murah, sekitar setengah dari tarif yang diperkenalkan petama kali pada tiga tahun lalu. Kalau dulu hanya Indosat, kini tiga operator seluler terbesar juga menjual layanan push e-mail Blackberry.
Indosat dan XL menawarkan tarif sekitar Rp200.000 per bulan untuk koneksi Blackberry Internet Service. Dua operator ini juga melakukan kerja sama dengan operator global untuk memasok handset RIM Blackberry seri 8xxx yang tampilannya jauh lebih memukau dibandingkan seri sebelumnya. Fitur-fitur multimedia, Wi-Fi dan GPS mulai ditanamkan pada perangkat-perangkat terbaru.
Telkomsel menawarkan layanan Blackberry dengan tarif dasar lebih murah, yaitu sekitar Rp150.000-an, namun kuota data lebih sedikit. Layanan Telkomsel yang semula ditujukan untuk segmen korporasi juga mulai membidik pengguna perorangan dengan pilihan handset diserahkan ke konsumen.
Biaya berlangganan yang semakin murah ini tentu saja membuat pengguna pribadi di Indonesia lebih leluasa dalam menggunakan layanan push e-mail dari Blackberry.
Tampaknya hal ini juga sejalan dengan strategi global RIM. Secara global, pengguna Blackberry dari segmen pribadi terus meningkat. Hingga triwulan III tahun buku yang berakhir 1 Desember, sebanyak 34% pelanggan Blackberry berasal dari segmen pengguna pribadi.
Adopsi Blackberry oleh pengguna pribadi itu ikut mendorong laba dan pendapatan RIM pada periode tersebut. Selama triwulan III, laba perusahaan yang berbasis di Kanada itu mencapai US$370,5 miliar, meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan US$175,2 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan juga mengalami lonjakan dari US$835,1 juta pada triwulan III/2006 menjadi US$1,67 miliar pada tahun ini.
Jumlah pelanggan di luar kawasan Amerika Utara diprediksi akan terus meningkat. Saat ini sekitar 33% pelanggan berasal dari luar kawasan Amerika Utara. RIM menyatakan selama triwulan III terjadi penambahan 1,65 juta pelanggan Blackberry dan lebih dari 3,9 juta handset telah dikapalkan.
***Kompresi data
Bagi pengguna komunikasi bergerak yang sangat tergantung pada e-mail, pesan instan, serta akses Internet, Blackberry memang menjadi pilihan yang sulit digantikan produk lain.
Keunggulan utama Blackberry adalah teknologi kompresi data yang memungkinkan pengiriman e-mail, pesan, dan konten web dengan sangat hemat bandwidth. Memori penyimpnanan pada handset juga bisa dihemat.
Berdasarkan pengalaman para pengguna, kuota 250 MB seperti yang disediakan operator, bisa digunakan untuk akses ribuan e-mail, untuk chatting berjam-jam sehari, maupun akses Internet selama satu bulan. Hal ini hampir mustahil dilakukan untuk akses dengan perangkat genggam lain, dan apalagi dengan PC.
Kemampuan dalam menampilkan lampiran surat juga mengagumkan. Kalau kita mengakses lampiran berupa gambar (file JPG), pertama-tama perangkat akan men-download dalam resolusi yang rendah. Sehingga, informasi mengenai gambar apa yang diterima sudah dapat dilihat. Jika kita menghendaki resolusi yang lebih tinggi, bisa diminta.
Begitu pun dengan lampiran beripa tabel (file Excel), dapat diakses secara bertahap. Cara semacam ini mempercepat proses pembacaan sekaligus menghemat bandwidth.
Kerja sama dengan Google dan Yahoo memberikan kemudahan penguna untuk mengakses e-mail maupun fasilitas pesan instan Gtalk dan Yahoo Messenger yang disediakan dua raksasa mesin pencari Internet itu.
Sudah barang tentu, ada sejumlah kelemahan pada perangkat buatan vendor Kanada itu, khususnya dalam penyediaan fitur multimedia.
Kualitas kamera, video, layar, serta kemampuan dalam memutar musik digital termasuk pas-pasan dibandingkan handset lain dengan harga yang setara.
Handset dari RIM seolah-olah tidak berdaya jika digunakan tanpa berlangganan akses Blackberry. Tanpa akses khusus, segala keunggulannya seakan-akan hilang begitu saja.
Adopsi 3G terkesan lamban sehingga ada pengguna yang memelesetkan RIM sebagai singkatan dari Reseach In slow-Motion dalam hal penerapan 3G.
Dimuat pada sisipan Tren Digit@l edisi Januari 2008 yang diterbitkan bersama Bisnis Indonesia edisi 14 Januari 2008. (www.bisnis.com dan www.trendigital.com)
Tetapi selama satu tahun terakhir, layanan ini ditawarkan di Indonesia dengan harga yang semakin terjangkau sehingga dapat meraih banyak pengguna baru dari segmen pribadi dan individu.
Layanan Blackberry pertama kali masuk ke Indonesia melalui kerja sama RIM dengan PT Indosat Tbk pada 2004. Saat itu, Indosat menawarkan harga berlangganan berkisar Rp400.000-an hingga Rp600.000-an per bulan.
Mulai tahun ini, layanan Blackberry dapat diakses dengan tarif yang jauh lebih murah, sekitar setengah dari tarif yang diperkenalkan petama kali pada tiga tahun lalu. Kalau dulu hanya Indosat, kini tiga operator seluler terbesar juga menjual layanan push e-mail Blackberry.
Indosat dan XL menawarkan tarif sekitar Rp200.000 per bulan untuk koneksi Blackberry Internet Service. Dua operator ini juga melakukan kerja sama dengan operator global untuk memasok handset RIM Blackberry seri 8xxx yang tampilannya jauh lebih memukau dibandingkan seri sebelumnya. Fitur-fitur multimedia, Wi-Fi dan GPS mulai ditanamkan pada perangkat-perangkat terbaru.
Telkomsel menawarkan layanan Blackberry dengan tarif dasar lebih murah, yaitu sekitar Rp150.000-an, namun kuota data lebih sedikit. Layanan Telkomsel yang semula ditujukan untuk segmen korporasi juga mulai membidik pengguna perorangan dengan pilihan handset diserahkan ke konsumen.
Biaya berlangganan yang semakin murah ini tentu saja membuat pengguna pribadi di Indonesia lebih leluasa dalam menggunakan layanan push e-mail dari Blackberry.
Tampaknya hal ini juga sejalan dengan strategi global RIM. Secara global, pengguna Blackberry dari segmen pribadi terus meningkat. Hingga triwulan III tahun buku yang berakhir 1 Desember, sebanyak 34% pelanggan Blackberry berasal dari segmen pengguna pribadi.
Adopsi Blackberry oleh pengguna pribadi itu ikut mendorong laba dan pendapatan RIM pada periode tersebut. Selama triwulan III, laba perusahaan yang berbasis di Kanada itu mencapai US$370,5 miliar, meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan US$175,2 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan juga mengalami lonjakan dari US$835,1 juta pada triwulan III/2006 menjadi US$1,67 miliar pada tahun ini.
Jumlah pelanggan di luar kawasan Amerika Utara diprediksi akan terus meningkat. Saat ini sekitar 33% pelanggan berasal dari luar kawasan Amerika Utara. RIM menyatakan selama triwulan III terjadi penambahan 1,65 juta pelanggan Blackberry dan lebih dari 3,9 juta handset telah dikapalkan.
***Kompresi data
Bagi pengguna komunikasi bergerak yang sangat tergantung pada e-mail, pesan instan, serta akses Internet, Blackberry memang menjadi pilihan yang sulit digantikan produk lain.
Keunggulan utama Blackberry adalah teknologi kompresi data yang memungkinkan pengiriman e-mail, pesan, dan konten web dengan sangat hemat bandwidth. Memori penyimpnanan pada handset juga bisa dihemat.
Berdasarkan pengalaman para pengguna, kuota 250 MB seperti yang disediakan operator, bisa digunakan untuk akses ribuan e-mail, untuk chatting berjam-jam sehari, maupun akses Internet selama satu bulan. Hal ini hampir mustahil dilakukan untuk akses dengan perangkat genggam lain, dan apalagi dengan PC.
Kemampuan dalam menampilkan lampiran surat juga mengagumkan. Kalau kita mengakses lampiran berupa gambar (file JPG), pertama-tama perangkat akan men-download dalam resolusi yang rendah. Sehingga, informasi mengenai gambar apa yang diterima sudah dapat dilihat. Jika kita menghendaki resolusi yang lebih tinggi, bisa diminta.
Begitu pun dengan lampiran beripa tabel (file Excel), dapat diakses secara bertahap. Cara semacam ini mempercepat proses pembacaan sekaligus menghemat bandwidth.
Kerja sama dengan Google dan Yahoo memberikan kemudahan penguna untuk mengakses e-mail maupun fasilitas pesan instan Gtalk dan Yahoo Messenger yang disediakan dua raksasa mesin pencari Internet itu.
Sudah barang tentu, ada sejumlah kelemahan pada perangkat buatan vendor Kanada itu, khususnya dalam penyediaan fitur multimedia.
Kualitas kamera, video, layar, serta kemampuan dalam memutar musik digital termasuk pas-pasan dibandingkan handset lain dengan harga yang setara.
Handset dari RIM seolah-olah tidak berdaya jika digunakan tanpa berlangganan akses Blackberry. Tanpa akses khusus, segala keunggulannya seakan-akan hilang begitu saja.
Adopsi 3G terkesan lamban sehingga ada pengguna yang memelesetkan RIM sebagai singkatan dari Reseach In slow-Motion dalam hal penerapan 3G.
Dimuat pada sisipan Tren Digit@l edisi Januari 2008 yang diterbitkan bersama Bisnis Indonesia edisi 14 Januari 2008. (www.bisnis.com dan www.trendigital.com)
SureType perlu penyempurnaan
Banyak pengguna menyerah ketika menggunakan Pearl pada hari-hari pertama karena sulitnya pemakaian papan kunci SureType. Menurut hemat penulis, ada dua cara yang dapat dilakukan RIM untuk menyempurnakan sistem SureType bagi pengguna berbahasa Indonesia.
Pertama, cara paling mudah, adalah melengkapi peranti lunaknya dengan basis data kosa kata Bahasa Indonesia seperti yang telah dilakukan Nokia pada produk-produknya yang beredar di sini.
Hal yang sama juga dapat dilakukan RIM di negara-negara dengan potensi pengguna Blackberry besar namun memiliki keragaman kosa kata yang belum tersedia pada sistem SureType yang sudah beredar.
Kedua, mengubah desain peranti kerasnya, misalnya mengikuti desain papan kunci Sony Ericsson M600i dan P1i.
Pada M600i dan P1i, Sony Ericsson berhasil membuat desain papan kunci yang mungil, hampir sama ukurannya dengan Pearl, namun tidak perlu membuat pengguna frustasi dan tidak butuh waktu panjang dalam menyesuaikan diri. Dengan permukaan melengkung, satu tombol dengan dua huruf pada M600i hanya perlu ditekan ke kiri untuk huruf sebelah kiri, dan ditekan sebalah kanan untuk huruf sebelah kanan.
Apalagi M600i juga sudah dilengkapi penebak kata dalam Bahasa Indonesia sehingga lebih nyaman lagi digunakan.
Jika RIM memperbaiki desain peranti keras papan kuncinya, maka bukan hanya pengguna berbahasa Indonesia yang akan terbantu melainkan semua pengguna yang basis data bahasanya tidak didukung oleh peranti lunak SureType akan ikut tertolong.
Dimuat pada sisipan Tren Digit@l edisi Januari 2008 yang terbit bersamaan dengan Bisnis Indonesia edisi 14 Januari 2008
Pertama, cara paling mudah, adalah melengkapi peranti lunaknya dengan basis data kosa kata Bahasa Indonesia seperti yang telah dilakukan Nokia pada produk-produknya yang beredar di sini.
Hal yang sama juga dapat dilakukan RIM di negara-negara dengan potensi pengguna Blackberry besar namun memiliki keragaman kosa kata yang belum tersedia pada sistem SureType yang sudah beredar.
Kedua, mengubah desain peranti kerasnya, misalnya mengikuti desain papan kunci Sony Ericsson M600i dan P1i.
Pada M600i dan P1i, Sony Ericsson berhasil membuat desain papan kunci yang mungil, hampir sama ukurannya dengan Pearl, namun tidak perlu membuat pengguna frustasi dan tidak butuh waktu panjang dalam menyesuaikan diri. Dengan permukaan melengkung, satu tombol dengan dua huruf pada M600i hanya perlu ditekan ke kiri untuk huruf sebelah kiri, dan ditekan sebalah kanan untuk huruf sebelah kanan.
Apalagi M600i juga sudah dilengkapi penebak kata dalam Bahasa Indonesia sehingga lebih nyaman lagi digunakan.
Jika RIM memperbaiki desain peranti keras papan kuncinya, maka bukan hanya pengguna berbahasa Indonesia yang akan terbantu melainkan semua pengguna yang basis data bahasanya tidak didukung oleh peranti lunak SureType akan ikut tertolong.
Dimuat pada sisipan Tren Digit@l edisi Januari 2008 yang terbit bersamaan dengan Bisnis Indonesia edisi 14 Januari 2008
Blackberry 8100 Pearl: Mesin e-mail termungil & teringan
Hari-hari pertama menggunakan papan kunci SureType pada Blackberry 8100 Pearl mungkin membuat frustasi. Akan tetapi bila masa sulit itu bisa dilalui dengan belajar menyesuaikan diri serta 'mengajarkan' Bahasa Indonesia kepada Pearl, Anda akan menikmati keuntungan dari mesin e-mail yang sangat mungil, andal, sekaligus tidak terlalu menguras kantong ini.
***
Blackberry 8100 Pearl merupakan Blackberry yang terkecil dalam keluarga produk seri 8xxx. Jika dibandingkan dengan tipe 8300 Curve serta 8800 Huron yang dilengkapi papan kunci QWERTY melebar, Pearl jauh lebih kecil, lebih ramping, dan lebih ringan. Penampilan Pearl lebih mirip ponsel biasa daripada handset Blackberry pada umumnya.
Pearl bisa menjalankan fungsi utama handset Blackberry sebagai mesin e-mail, pesan instan, browsing yang terpercaya. Kemudahan setting, pengaturan menu, kecepatan akses, tetap unggul khas Blackberry.
Sebagaimana keluarga besarnya, perangkat ini dedesain untuk pengguna yang tidak mau pusing lagi dengan setting GPRS, tidak perlu mengisi mail server, SMTP, otentikasi, dan sebagainya ketika menggunakan e-mail.
Pengguna bisa mengeset hingga 10 akun e-mail POP3/IMAP4 dengan mailbox yang terintegrasi. Pengaturan menu, theme, jenis huruf, nada dering, tidak berbeda dengan seri 8300 Curve yang telah di-review pada edisi yang lalu. Akses pesan instan seperti Yahoo Messenger dan Google Talk juga mudah dan lancar.
Selain sangat kecil, bobotnya yang di bawah 90 gram termasuk sangat ringan. Hingga saat ini masih jarang ponsel cerdas dengan bobot di bawah 100 gram. Pearl benar-benar handy.
Perangkat ini dicoba menggunakan paket data XL. Operator seluler itu menyediakan paket Rp199.000 per bulan untuk koneksi unlimited asalkan menggunakan APN (access point name) Blackberry.net. Akses e-mail, pesan instan, serta browsing melalui layar Pearl bisa dilakukan sepuasnya, 24 jam sehari, tanpa dikenai biaya tambahan.
Blackberry 8100 Pearl dipasarkan dengan harga Rp4,3 juta per unit, jauh lebih murah dibandingkan Blackberry 8310 Curve yang dipasarkan seharga Rp6,5 juta per unit.
Paket penjualan terdiri atas satu handset, satu baterai, satu kartu memori 128 MB, buku manual dan CD-ROM, holster, serta satu set charger baterai. Charger telah dilengkapi dengan beragam colokan sehingga ketika bepergian ke luar negeri tinggal disesuaikan dengan colokan listrik setempat.
***Papan kunci unik
Perbedaan terbesar Pearl dengan handset buatan Reserach In Motion (RIM) lainnya adalah penerapan papan kunci SureType. Di Indonesia, ini bisa menjadi masalah serius bagi pengguna yang tidak sabaran.
SureType merupakan sistem yang dirancang oleh RIM, pembuat Blackberry, agar perangkatnya dapat berbentuk sangat mungil, namun memiliki susunan papan kunci yang khas dan familiar dengan para pengguna Blackberry yaitu papan kunci QWERTY.
Pada sistem SureType, satu tombol umumnya digunakan untuk dua huruf. Sistem ini juga disertai peranti lunak yang tugasnya menebak kata yang dimaksud pengguna berdasarkan komposisi tombol yang dipencet. Tebakan kata didasarkan basis data yang dimiliki Pearl.
Sistem ini sangat nyaman digunakan oleh pemakai berbahasa Inggris atau bahasa lain yang didukung oleh peranti lunak SureType.
Pengguna berbahasa Indonesia dapat memilih untuk menonaktifkan penebak kata ini dan menggunakan cara pengetikan Multitap. Cara pengetikan Multitap sama persis dengan pengetikan multitap pada ponsel biasa dengan 12 tombol. Hal yang berbeda hanyalah susunan tombolnya.
Misalnya, untuk menulis kata JAKARTA pengguna multitap SureType harus menekan J-K satu kali, A-S satu kali, J-K dua kali, A-S satu kali, E-R dua kali, T-Y satu kali, dan A-S satu kali. Teorinya mudah, tetapi praktiknya sangat repot khususnya bagi yang belum terbiasa.
Jika kita ingin tetap menghidupkan penebak kata Bahasa Inggris, maka dalam pengetikan kalimat berbahasa Indonesia harus rajin-rajin melakukan scroll Trackball ke kanan atau kiri guna membetulkan tebakan kata yang dimunculkan oleh Pearl. Seringkali, untuk menulis satu kata, pengguna harus melakukan scroll beberapa kali.
Untungnya, proses scroll kiri dan kanan terbantu oleh tombol navigasi Trackball yang sangat ringan dan nyaman. Hampir tidak perlu tenaga untuk menggeser bola navigasi ke kanan kiri atas bawah.
Untungnya lagi, peranti lunak pada Pearl sudah dilengkapi kemampuan untuk mempelajari kosa kata baru yang sering digunakan oleh pemakai untuk ditambahkan dalam basis datanya. Dengan demikian, pada titik tertentu di mana sebagian besar kosa kata Bahasa Indonesia sudah dikenali, penggunaan SureType akan sangat nyaman.
Dimuat untuk Sisipan Tren Digit@l edisi Januari yang terbit bersama Bisnis Indonesia edisi 14 Januari 2008
***
Blackberry 8100 Pearl merupakan Blackberry yang terkecil dalam keluarga produk seri 8xxx. Jika dibandingkan dengan tipe 8300 Curve serta 8800 Huron yang dilengkapi papan kunci QWERTY melebar, Pearl jauh lebih kecil, lebih ramping, dan lebih ringan. Penampilan Pearl lebih mirip ponsel biasa daripada handset Blackberry pada umumnya.
Pearl bisa menjalankan fungsi utama handset Blackberry sebagai mesin e-mail, pesan instan, browsing yang terpercaya. Kemudahan setting, pengaturan menu, kecepatan akses, tetap unggul khas Blackberry.
Sebagaimana keluarga besarnya, perangkat ini dedesain untuk pengguna yang tidak mau pusing lagi dengan setting GPRS, tidak perlu mengisi mail server, SMTP, otentikasi, dan sebagainya ketika menggunakan e-mail.
Pengguna bisa mengeset hingga 10 akun e-mail POP3/IMAP4 dengan mailbox yang terintegrasi. Pengaturan menu, theme, jenis huruf, nada dering, tidak berbeda dengan seri 8300 Curve yang telah di-review pada edisi yang lalu. Akses pesan instan seperti Yahoo Messenger dan Google Talk juga mudah dan lancar.
Selain sangat kecil, bobotnya yang di bawah 90 gram termasuk sangat ringan. Hingga saat ini masih jarang ponsel cerdas dengan bobot di bawah 100 gram. Pearl benar-benar handy.
Perangkat ini dicoba menggunakan paket data XL. Operator seluler itu menyediakan paket Rp199.000 per bulan untuk koneksi unlimited asalkan menggunakan APN (access point name) Blackberry.net. Akses e-mail, pesan instan, serta browsing melalui layar Pearl bisa dilakukan sepuasnya, 24 jam sehari, tanpa dikenai biaya tambahan.
Blackberry 8100 Pearl dipasarkan dengan harga Rp4,3 juta per unit, jauh lebih murah dibandingkan Blackberry 8310 Curve yang dipasarkan seharga Rp6,5 juta per unit.
Paket penjualan terdiri atas satu handset, satu baterai, satu kartu memori 128 MB, buku manual dan CD-ROM, holster, serta satu set charger baterai. Charger telah dilengkapi dengan beragam colokan sehingga ketika bepergian ke luar negeri tinggal disesuaikan dengan colokan listrik setempat.
***Papan kunci unik
Perbedaan terbesar Pearl dengan handset buatan Reserach In Motion (RIM) lainnya adalah penerapan papan kunci SureType. Di Indonesia, ini bisa menjadi masalah serius bagi pengguna yang tidak sabaran.
SureType merupakan sistem yang dirancang oleh RIM, pembuat Blackberry, agar perangkatnya dapat berbentuk sangat mungil, namun memiliki susunan papan kunci yang khas dan familiar dengan para pengguna Blackberry yaitu papan kunci QWERTY.
Pada sistem SureType, satu tombol umumnya digunakan untuk dua huruf. Sistem ini juga disertai peranti lunak yang tugasnya menebak kata yang dimaksud pengguna berdasarkan komposisi tombol yang dipencet. Tebakan kata didasarkan basis data yang dimiliki Pearl.
Sistem ini sangat nyaman digunakan oleh pemakai berbahasa Inggris atau bahasa lain yang didukung oleh peranti lunak SureType.
Pengguna berbahasa Indonesia dapat memilih untuk menonaktifkan penebak kata ini dan menggunakan cara pengetikan Multitap. Cara pengetikan Multitap sama persis dengan pengetikan multitap pada ponsel biasa dengan 12 tombol. Hal yang berbeda hanyalah susunan tombolnya.
Misalnya, untuk menulis kata JAKARTA pengguna multitap SureType harus menekan J-K satu kali, A-S satu kali, J-K dua kali, A-S satu kali, E-R dua kali, T-Y satu kali, dan A-S satu kali. Teorinya mudah, tetapi praktiknya sangat repot khususnya bagi yang belum terbiasa.
Jika kita ingin tetap menghidupkan penebak kata Bahasa Inggris, maka dalam pengetikan kalimat berbahasa Indonesia harus rajin-rajin melakukan scroll Trackball ke kanan atau kiri guna membetulkan tebakan kata yang dimunculkan oleh Pearl. Seringkali, untuk menulis satu kata, pengguna harus melakukan scroll beberapa kali.
Untungnya, proses scroll kiri dan kanan terbantu oleh tombol navigasi Trackball yang sangat ringan dan nyaman. Hampir tidak perlu tenaga untuk menggeser bola navigasi ke kanan kiri atas bawah.
Untungnya lagi, peranti lunak pada Pearl sudah dilengkapi kemampuan untuk mempelajari kosa kata baru yang sering digunakan oleh pemakai untuk ditambahkan dalam basis datanya. Dengan demikian, pada titik tertentu di mana sebagian besar kosa kata Bahasa Indonesia sudah dikenali, penggunaan SureType akan sangat nyaman.
Dimuat untuk Sisipan Tren Digit@l edisi Januari yang terbit bersama Bisnis Indonesia edisi 14 Januari 2008
Google Maps bisa diakses ponsel tanpa GPS
Google terus meningkatkan ekspansinya dalam industri telekomnikasi bergerak. Setelah bulan lalu mengumumkan persiapan sistem operasi untuk ponsel cerdas Android yang menghebohkan, kini raksasa mesin pencari Internet itu kembali membuat gebrakan dengan memperbarui layanan Google Maps for Mobile.
Google memperbarui layanan Maps for Mobile dengan membuat aplikasi versi 2.0. Produk ini masih uji coba (Beta) tetapi dapat bekerja dengan baik. Untuk mengunduhnya silahkan kunjungi www.google.com/gmm/index.html.
Berbeda dengan Google Maps for Mobile versi sebelumnya yang membutuhkan sambungan GPS (global positioning systems), aplikasi baru ini tidak memerlukan sambungan GPS.
Fitur baru 'My Location' didasarkan pada jaringan BTS (base transceiver station) milik operator seluler dengan akurasi sekitar 1.000 meter.
Angka ini sebenarnya 'jauh dari akurat' namun cukup menarik untuk dicoba, apalagi jika di masa mendatang bisa disediakan layanan dengan akurasi yang lebih baik dan lebih murah, tanpa GPS. Terlebih jika nantinya ada kerja sama dengan operator seluler lokal ataupun operator di negara lain yang sedang dikunjungi oleh pengguna. Di lokasi dengan BTS rapat seperti pusat perkotaan, kita bisa mengharapkan akurasi yang lebih tinggi.
Aplikasi baru ini dapat bekerja pada ponsel cerdas Blackberry serta ponsel lain yang berbasis Symbian seri 60, ataupun Java.
Saya mengunduh aplikasi tersebut melalui ponsel cerdas Blackberry 8300 pada jaringan XL dan langsung menginstallnya.
Pada layar Blackberry muncul icon/menu baru Google Maps. Jika kita klik langsung muncul peta kawasan benua Amerika. Kita tinggal menggesernya ke samping, ke kawasan Asia dan Indonesia. Setelah itu tekan zoom (i untuk zoom in, dan o untuk zoom out).
Peta bagian-bagian dari AS dapat diakses dengan baik. Negara Asia yang terjangkau peta Google Maps for Mobile versi 2.0 ini di antaranya Jepang, Thailand serta beberapa bagian dari China bagian timur seperti Shanghai. Peta Jepang tersedia dengan keterangan huruf kanji, sedangkan peta Thailand dengan keterangan huruf setempat yang mirip aksara Jawa.
Sayangnya peta sebagian besar wilayah Asia belum lengkap. Indonesia dan Filipina, misalnya, hanya tampak seperti onggokan-onggokan pulau dengan sangat sedikit keterangan. Kita memang dapat melakukan pembesaran (zooming) gambar. Tetapi zooming tanpa keterangan hanya menghasilkan peta buta yang membingungkan.
Selain itu, hati-hati dalam menggunakan aplikasi ini karena layanan peta itu membutuhkan koneksi data dalam jumlah besar. Untuk mencoba dengan leluasa sebaiknya gunakan layanan data yang unlimited.
Dimuat untuk Sisipan Tren Digit@l edisi Desember yang terbit bersama Bisnis Indonesia edisi 10 Desember 2007.
Google memperbarui layanan Maps for Mobile dengan membuat aplikasi versi 2.0. Produk ini masih uji coba (Beta) tetapi dapat bekerja dengan baik. Untuk mengunduhnya silahkan kunjungi www.google.com/gmm/index.html.
Berbeda dengan Google Maps for Mobile versi sebelumnya yang membutuhkan sambungan GPS (global positioning systems), aplikasi baru ini tidak memerlukan sambungan GPS.
Fitur baru 'My Location' didasarkan pada jaringan BTS (base transceiver station) milik operator seluler dengan akurasi sekitar 1.000 meter.
Angka ini sebenarnya 'jauh dari akurat' namun cukup menarik untuk dicoba, apalagi jika di masa mendatang bisa disediakan layanan dengan akurasi yang lebih baik dan lebih murah, tanpa GPS. Terlebih jika nantinya ada kerja sama dengan operator seluler lokal ataupun operator di negara lain yang sedang dikunjungi oleh pengguna. Di lokasi dengan BTS rapat seperti pusat perkotaan, kita bisa mengharapkan akurasi yang lebih tinggi.
Aplikasi baru ini dapat bekerja pada ponsel cerdas Blackberry serta ponsel lain yang berbasis Symbian seri 60, ataupun Java.
Saya mengunduh aplikasi tersebut melalui ponsel cerdas Blackberry 8300 pada jaringan XL dan langsung menginstallnya.
Pada layar Blackberry muncul icon/menu baru Google Maps. Jika kita klik langsung muncul peta kawasan benua Amerika. Kita tinggal menggesernya ke samping, ke kawasan Asia dan Indonesia. Setelah itu tekan zoom (i untuk zoom in, dan o untuk zoom out).
Peta bagian-bagian dari AS dapat diakses dengan baik. Negara Asia yang terjangkau peta Google Maps for Mobile versi 2.0 ini di antaranya Jepang, Thailand serta beberapa bagian dari China bagian timur seperti Shanghai. Peta Jepang tersedia dengan keterangan huruf kanji, sedangkan peta Thailand dengan keterangan huruf setempat yang mirip aksara Jawa.
Sayangnya peta sebagian besar wilayah Asia belum lengkap. Indonesia dan Filipina, misalnya, hanya tampak seperti onggokan-onggokan pulau dengan sangat sedikit keterangan. Kita memang dapat melakukan pembesaran (zooming) gambar. Tetapi zooming tanpa keterangan hanya menghasilkan peta buta yang membingungkan.
Selain itu, hati-hati dalam menggunakan aplikasi ini karena layanan peta itu membutuhkan koneksi data dalam jumlah besar. Untuk mencoba dengan leluasa sebaiknya gunakan layanan data yang unlimited.
Dimuat untuk Sisipan Tren Digit@l edisi Desember yang terbit bersama Bisnis Indonesia edisi 10 Desember 2007.
Blackberry Curve 8300: Mesin e-mail yang andal
Research In Motion dikenal sebagai pelopor dalam layanan surat elektronik dorong (push e-mail) melalui produk Blackberry. Keunggulan ini, ditambah dengan layanan yang dedicated dari operator seluler XL dengan kuota data unlimited, menjadikan Blackberry 8300 from Vodafone ini benar-benar mesin e-mail yang andal.
Unit yang saya terima untuk review terdiri dari handset, sarung, kabel data, serta charger. Tidak ada kardus, buku manual, maupun earphone.
Perangkat komunikasi genggam berbobot 111 gram ini memiliki panjang 10,7cm. Bobot dan panjangnya hampir sama dengan Nokia 6288 dan Sony Ericsson K750i. Dengan ukuran seperti itu, unit ini sangat nyaman masuk ke kantong baju.
Perangkat genggam ini memiliki posisi layar yang melintang (landscape), dan dilengkapi papan kunci QWERTY. Papan kunci ini lebih kecil dan lebih rapat dibandingkan dengan unit Hewlett Packard iPAQ 6515.
Untuk ukuran tangan penulis, hal ini tidak menjadi masalah. Tetapi bagi pengguna dengan jari dan ukuran tangan yang relatif besar, barangkali papan kunci yang kecil dan rapat ini bisa merepotkan.
Papan kunci ini sangat menolong untuk pengetikan SMS atau e-mail pendek. Tetapi untuk menulis surat yang panjang, atau menulis berita dan artikel bagi wartawan, pasti melelahkan.
Di antara layar dan papan kunci terdapat lima tombol. Satu tombol Yes, satu tombol No, satu tombol Option, serta satu tombol Back.
Satu tombol di tengah merupakan sarana navigasi yang diberi nama Trackball. Fungsinya mirip dengan mouse pada komputer. Sangat lembut dan ringan. Namun Digit@l merasakan kesan ringkih ketika menekannya.
Pada sisi sebelah kiri terdapat tombol voice dialing, slot mini USB, serta slot earphone. Di bagian kanan terdapat tombol volume up, volume down, serta tombol kamera. Pada bagian atas terdapat tombol mute, serta indikator lampu led yang memberitahukan adanya e-mail atau pesan yang belum dibaca.
Pengisian ulang baterai dilakukan melalui slot USB yang berada di samping. Sehingga, ketika baterai sedang diisi, unit tidak bisa dimasukkan ke dalam sarung.
Ketika awal menghidupkan peranti gengam ini, pada bagian kanan atas akan muncul tiga varian indikator di luar flight mode.
Indikator GSM menunjukkan jaringan GSM operator aktif, gprs (huruf kecil) menunjukkan jaringan Internet operator aktif, sedangkan indikator GPRS (huruf besar) menunjukkan jaringan Blackberry aktif dan dapat digunakan.
Unit ini merupakan hasil kerja sama XL dengan Vodafone yang merupakan salah satu operator seluler terbesar dunia. Sehingga, pada bagian depan unit masih ada logo dan tulisan Vodafone. Ketika kita melakukan setting e-mail pun masih akan muncul lambang Vodafone.
Akses Blackberry pada unit ini menggunakan jaringan Internet (GPRS) XL sehingga jangkauannya jauh lebih luas dibandingkan jaringan 3G.
Sayangnya, unit uji coba ini tidak bisa untuk melakukan panggilan telepon maupun SMS karena dedicated untuk Blackberry saja. Koneksi Internet yang tersedia unlimited sehingga, meskipun tanpa Wi-Fi, tetap bisa mengakses Internet (HTML) tanpa perlu khawatir mengenai besarnya tagihan.
Unit yang kami coba merupakan unit tes. XL menjual unit yang fisiknya persis ini, yaitu seri 8310 dengan tambahan fitur GPS, seharga Rp6,5 juta bersama paket data XL sebesar Rp199.000 per bulan. Pengguna diizinkan mengakses Internet unlimited sepanjang mengunakan APN (access point name) Blackberry.net.
***Banyak account
Tersedia satu menu khusus untuk setting e-mail. Setting dapat dilakukan dengan sangat mudah.
Tinggal memasukkan alamat e-mail dan password, langsung berfungsi, khususnya untuk server yang telah dikenali. Jauh lebih mudah dibandingkan setting pada perangkat genggam pada umumnya.
Saya mencoba akun Gmail, yahoo.com (tanpa POP3), yahoo.com.au (tersedia POP3), serta e-mail kantor (ada fitur POP3). Keempatnya berhasil dikenali tanpa harus memasukkan nama server, atau menentukan apakah ada otentikasi atau tidak.
Setiap akun e-mail yang dibuat akan muncul sebagai sebuah icon baru di layar depan, memudahkan akses dan pembacaan e-mail. Berbeda dengan sistem e-mail konvensional (pull), e-mail pada Blackberry langsung masuk ke dalam handset tanpa perlu inisiatif pengguna.
E-mail yang masuk juga hanya surat baru atau e-mail yang diterima setelah setting dilakukan. Jadi tidak perlu cemas jika mailbox yahoo, Gmail, atau e-mail kantor Anda sebelumnya sudah berisi ribuan surat. E-mail lama tidak akan masuk ke inbox Blackberry.
***Banyak menu
Layar pada handset Blackberry 8300 ini dapat menampilkan banyak icon menu. Tersedia enam kolom dan tiga baris icon (18 menu) yang dapat tampil bersamaan dalam satu layar. Jumlah baris masih bisa terus bertambah dan diakses dengan scroll ke bawah.
Di satu sisi hal bisa memudahkan maupun membingungkan. Bisa memudahkan karena pengguna bisa memilih menu yang paling sering diakses diletakkan pada posisi yang paling gampang diakses. Misalnya ada satu icon khusus untuk mengunci layar, satu icon untuk setting e-mail, satu icon untuk bluetooth, satu untuk alarm, dan seterusnya.
Bagi yang tidak mau bingung dengan terlalu banyak icon menu di bayar bisa menguranginya atau mengatur berdasarkan selera maupun kebutuhan.
Pengaturan nada dering dapat dilakukan melalui menu Profile (bergambar speaker). Terdapat pilihan Loud, Vibrate, Quiet, Normal, Off, ataupun menu baru. Pengaturan (customizing) masing-masing profil dapat dilakukan melalui menu Advanced pada Profile.
Pengguna dapat menentukan jenis nada dering untuk masing-masing akun. Jadi, pengguna yang memiliki lebih dari satu akun dapat membedakan kedatangan e-mail berdasarkan nada deringnya.
Adapun jenis huruf dan tampilan dapat diatur melalui menu Setting lalu pilih menu Screen/Keyboard. Terdapat berbagai pilihan jenis huruf dan mode (plain, bold, extrabold, bold italic, serta italic).
Menghapus, menjawab, atau meneruskan e-mail dapat dilakukan degan memencet tombol Option ketika cursor berada pada pesan yang dimaksud. Untuk menghapus pesan dalam jumlah banyak, kita tidak memblok (dengan memencet tombol alt serta menggeser trackball ke atas atau ke bawah) kemudian pilih option, delete messages. Persis seperti pada komputer.
Ada satu tombol khusus untuk mengunci layar. Kalaupun lupa mengunci, layar pada perangkat ini langsung padam begitu dimasukkan ke dalam sarung, dan langsung aktif begitu kita tarik dari dalam sarungnya. Hal ini tentu saja menghemat baterai. Juga tidak ada kekhawatiran tombol terpencet tanpa sengaja.
Baterai pada unit ini cukup andal. Selama saya gunakan sekitar 12 jam dengan puluhan e-mail yang masuk, indikator baterai hanya berkurang 15%. Baterai baru perlu diisi ulang setelah empat hari penggunaan dengan puluhan e-mail per hari namun tanpa fungsi teleponi.
Charging dapat dilakukan mengunakan kabel data yang terhubung ke USB PC. Sayangnya, perangkat ini protes ketika dihubungkan ke PC yang belum diinstall driver Blackberry.
***Jangan underestimate
Perangkat ini sangat andal untuk menangani e-mail dalam jumlah besar. Pengguna dapat dengan sangat mudah mengakses e-mail yang masuk ke dalam akunnya tak peduli di mana pun berada.
Setting yang mudah, koneksi yang cepat, dan ukuran yang sangat handy, merupakan keunggulan yang sulit disaingi peranti genggam lain. Dukungan dari operator seluler juga menjanjikan layanan yang lebih unggul dibandingkan mesin e-mail tanpa dukungan operator.
Semula saya menduga push e-mail pada Blackberry tidak banyak berbeda dnegan fitur e-mail pada ponsel, ponsel cerdas, maupun ponsel-PDA lain. Tetapi ternyata Blackberry menjanjikan pengalaman yang membuat kecanduan. Jadi, jangan underestimate dengan Blackberry. (widodo@bisnis.co.id)
Dimuat untuk Sisipan TrenDigit@l edisi Desember yang terbit bersama Bisnis Indonesia edisi 10 Desember 2007. (www.bisnis.com dan www.trendigital.com)
Unit yang saya terima untuk review terdiri dari handset, sarung, kabel data, serta charger. Tidak ada kardus, buku manual, maupun earphone.
Perangkat komunikasi genggam berbobot 111 gram ini memiliki panjang 10,7cm. Bobot dan panjangnya hampir sama dengan Nokia 6288 dan Sony Ericsson K750i. Dengan ukuran seperti itu, unit ini sangat nyaman masuk ke kantong baju.
Perangkat genggam ini memiliki posisi layar yang melintang (landscape), dan dilengkapi papan kunci QWERTY. Papan kunci ini lebih kecil dan lebih rapat dibandingkan dengan unit Hewlett Packard iPAQ 6515.
Untuk ukuran tangan penulis, hal ini tidak menjadi masalah. Tetapi bagi pengguna dengan jari dan ukuran tangan yang relatif besar, barangkali papan kunci yang kecil dan rapat ini bisa merepotkan.
Papan kunci ini sangat menolong untuk pengetikan SMS atau e-mail pendek. Tetapi untuk menulis surat yang panjang, atau menulis berita dan artikel bagi wartawan, pasti melelahkan.
Di antara layar dan papan kunci terdapat lima tombol. Satu tombol Yes, satu tombol No, satu tombol Option, serta satu tombol Back.
Satu tombol di tengah merupakan sarana navigasi yang diberi nama Trackball. Fungsinya mirip dengan mouse pada komputer. Sangat lembut dan ringan. Namun Digit@l merasakan kesan ringkih ketika menekannya.
Pada sisi sebelah kiri terdapat tombol voice dialing, slot mini USB, serta slot earphone. Di bagian kanan terdapat tombol volume up, volume down, serta tombol kamera. Pada bagian atas terdapat tombol mute, serta indikator lampu led yang memberitahukan adanya e-mail atau pesan yang belum dibaca.
Pengisian ulang baterai dilakukan melalui slot USB yang berada di samping. Sehingga, ketika baterai sedang diisi, unit tidak bisa dimasukkan ke dalam sarung.
Ketika awal menghidupkan peranti gengam ini, pada bagian kanan atas akan muncul tiga varian indikator di luar flight mode.
Indikator GSM menunjukkan jaringan GSM operator aktif, gprs (huruf kecil) menunjukkan jaringan Internet operator aktif, sedangkan indikator GPRS (huruf besar) menunjukkan jaringan Blackberry aktif dan dapat digunakan.
Unit ini merupakan hasil kerja sama XL dengan Vodafone yang merupakan salah satu operator seluler terbesar dunia. Sehingga, pada bagian depan unit masih ada logo dan tulisan Vodafone. Ketika kita melakukan setting e-mail pun masih akan muncul lambang Vodafone.
Akses Blackberry pada unit ini menggunakan jaringan Internet (GPRS) XL sehingga jangkauannya jauh lebih luas dibandingkan jaringan 3G.
Sayangnya, unit uji coba ini tidak bisa untuk melakukan panggilan telepon maupun SMS karena dedicated untuk Blackberry saja. Koneksi Internet yang tersedia unlimited sehingga, meskipun tanpa Wi-Fi, tetap bisa mengakses Internet (HTML) tanpa perlu khawatir mengenai besarnya tagihan.
Unit yang kami coba merupakan unit tes. XL menjual unit yang fisiknya persis ini, yaitu seri 8310 dengan tambahan fitur GPS, seharga Rp6,5 juta bersama paket data XL sebesar Rp199.000 per bulan. Pengguna diizinkan mengakses Internet unlimited sepanjang mengunakan APN (access point name) Blackberry.net.
***Banyak account
Tersedia satu menu khusus untuk setting e-mail. Setting dapat dilakukan dengan sangat mudah.
Tinggal memasukkan alamat e-mail dan password, langsung berfungsi, khususnya untuk server yang telah dikenali. Jauh lebih mudah dibandingkan setting pada perangkat genggam pada umumnya.
Saya mencoba akun Gmail, yahoo.com (tanpa POP3), yahoo.com.au (tersedia POP3), serta e-mail kantor (ada fitur POP3). Keempatnya berhasil dikenali tanpa harus memasukkan nama server, atau menentukan apakah ada otentikasi atau tidak.
Setiap akun e-mail yang dibuat akan muncul sebagai sebuah icon baru di layar depan, memudahkan akses dan pembacaan e-mail. Berbeda dengan sistem e-mail konvensional (pull), e-mail pada Blackberry langsung masuk ke dalam handset tanpa perlu inisiatif pengguna.
E-mail yang masuk juga hanya surat baru atau e-mail yang diterima setelah setting dilakukan. Jadi tidak perlu cemas jika mailbox yahoo, Gmail, atau e-mail kantor Anda sebelumnya sudah berisi ribuan surat. E-mail lama tidak akan masuk ke inbox Blackberry.
***Banyak menu
Layar pada handset Blackberry 8300 ini dapat menampilkan banyak icon menu. Tersedia enam kolom dan tiga baris icon (18 menu) yang dapat tampil bersamaan dalam satu layar. Jumlah baris masih bisa terus bertambah dan diakses dengan scroll ke bawah.
Di satu sisi hal bisa memudahkan maupun membingungkan. Bisa memudahkan karena pengguna bisa memilih menu yang paling sering diakses diletakkan pada posisi yang paling gampang diakses. Misalnya ada satu icon khusus untuk mengunci layar, satu icon untuk setting e-mail, satu icon untuk bluetooth, satu untuk alarm, dan seterusnya.
Bagi yang tidak mau bingung dengan terlalu banyak icon menu di bayar bisa menguranginya atau mengatur berdasarkan selera maupun kebutuhan.
Pengaturan nada dering dapat dilakukan melalui menu Profile (bergambar speaker). Terdapat pilihan Loud, Vibrate, Quiet, Normal, Off, ataupun menu baru. Pengaturan (customizing) masing-masing profil dapat dilakukan melalui menu Advanced pada Profile.
Pengguna dapat menentukan jenis nada dering untuk masing-masing akun. Jadi, pengguna yang memiliki lebih dari satu akun dapat membedakan kedatangan e-mail berdasarkan nada deringnya.
Adapun jenis huruf dan tampilan dapat diatur melalui menu Setting lalu pilih menu Screen/Keyboard. Terdapat berbagai pilihan jenis huruf dan mode (plain, bold, extrabold, bold italic, serta italic).
Menghapus, menjawab, atau meneruskan e-mail dapat dilakukan degan memencet tombol Option ketika cursor berada pada pesan yang dimaksud. Untuk menghapus pesan dalam jumlah banyak, kita tidak memblok (dengan memencet tombol alt serta menggeser trackball ke atas atau ke bawah) kemudian pilih option, delete messages. Persis seperti pada komputer.
Ada satu tombol khusus untuk mengunci layar. Kalaupun lupa mengunci, layar pada perangkat ini langsung padam begitu dimasukkan ke dalam sarung, dan langsung aktif begitu kita tarik dari dalam sarungnya. Hal ini tentu saja menghemat baterai. Juga tidak ada kekhawatiran tombol terpencet tanpa sengaja.
Baterai pada unit ini cukup andal. Selama saya gunakan sekitar 12 jam dengan puluhan e-mail yang masuk, indikator baterai hanya berkurang 15%. Baterai baru perlu diisi ulang setelah empat hari penggunaan dengan puluhan e-mail per hari namun tanpa fungsi teleponi.
Charging dapat dilakukan mengunakan kabel data yang terhubung ke USB PC. Sayangnya, perangkat ini protes ketika dihubungkan ke PC yang belum diinstall driver Blackberry.
***Jangan underestimate
Perangkat ini sangat andal untuk menangani e-mail dalam jumlah besar. Pengguna dapat dengan sangat mudah mengakses e-mail yang masuk ke dalam akunnya tak peduli di mana pun berada.
Setting yang mudah, koneksi yang cepat, dan ukuran yang sangat handy, merupakan keunggulan yang sulit disaingi peranti genggam lain. Dukungan dari operator seluler juga menjanjikan layanan yang lebih unggul dibandingkan mesin e-mail tanpa dukungan operator.
Semula saya menduga push e-mail pada Blackberry tidak banyak berbeda dnegan fitur e-mail pada ponsel, ponsel cerdas, maupun ponsel-PDA lain. Tetapi ternyata Blackberry menjanjikan pengalaman yang membuat kecanduan. Jadi, jangan underestimate dengan Blackberry. (widodo@bisnis.co.id)
Dimuat untuk Sisipan TrenDigit@l edisi Desember yang terbit bersama Bisnis Indonesia edisi 10 Desember 2007. (www.bisnis.com dan www.trendigital.com)
Langganan:
Postingan (Atom)