18 Februari 2008

Kanada pun (mulai) memusuhi Blackberry

Di Indonesia Blackberry sedang naik daun seiring tarifnya yang kian terjangkau. Akan tetapi di negara asalnya, Kanada, Blackberry justru mengalami tantangan dan wacana pembatasan yang dikaitkan dengan isu dampak psikologis.

Wacana pembatasan Blackberry itu dimunculkan oleh Kantor Imigrasi dan Kewarganegaraan Kanada. Pejabat di kantor tersebut memerintahkan karyawan untuk mematikan akses Blackberry pada pukul 7.00 malam hingga pukul 07.00 pagi, akhir pekan, serta hari libur.

Hal itu dilakukan untuk menjaga keseimbangan hidup karyawan serta mengatasi apa yang biasa disebut sebagai Crackberry. Crackberry adalah istilah untuk semacam 'kecanduan' penggunaan perangkat push e-mail Blackberry.

"Kualitas kehidupan dan kerja merupakan prioritas bagi kami dan organisasi kami," papar Richard Fadden, Deputi pada Kantor Imigrasi dan Kewarganegaraan Kanada, dalam memonya.

Blackberry merupakan perangkat yang dibuat oleh Reasearch In Motion yang berbasis di Kanada. Produk ini menjadi perangkat yang sangat populer di kalangan politisi, bisnis, seta profesional, di Kanada dan di banyak belahan dunia.

"Kami sudah menduga bahwa pembatasan ini akan dianggap agak mengada-ada. Namun, saya percaya kami harus memulai sesuatu untuk mengurangi stres di lingkungan kerja," tambahnya.

Dia mengaku paham bahwa dibutuhkan waktu untuk implementasi hal semacam ini, tetapi dia yakin masyarakat nantinya akan menghargai keputusan tersebut.

Juru bicara pada institusi pemerintah Kanada itu menambahkan bahwa akan ada panduan khusus dalam menangani kondisi darurat seiring pembatasan akses Blackberry.

***Selalu terhubung
Blackberry memang membuat penggunanya 'kecanduan' sehingga sering disebut sebagai Crackberry. Akses e-mail yang semudah SMS (short message service), akses pesan instan seperti Yahoo Messenger, GoogleTalk, serta Blackberry Messenger juga membuat penggunanya bisa chatting terus-menerus tanpa henti selama 24 jam.

Bila pengguna SMS masih memikirkan tarif dan biaya dalam menjawab atau mengobrol lewat SMS, maka pengguna pesan instan seperti yang ada pada Blackberry biasanya tidak lagi memikirkan biaya, sebab tarif akses per pesan bisa dikatakan hampir gratis.

Daftar teman yang dimasukkan ke dalam buddy list biasanya akan terus ditambah, dan ini memicu untuk setiap saat terus berkomunikasi dengan pihak lain. Kebiasaan ini sama sekali berbeda dibandingkan dengan kebiasaan penggunaan SMS.
Akses e-mail hingga 10 akun, ditambah sistem tarif rata atau unlimited, memicu orang cenderung untuk berlangganan lebih banyak mailing list. Milis bidan pekerjaan, alumni sekolah dari SD hingga universitas, komunitas-komunitas yang punya kesamaan hobi, dan sebagainya.

Maka, waktu yang dihabiskan untuk membaca e-mail setiap hari bisa jauh lebih panjang dibandingkan waktu untuk membaca koran ataupun browsing Internet.

Seorang kawan wartawan pernah berkelakar,"Kalau aku jadi bos dan ada karyawan minta akses Blackberry akan langsung saya beri. Soalnya itu berarti dia siap bekerja 24 jam sehari. Saya sih enggak mau."

Agaknya kekhawatiran terhadap kecanduan dan perubahan ritme kerja menjadi tidak sehat semacam itu lah yang memicu Pemerintah Kanada untuk mewacanakan pembatasan penggunaan Blackberry.

Dimuat pada Bisnis Indonesia edisi cetak pada 5 Februari 2008 (www.bisnis.com)

Tidak ada komentar: